Duha, Sang Putra Immanuel
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pendekatan Alkitabiah dalam Membantu Anak Usia 2-5 Tahun Mengembangkan Kemampuan Berbicara Duha, Sang Putra Immanuel; Tulus, Jekson; Marpaung, Nona Beta; Hendi, Hendi; Marlianus, David
Real Kiddos: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 2, No 2: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/realkiddos.v2i2.536

Abstract

Speech delays in children aged 2-5 years are a common problem that hinders their language development. In this context, a Biblical approach can be a valuable source of guidance for parents and educators in helping children aged 2-5 years develop their speaking skills. However, there has not been much literature review regarding the use of a Biblical approach in this context. This literature review aims to explore the use of a Biblical approach in helping children aged 2-5 years develop their speaking skills. The objectives of this research include identifying relevant Biblical principles, developing methods for Biblical approaches, and evaluating the results achieved through the application of these methods. The research approach method uses a qualitative approach by examining relevant Biblical principles through a Biblical text approach, consulting with theologians through literature study and research from related journals. Based on these principles, a Biblical approach method was developed, including the use of Bible stories, spiritual songs, prayers, and positive affirmations in children's daily activities. In the end, the results of applying this Biblical approach showed positive results in developing the speaking abilities of children aged 2-5 years. Children show improved speaking ability through recognizing words from Bible stories, using hymns to practice language skills, and using prayers involving simple words and phrases. Apart from that, positive affirmations based on Bible teachings also help build children's confidence in communicating.Keywords: Biblical Approach; Children 2-5 years; Speaking ability.AbstrakKeterlambatan bicara pada anak usia 2-5 tahun merupakan masalah umum yang menghambat perkembangan bahasa mereka. Dalam konteks ini, pendekatan Alkitabiah dapat menjadi sumber bimbingan yang berharga bagi orang tua dan pendidik dalam membantu anak-anak usia 2-5 tahun mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Namun, tinjauan literatur terkait penggunaan pendekatan Alkitabiah dalam konteks ini belum banyak dilakukan. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan pendekatan Alkitabiah dalam membantu anak usia 2-5 tahun mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Tujuan penelitian ini mencakup identifikasi prinsip-prinsip Alkitab yang relevan, pengembangan metode pendekatan Alkitabiah, dan evaluasi hasil yang dicapai melalui penerapan metode tersebut. Adapun metode pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan meneliti prinsip-prinsip Alkitab yang relevan melalui pendekatan teks Alkitab, konsultasi dengan ahli teologi melalui studi kepustakaan dan penelitian dari jurnal yang terkait. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, metode pendekatan Alkitabiah dikembangkan, termasuk penggunaan cerita-cerita Alkitab, lagu-lagu rohani, doa, dan afirmasi positif dalam kegiatan sehari-hari anak-anak. Pada akhirnya hasil dari penerapan pendekatan Alkitabiah ini menunjukkan hasil yang positif dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak usia 2-5 tahun. Anak-anak menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara melalui pengenalan kata-kata dari cerita-cerita Alkitab, penggunaan lagu-lagu rohani untuk melatih kemampuan bahasa, dan penggunaan doa yang melibatkan kata-kata dan frasa-frasa sederhana. Selain itu, afirmasi positif berdasarkan ajaran Alkitab juga membantu membangun kepercayaan diri anak-anak dalam berkomunikasi.Kata Kunci: Pendekatan Alkitabiah; Anak 2-5 tahun; Kemampuan berbicara.
Peran Roh Kudus dalam Transformasi Hidup Orang Percaya untuk Menanggalkan Kebiasaan Lama Otomatis Tulus, Jekson; Duha, Sang Putra Immanuel
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v5i1.710

Abstract

Berada di lingkungan rohani tidak menjamin seseorang mengalami transformasi kehidupan. Tidak ada jaminan kalau orang percaya bebas sepenuhnya dari dosa dan perbuatan daging. Bagaimana melatih tubuh fisik untuk menonaktifkan kebiasaan-kebiasaan dosa yang sudah menjadi otomatis, menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini. Peneliti menemukan kebaruan metode untuk dapat dipraktikkan oleh orang percaya dalam usahanya untuk bertobat sungguh-sungguh. Dengan mengintegrasikan iman Kristen dan psikologi pendekatan Neuropsikologi, penelitian ini akan menolong orang percaya untuk dapat melihat secara lebih objektif bagaimana tubuh membentuk kebiasaan-kebiasaan menjadi respons permanen (otomatis). Peneliti menyimpulkan, dalam proses membangun kebiasaan benar otomatis, baik Roh Kudus maupun pribadi yang bersangkutan harus memainkan perannya masing-masing.
Analisis Teks Yosua 1:8 Terhadap Memori Dan Aplikasinya Untuk Meningkatkan Prestasi Remaja Di Sekolah Menengah Pertama Glugur, Medan Tulus, Jekson; Duha, Sang Putra Immanuel
REAL DIDACHE: Journal of Christian Education Vol 4, No 2: September 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/rdj.v4i2.540

Abstract

In this highly competitive era, characterized by rapid advancements in digital technology, adolescents familiar with technology are expected to be responsible and achieve excellence. Intellectual development plays a crucial role, which is achieved through the learning process. The awareness of the need to learn must be fostered through self-motivation, especially for adolescents with strong spirituality. Religious attitudes, particularly the frequency of prayer, Bible reading, and attending church services, are key factors shaping the spirituality of Christian youth. This study focuses on the influence of Bible reading on enhancing the intelligence of adolescents at SMP Sei Glugur Medan. Using an exegetical approach to Joshua 1:8 and memory psychology, the researcher aims to explore the role of memory in retaining God’s word. The findings show that meditating on the scriptures, rather than merely reading them, significantly enhances the spirituality and memory capacity of adolescents, leading to intellectual development. These findings are expected to enrich teaching methods. Keywords: exegesis; adolescent education; memory psychology; spirituality; religiosityAbstrakDi era yang sangat kompetitif dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, remaja yang akrab dengan teknologi dituntut untuk bertanggung jawab dan meraih prestasi. Intelektual berperan penting dalam hal ini, yang didapatkan melalui proses belajar. Kesadaran untuk belajar perlu dibangun dengan motivasi diri, terutama bagi remaja yang memiliki spiritualitas tinggi. Sikap religius, khususnya frekuensi berdoa, membaca Alkitab, dan beribadah di gereja, menjadi faktor utama pembentuk spiritualitas remaja Kristen. Penelitian ini fokus pada pengaruh membaca Alkitab dalam meningkatkan kecerdasan remaja di SMP Sei Glugur Medan. Dengan pendekatan eksegesis teks Yosua 1:8 dan psikologi memori, peneliti ingin melihat peran memori dalam mengingat firman Tuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merenungkan firman, selain membacanya, meningkatkan spiritualitas remaja dan kemampuan memorinya, yang berdampak pada perkembangan intelektual. Diharapkan hasil ini membantu guru memperkaya metode pengajaran.Kata Kunci: eksegesis; pendidikan remaja; psikologi memori; spiritualitas; religiositas
Pandangan Alkitab Tentang Gereja sebagai Komunitas Pembelajaran dan Pembinaan pada Masa Kini Tuhumury, Markus; Duha, Sang Putra Immanuel; Tulus, Jekson
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 5, No 2 (2024): NOVEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v5i2.130

Abstract

Social transformation due to technological advances have changed the way humans relate. Relationships can be developed more easily, cheaper and faster. As a community, the church is "forced" to review whether the methods of educating and coaching in faith that have been implemented so far still meet the needs of contemporary congregations. Through a qualitative method of literature approach, the researchers investigated how the Bible views this matter, and found that closeness of relationships or relations between members is the main indicator in learning and faith formation, as done by the early church. Bringing the church back to its original design as a community of God's family (oikos), by taking advantage of today's technological advances, will make the church a constructive place for educating and coaching in the faith of its members. AbstrakPerubahan sosial akibat kemajuan teknologi telah mengubah cara manusia berelasi juga berasosiasi. Relasi dapat dikembangkan dengan lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat. Sebagai komunitas, gereja “dipaksa” untuk mengkaji ulang kembali, apakah metode pembelajaran dan pembinaan iman yang selama ini diterapkan masih menjawab kebutuhan jemaat kekinian. Melalui metode kualitatif pendekatan kepustakaan, peneliti menyelidiki bagaimana pandangan Alkitab mengenai hal ini, dan menemukan bahwa kedekatan hubungan atau relasi antar-anggota merupakan indikator utama dalam pembelajaran dan pembinaan iman, seperti yang dilakukan oleh jemaat mula-mula. Membawa gereja kembali ke desainnya semula sebagai persekutuan keluarga Allah (oikos), dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sekarang, akan menjadikan gereja sebagai tempat yang konstruktif untuk pembelajaran dan pembinaan iman anggotanya.Kata Kunci: Pembelajaran, Pembinaan, Gereja, Komunitas. 
Pendampingan Pelayanan Pastoral Pentakostal Kharismatik dalam Menangani Permasalahan Kesehatan Mental Jemaat Duha, Sang Putra Immanuel; Marpaung, Nona Beta
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 7, No 2: Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v7i2.612

Abstract

Pentecostal-Charismatic churches have a unique approach to pastoral care for congregants facing mental health issues. This approach integrates spiritual, emotional, and communal aspects to respond to mental well-being issues. However, research on the effectiveness of the charismatic pastoral care model in this area is limited. This study aims to evaluate Pentecostal-Charismatic pastoral care in addressing congregational mental health issues. The method used is a qualitative case study with document analysis from various related sources. The formulation of the problem is the extent to which the practice of pastoral care in these churches can address the mental health of the congregation, as well as the challenges faced.  The results showed that charismatic pastoral care plays an important role in addressing mental health issues through three elements: spiritual, emotional, and communal. Spiritually, congregants find strength through faith and prayer. The emotional aspect allows them to share their feelings, while the communal aspect encourages involvement in church activities. However, challenges such as lack of training for pastors and mental health stigma still exist. This research emphasizes the importance of developing a more systematic mentoring model to make the church a safe and supportive place for congregants experiencing mental health issues. Keywords: pastoral care; mental health; pentecostal charismaticAbstrak Gereja-gereja Pentakostal-Kharismatik memiliki pendekatan unik dalam pendampingan pastoral bagi jemaat yang menghadapi masalah kesehatan mental. Pendekatan ini mengintegrasikan aspek spiritual, emosional, dan komunal untuk merespons isu kesejahteraan mental. Namun, penelitian tentang efektivitas model pendampingan pastoral kharismatik di bidang ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelayanan pastoral Pentakostal-Kharismatik dalam menangani masalah kesehatan mental jemaat. Metode yang digunakan adalah studi kasus kualitatif dengan analisis dokumen dari berbagai sumber terkait. Rumusan masalahnya adalah sejauh mana praktik pelayanan pastoral di gereja-gereja ini dapat menangani kesehatan mental jemaat, serta tantangan yang dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan pastoral kharismatik berperan penting dalam mengatasi masalah kesehatan mental melalui tiga elemen: spiritual, emosional, dan komunal. Secara spiritual, jemaat menemukan kekuatan melalui iman dan doa. Aspek emosional memungkinkan mereka berbagi perasaan, sementara aspek komunal mendorong keterlibatan dalam kegiatan gereja. Namun, tantangan seperti kurangnya pelatihan bagi pendeta dan stigma kesehatan mental masih ada. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengembangan model pendampingan yang lebih sistematis untuk menjadikan gereja sebagai tempat yang aman dan mendukung bagi jemaat yang mengalami masalah kesehatan mental.Kata kunci: pendampingan pastoral; kesehatan mental;  pentakostal kharismatik
Pendekatan Alkitabiah dalam Membantu Anak Usia 2-5 Tahun Mengembangkan Kemampuan Berbicara Duha, Sang Putra Immanuel; Tulus, Jekson; Marpaung, Nona Beta; Hendi, Hendi; Marlianus, David
Real Kiddos: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 2 No. 2: Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/realkiddos.v2i2.536

Abstract

Speech delays in children aged 2-5 years are a common problem that hinders their language development. In this context, a Biblical approach can be a valuable source of guidance for parents and educators in helping children aged 2-5 years develop their speaking skills. However, there has not been much literature review regarding the use of a Biblical approach in this context. This literature review aims to explore the use of a Biblical approach in helping children aged 2-5 years develop their speaking skills. The objectives of this research include identifying relevant Biblical principles, developing methods for Biblical approaches, and evaluating the results achieved through the application of these methods. The research approach method uses a qualitative approach by examining relevant Biblical principles through a Biblical text approach, consulting with theologians through literature study and research from related journals. Based on these principles, a Biblical approach method was developed, including the use of Bible stories, spiritual songs, prayers, and positive affirmations in children's daily activities. In the end, the results of applying this Biblical approach showed positive results in developing the speaking abilities of children aged 2-5 years. Children show improved speaking ability through recognizing words from Bible stories, using hymns to practice language skills, and using prayers involving simple words and phrases. Apart from that, positive affirmations based on Bible teachings also help build children's confidence in communicating.Keywords: Biblical Approach; Children 2-5 years; Speaking ability.AbstrakKeterlambatan bicara pada anak usia 2-5 tahun merupakan masalah umum yang menghambat perkembangan bahasa mereka. Dalam konteks ini, pendekatan Alkitabiah dapat menjadi sumber bimbingan yang berharga bagi orang tua dan pendidik dalam membantu anak-anak usia 2-5 tahun mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Namun, tinjauan literatur terkait penggunaan pendekatan Alkitabiah dalam konteks ini belum banyak dilakukan. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan pendekatan Alkitabiah dalam membantu anak usia 2-5 tahun mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Tujuan penelitian ini mencakup identifikasi prinsip-prinsip Alkitab yang relevan, pengembangan metode pendekatan Alkitabiah, dan evaluasi hasil yang dicapai melalui penerapan metode tersebut. Adapun metode pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan meneliti prinsip-prinsip Alkitab yang relevan melalui pendekatan teks Alkitab, konsultasi dengan ahli teologi melalui studi kepustakaan dan penelitian dari jurnal yang terkait. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, metode pendekatan Alkitabiah dikembangkan, termasuk penggunaan cerita-cerita Alkitab, lagu-lagu rohani, doa, dan afirmasi positif dalam kegiatan sehari-hari anak-anak. Pada akhirnya hasil dari penerapan pendekatan Alkitabiah ini menunjukkan hasil yang positif dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak usia 2-5 tahun. Anak-anak menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara melalui pengenalan kata-kata dari cerita-cerita Alkitab, penggunaan lagu-lagu rohani untuk melatih kemampuan bahasa, dan penggunaan doa yang melibatkan kata-kata dan frasa-frasa sederhana. Selain itu, afirmasi positif berdasarkan ajaran Alkitab juga membantu membangun kepercayaan diri anak-anak dalam berkomunikasi.Kata Kunci: Pendekatan Alkitabiah; Anak 2-5 tahun; Kemampuan berbicara.
GEREJA DAN TANTANGAN BERTEOLOGI DALAM MASYARAKAT YANG SEMAKIN SEKULER Sinaga, Ramlon; Duha, Sang Putra Immanuel
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 5, No 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v5i2.192

Abstract

Kemajuan pesat sekularisme di berbagai belahan dunia menghadirkan serangkaian tantangan kompleks bagi gereja dalam menjalankan misinya, termasuk dalam ranah teologi. Artikel ini mengkaji secara mendalam beberapa tantangan utama yang dihadapi gereja dalam konteks masyarakat sekuler, serta menawarkan solusi potensial yang dilandasi oleh pemahaman teologis yang kontekstual dan metodologi yang aplikatif. penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena sekularisme dan dampaknya terhadap gereja dan teologinya di Indonesia. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi gereja dalam berteologi di tengah gelombang sekularisme. Data diperoleh dari berbagai sumber yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja perlu mengembangkan strategi yang efektif untuk tetap relevan dan efektif dalam pewartaan Injil di tengah masyarakat yang semakin mengarah ke arah sekularisme. Beberapa solusi yang disarankan termasuk kontekstualisasi teologi, pembinaan iman yang kuat, dialog dan penghormatan, pelayanan yang relevan, dan kesaksian pribadi yang hidup. tulisan ini juga membahas dampak sekularisme dalam masyarakat modern dan gejala sekularisme yang terjadi di dalam tubuh gereja. Diharapkan penelitian ini dapat membantu gereja menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan membangun hubungan yang lebih positif dan bermakna dengan masyarakat di sekitarnya.
Panduan Moral di Era Modern: Refleksi Penebusan dalam Kitab Kejadian Sitinjak, Johan Natanael; Duha, Sang Putra Immanuel; Habel, Delayda
Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya Vol. 2 No. 2 (2025): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah, Yayasan Yuta Pendidikan Cerdas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62282/pj.v2i2.85-96

Abstract

Era modern ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, budaya, dan sistem sosial yang membawa perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat. Kemajuan ini memberikan dampak positif, namun juga menimbulkan tantangan moral, terutama dalam mempertahankan nilai-nilai spiritual. Kitab Kejadian sebagai bagian dari Perjanjian Lama memiliki peran penting dalam membentuk moralitas dan memberikan pedoman bagi kehidupan manusia di era modern. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi nilai-nilai moral dalam Kitab Kejadian sebagai panduan kehidupan di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur, di mana berbagai sumber teologis dan penelitian terdahulu dikaji untuk memahami implikasi moral Kitab Kejadian dalam konteks saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep kejatuhan dan penebusan dalam Kitab Kejadian memberikan perspektif moral yang kuat bagi masyarakat modern. Prinsip-prinsip yang diajarkan, seperti ketaatan, tanggung jawab, dan penebusan, dapat menjadi landasan dalam menghadapi tantangan etika akibat perkembangan zaman. Selain itu, studi ini menegaskan bahwa pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai spiritual dapat membantu individu dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan berlandaskan iman. Kesimpulannya, Kitab Kejadian tetap relevan sebagai panduan moral bagi masyarakat modern. Dengan memahami dan menerapkan ajaran yang terkandung di dalamnya, manusia dapat mempertahankan nilai-nilai moral dan spiritual di tengah dinamika perubahan zaman.
Murka yang Membinasakan atau Kasih yang Memulihkan: Membaca Ulang Mikha 2:1-13 dalam Krisis Moral Kontemporer Sitinjak, Johan Natanael; Duha, Sang Putra Immanuel; Kudadiri, William Natanael; Boniface, Catherine
Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya Vol. 3 No. 1 (2025): Desember (Article in Progress)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah, Yayasan Yuta Pendidikan Cerdas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62282/pj.v3i1.1-14

Abstract

Kitab Mikha 2:1-13 menyingkap ketegangan teologis antara murka Allah yang membinasakan dan kasih-Nya yang memulihkan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh relevansi pesan Mikha dengan krisis moral kontemporer, khususnya praktik ketidakadilan, korupsi, dan penindasan sosial di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menafsirkan secara mendalam pesan teologis Mikha 2:1-13 dengan pendekatan ekspositori, menegaskan keterkaitan antara penghukuman dan pemulihan, serta menunjukkan signifikansinya bagi gereja masa kini. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian pustaka, yang melibatkan analisis terhadap Kitab Mikha sebagai sumber primer serta literatur klasik dan kontemporer sebagai sumber sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosa yang dirancang secara sadar dan struktural (ay. 1-11) mendatangkan hukuman Allah yang tegas, yang tidak hanya merusak aspek sosial tetapi juga memutuskan relasi umat dengan Allah. Namun, janji pengumpulan kembali umat (ay. 12-13) menegaskan kasih Allah yang memulihkan identitas rohani dan sosial umat perjanjian. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penghukuman dan pemulihan merupakan satu kesatuan dalam teologi kenabian, yang menuntut gereja masa kini untuk menggabungkan suara profetik melawan dosa dengan pewartaan kasih yang menghadirkan pemulihan.
Pola Asuh Orang Tua Kristen Menurut Matius 18:6 Sebagai Upaya Untuk Mengatasi Kekerasan Seksual Pada Anak Boiliu, Fredik Melkias; Duha, Sang Putra Immanuel
Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 9, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/rfidei.v9i1.207

Abstract

Studi ini membahas pola asuh orang tua Kristen untuk mengatasi kekerasan seksual pada anak berdasarkan ayat Matius 18:6. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis sumber-sumber terpercaya tentang kekerasan seksual pada anak dan pola asuh yang efektif. Tujuan dari studi ini adalah untuk memberikan panduan praktis bagi orang tua Kristen dalam melindungi anak-anak mereka dari bahaya kekerasan seksual. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa pola asuh yang baik bagi orang tua Kristen mencakup memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan yang tepat kepada anak-anak mereka, serta mengajarkan anak-anak untuk berbicara dengan jujur dan terbuka. Orang tua Kristen juga harus siap untuk mengambil tindakan yang tegas jika anak mereka menjadi korban kekerasan seksual. Studi ini memiliki kebaharuan dalam memberikan panduan praktis bagi orang tua Kristen dalam mengatasi kekerasan seksual pada anak dengan menggabungkan perspektif Alkitab dan pengetahuan yang ada tentang kekerasan seksual pada anak.