Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Dampak Redistribusi Tanah Terhadap Penghidupan Masyarakat di Kawasan Fora 2 (Ternate) Maluku Utara Gafuraningtyas, Dewi; Setiatin, Nurasih; Anggrivianto, Tommy
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.84620

Abstract

Abstrak Reforma agraria, atau land reform plus, adalah konsep yang bertujuan untuk mengubah struktur kepemilikan dan penggunaan tanah demi mengurangi ketimpangan kepemilikan dan ketidakadilan di sektor pertanian. Di Kelurahan Foramadiahi, Ternate, Provinsi Maluku Utara sudah dilakukan bagian dari reforma agraria yakni redistribusi tanah hasil pelepasan kawasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan Nomor 1001/MENLHK/SEKJEN/PLA.2/11/2019 di tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak reforma agraria, khususnya redistribusi tanah, terhadap kehidupan masyarakat di Kawasan Fora 2, Kelurahan Foramadiahi setelah 2 (dua) tahun pelaksanaan program tersebut. Melalui pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 42 subjek penerima Tanah Objek Reforma Agraria (TORA), penelitian ini mengungkapkan bahwa pemberian kepastian hukum terhadap tanah yang sebelumnya tidak dimiliki telah memberikan kepuasan kepada masyarakat. Meskipun demikian, dampak ekonominya belum signifikan dirasakan oleh masyarakat. Pengakuan hukum atas kepemilikan tanah secara efektif telah mencegah praktik penyerobotan lahan, munculnya mafia tanah, dan mengurangi masalah-masalah pertanahan lainnya di lokasi penelitian. Namun, kendala utama terletak pada kurangnya pendampingan dalam pengelolaan hasil pertanian, yang menjadi faktor penghambat peningkatan nilai tambah produk pertanian. Diharapkan bahwa rencana pemberian penataan akses di tahun 2023, serta pendampingan dalam pengelolaan pertanian, akan memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat Kawasan Fora 2 di masa mendatang. Abstract Agrarian reform, or land reform plus, is a concept that aims to change the structure of land ownership and use in order to reduce ownership inequality and injustice in the agricultural sector. In Foramadiahi Village, Ternate, North Maluku Province, part of agrarian reform has been carried out, namely, the redistribution of land resulting from the release of forest areas based on Forest Area Release Decree Number 1001/MENLHK/ SEKJEN/PLA.2/11/2019 in 2021. This study aims to analyze the impact of agrarian reform, especially land redistribution, on the lives of people in Fora 2 Area, Foramadiahi Village, after two years of program implementation. Through a qualitative approach, interviewing 42 subjects who received Land for Agrarian Reform Objects (TORA), this study reveals that providing legal certainty over previously unowned land has satisfied the community. However, the economic impact has not been significantly felt by the community. Legal recognition of land ownership has effectively prevented land- grabbing practices, the emergence of land mafias, and reduced other land problems in the research locations. However, the main obstacle lies in the lack of assistance in the management of agricultural products, which is an inhibiting factor in increasing the added value of agricultural products. It is expected that the plan to provide access arrangements in 2023, as well as assistance in agricultural management, will have a positive impact on the economy of the Fora 2 community in the future.
Community Preferences for Agrarian Reform in Kampung Reforma Agraria: A Case Study of Mekarsari Village, Banten Gafuraningtyas, Dewi; Setiadi, Hafid; Koestoer, Raldi Hendro T
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 9 No. 2 (2023): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/bhumi.v9i2.795

Abstract

Abstract: An agrarian reform program encompassing asset and access arrangement was implemented to address the inequality in land ownership. Furthermore, asset management and access management models are integrated in the same location to increase the effectiveness of the agrarian reform program. As a pilot project, the first Kampung Reforma Agraria (KRA) was implemented in Mekarsari Village, Panimbang District, Pandeglang Regency, by distributing land to 225 subjects. However, after five years of implementing agrarian reform, some subjects still have not occupied KRA locations. This condition indicates that some subjects are reluctant to live in the designated location. Therefore, this research aims to analyze the profile and characteristics of TORA subjects’ residences who have yet to occupy the land granted in the KRA and the influence of these two factors on their spatial preferences regarding agrarian reform policies. By interviewing 23 TORA subjects who had yet to occupy the Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) location and transfer their land rights, the results show that 52.5% wanted to move to KRA. In contrast, 47.5% did not want to occupy their land in KRA. Based on the analysis of the physical characteristics of the TORA subjects’ residences, the relationship between the physical distance from the subject’s current residence to KRA and the subject’s preference to move to KRA was not very significant. The factors most influencing the subject’s preferences are the residence’s non-physical characteristics, the land’s current legal status, and the socio-economic profile. Based on these findings, policymakers responsible for setting the criteria for land recipients should enhance the supervision system for subject selection from the outset. Furthermore, when designing access provision programs, it is essential to account for the diverse preferences and needs of each subject group. Keywords: Agrarian Reform; Access Arrangement; Asset Arrangement; Kampung Reforma Agraria; Spatial Preferences.
Strategies to Increase Paddy Rice Production in Sugihwaras Village, Candi District, Sidoarjo Regency AINI, NUR; AMIRIL, NUR; RENJAAN, IRENE PAULA; GAFURANINGTYAS, DEWI; GO, RATNA YULIKA; GO, RISKA TEZARA
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 26 No. 1 (2025)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2025.1660

Abstract

Rice fields, which are cultivated with rice and produce rice, are a highly important food commodity for humans. Approximately 85% of the Indonesian population consumes rice as their staple food. The rice production in Sugihwaras Village, Candi Sub-district, Sidoarjo Regency, plays a crucial role in ensuring the availability of rice and improving the well-being of farmers. However, fluctuations in rice production and the decreasing agricultural land pose challenges for the farmers. This research aims to analyze strategies to increase paddy rice production in Sugihwaras Village, Candi District, Sidoarjo Regency. The analysis is conducted using the Internal-External (IE) matrix, which involves evaluating internal and external factors that influence paddy rice production. The internal factors evaluated include strengths and weaknesses, while the external factors encompass opportunities and threats. Based on the analysis results, several strategies are recommended to enhance paddy rice production in Sugihwaras Village. The recommended strategies include: strengthening farmers' skills and knowledge, optimizing land utilization and irrigation channels, improving accessibility and infrastructure, establishing and enhancing farmer groups, obtaining technical assistance, strengthening government support, and addressing challenges such as climate change. Then in the future, sustainable implementation of these strategies can improve paddy rice commodity production in Sugihwaras Village, provide economic benefits to farmers, and enhance the welfare of the local community. This research contributes to the development of agricultural commodity production enhancement strategies and can serve as a reference for relevant stakeholders in decision-making. Abstrak Sawah yang ditanami padi dan produksi beras merupakan komoditas makanan yang sangat penting bagi manusia. Sekitar 85% dari populasi Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Produksi sawah di Desa Sugihwaras, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, memainkan peran penting dalam menjaga ketersediaan beras dan meningkatkan kesejahteraan para petani. Namun, fluktuasi dalam produksi padi dan menyusutnya lahan pertanian menjadi tantangan yang dihadapi oleh para petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi peningkatan produksi komoditas padi sawah di Desa Sugihwaras, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Analisis dilakukan dengan menggunakan matriks Internal-External (IE) yang melibatkan evaluasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi produksi padi sawah. Faktor internal yang dievaluasi meliputi kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berdasarkan hasil analisis, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan produksi padi sawah di Desa Sugihwaras yaitu memperkuat keterampilan dan pengetahuan petani, optimalisasi pemanfaatan lahan dan saluran irigasi, meningkatkan aksesibilitas dan infrastruktur, membangun dan meningkatkan kelompok tani, mendapatkan pendampingan teknis, memperkuat dukungan pemerintah, menghadapi tantangan seperti perubahan iklim. Kedepannya implementasi strategi ini secara holistik dan berkelanjutan dapat meningkatkan produksi komoditas padi sawah di Desa Sugihwaras, memberikan manfaat ekonomi bagi petani, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan strategi peningkatan produksi komoditas pertanian dan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan terkait dalam pengambilan keputusan.
GEOCODING DALAM MENGIDENTIFIKASI POLA SEBARAN SEKOLAH DASAR (SD) TERHADAP KESESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DAN RISIKO BENCANA DI KOTA TERNATE Gafuraningtyas, Dewi
Jurnal Swarnabhumi : Jurnal Geografi dan Pembelajaran Geografi Vol. 10 No. 1 (2025): Jurnal Swarnabhumi : Jurnal Geografi dan Pembelajaran Geografi
Publisher : Geography Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/swarnabhumi.v10i1.12523

Abstract

Visualisasi data spasial penting untuk menganalisis berbagai jenis data. Penelitian ini menggunakan geocoding untuk mengubah data non-spasial menjadi spasial menggunakan alamat lokasi. Penelitian ini berfokus pada sebaran Sekolah Dasar (SD) di Ternate, dengan tujuan untuk mengevaluasi akurasi, memvisualisasikan, dan menganalisisnya dengan data pendukung lainnya. Metode penelitian diawali dengan pembuatan script geocode di website Google Script untuk mendapatkan lokasi spasial sebaran SD. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik overlay pada ArcGIS 10.1 untuk menilai kesesuaian pemanfaatan ruang dan risiko bencana pada tiap titik SD. Hasil analisis menunjukkan bahwa geocoding menghasilkan pergeseran yang signifikan dari hasil analisis citra pada Google Mymaps, karena data alamat di website Kemendikbud tidak lengkap. Meskipun demikian, hasil analisis kesesuaian pemanfaatan ruang menunjukkan bahwa mayoritas sebaran SD di Ternate berada dalam kawasan budidaya, tetapi ada beberapa yang berada di kawasan rawan bencana gunungapi dan tsunami. Kesimpulannya, kelengkapan alamat, pengejaan, dan fungsi script geocoding memiliki pengaruh signifikan terhadap hasilnya. Kata Kunci: API; geocoding; pemanfaatan ruang; pola sebaran; risiko bencana
Kajian Respon Petani Terhadap Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kecamatan Pelabuhan Ratu Gafuraningtyas, Dewi; Setiadi, Hafid; Manesa, Masita Dwi Mandini
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 2 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.2.241

Abstract

Sektor pertanian Indonesia sangat penting bagi perekonomiannya, namun alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian semakin meningkat karena pertumbuhan ekonomi dan demografis. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menekan alih fungsi lahan pertanian dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). Kabupaten Sukabumi, salah satu wilayah di Jawa Barat, secara proaktif menanggapi upaya nasional tersebut dengan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2014, yang secara khusus dirancang untuk menangani masalah Lahan Pertanian Pangan Lestari (LP2B) di wilayahnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis respon petani terhadap penerapan LP2B di tujuh desa di Kabupaten Sukabumi. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai 36 petani yang dibagi menjadi enam klaster berdasarkan sebaran lokasi LP2B kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani di dataran rendah dan dekat pemukiman padat penduduk didominasi oleh petani penggarap yang tidak memahami LP2B. Sebaliknya, petani di daerah pegunungan dan jauh dari pemukiman padat lebih banyak yang memahami kebijakan LP2B. Perbedaan pengetahuan petani dipengaruhi oleh kondisi fisiografis dan keberadaan kelompok tani di masing-masing lokasi. Untuk rekomendasi lebih lanjut, diperlukan sosialisasi kebijakan secara merata dan penguatan kelompok tani.
Spatial multi criteria evaluation sebagai pemodelan spasial untuk kesesuaian pengembangan kawasan permukiman di Bogor Raya Hadi, Marhensa Aditya; Putri, Niken Anissa; Shofy, Yuny Fikriyah; Gafuraningtyas, Dewi; Wibowo, Adi
Geomedia Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol. 21 No. 1 (2023): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v21i1.55737

Abstract

Meningkatnya aktivitas antropogenik di suatu wilayah menyebabkan perubahan pada penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kondisi fisik dan perencanaan yang matang dapat memicu terjadinya bencana dan dampak negatif lainnya. Oleh sebab itu, penentuan dan perencanaan penggunaan lahan yang sesuai peruntukannya perlu dilakukan secara tepat dan terukur. Metode Spatial Multicriteria Analysis (SMCA) dan Spatial Multicriteria Evaluation (SMCE) dapat membantu menentukan perencanaan kawasan salah satunya dalam studi kasus ini adalah pengembangan permukiman. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan rekomendasi akademis mengenai lokasi yang dapat diubah peruntukannya menjadi kawasan permukiman pada revisi tata ruang. Bogor Raya tidak mengalami penambahan penduduk yang signifikan sehingga kebutuhan mengenai lahan permukiman bukan menjadi hal yang mendesak, namun jika diperlukan pengembangan kawasan permukiman, didapatkan bahwa masih cukup banyak lokasi sesuai untuk digunakan sebagai permukiman, sebesar 42,4% dari Bogor Raya tergolong Sesuai, dan 25,8% tergolong Sangat Sesuai, dibandingkan peruntukan dalam rencana tata ruang yang dialokasikan sebesar 36,3% sebagai permukiman.
Pengaruh Lereng dalam Penentuan Kesesuaian Permukiman di Bogor Raya Gafuraningtyas, Dewi; Wibowo, Adi
Geomedia Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol. 21 No. 2 (2023): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v21i2.55825

Abstract

Meningkatnya jumlah penduduk maka mengakibatkan meningkatnya aktivitas antropogenik pada suatu wilayah. Salah satu permasalahan utama yang muncul seiring dengan perubahan aktivitas manusia adalah meningkatnya kebutuhan akan perumahan atau permukiman. Penduduk seringkali membangun tempat tinggal pada lahan yang tidak sesuai akibat semakin sempitnya lahan kosong yang dapat dijadikan area terbangun. Hal ini mengakibatkan maraknya penggunaan lahan di wilayah dengan kemiringan lereng di atas 20% sebagai lokasi untuk tempat tinggal. Bogor raya yang mencakup Kabupaten Bogor dan Kota Bogor merupakan wilayah yang mengalami pesatnya pertumbuhan permukiman dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, rencana tata ruang menjadi kontrol penting dalam mencegah adanya dampak  negatif dari pertumbuhan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rencana tata ruang pada pola kawasan permukiman terhadap kelerengan. Metode yang digunakan adalah overlay antara data DEMNAS dengan data spasial RTRW. Hasilnya menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor kesesuaian penetapan permukiman dengan kondisi kelerengan <25% mencapai 97,7% sedangkan pada Kota Bogor kesesuaiannya mencapai 99,17%.
Study of Spatial Pattern Suitability Based on Land System Data in Malang Regency and Malang City Gafuraningtyas, Dewi; Indira; Musrah, Nur Auliya; Nurwadjedi
JURNAL GEOGRAFI Vol. 17 No. 1 (2025): JURNAL GEOGRAFI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jg.v17i1.43350

Abstract

The study objective is to describe the land characteristics of Malang Regency and Malang City and to evaluate the suitability of spatial patterns using data on the land system in these two locations. This study used spatial and descriptive analysis to discuss the land characteristics at the research site concerning land use as a cultivated area and protected area based on land system data and adjusted to the spatial plan, namely the Regional Spatial Plan (RTRW) of the research locations. There are 24 land systems data in Malang Regency and Malang City, six of which dominate, namely: Asembagus (ABG) 22.9%, Barong Tongkok (BTK) 16.9%, Tanggamus (TGM) 15.4%, Bukit Balang (BBG) 7.38%, Donomulyo (DML) 7%, and Muna (MNA) 6.8%. The results show that the spatial pattern contained in the RTRW map of Malang Regency and Malang City is suitable for the physical characteristics of the land.
Tren Penelitian Tentang Perubahan Penggunaan Lahan dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Indonesia Gafuraningtyas, Dewi
Jurnal Pertanahan Vol 12 No 2 (2022): Jurnal Pertanahan
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53686/jp.v12i2.180

Abstract

ABSTRAK Seiring dengan dinamika pembangunan yang ditandai pertumbuhan ekonomi dan demografi di Indonesia, setiap tahunnya alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian semakin meningkat. Kondisi ini tentunya mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya menekan konversi lahan pertanian dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan atau disingkat PLP2B. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis tren penelitian mengenai perubahan penggunaan lahan dan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Metode yang digunakan adalah PRISMA framework untuk menentukan jumlah artikel yang akan dianalisis. Analisis artikel yang sudah ditetapkan dilakukan dengan menggunakan analisis bibliometric yang diolah melalui Rstudio. Hasilnya menunjukan bahwa dalam kajian perubahan penggunaan lahan pada dasarnya terbagi menjadi dua klaster. Pada klaster pertama kajian lebih menekankan pada penggunaan lahan dan faktor pengaruhnya (aktivitas manusia, deforestasi, populasi/antropogeni, pembangunan berkelanjutan) serta metode yang sering digunakan dalam kajian yakni penginderaan jauh. Sedangkan pada klaster kedua, kajiannya terkait dengan lingkungan yakni vegetasi, pertanian, ekosistem, konservasi, dan manusia. Kajian mengenai LP2B pun secara garis besar terbagi menjadi dua yakni pemodelan peta indikasi LP2B pada wilayah yang belum memiliki penetapan LP2B dan evaluasi terhadap implementasi LP2B pada wilayah yang sudah menetapkan luasannya.   ABSTRACTAlong with the dynamics of development marked by economic and demographic growth in Indonesia, every year the conversion of agricultural land to non-agricultural land is increasing. This condition certainly threatens food security in Indonesia. Therefore, the government is trying to suppress the conversion of agricultural land by issuing Law Number 41 of 2009 concerning the Protection of Sustainable Food Agricultural Land or abbreviated as PLP2B. This article aims to analyze research trends regarding land use change and sustainable food agriculture (LP2B). The method used is the PRISMA Framework to determine the number of articles to be analyzed. The analysis of the articles that have been determined is carried out using bibliometric analysis which is processed through Rstudio. The results show that the study of land use change is basically divided into two klasters. In the first klaster, the study places more emphasis on land use and its influencing factors (human activities, deforestation, population/anthropogeny, sustainable development) as well as the method often used in the study, namely remote sensing. While in the second klaster, the studies are related to the environment, namely vegetation, agriculture, ecosystems, conservation, and humans. The study of LP2B is broadly divided into two, namely modeling of LP2B indication maps in areas that do not yet have LP2B determinations and evaluation of LP2B implementation in areas that have determined their area.
Changes in Land Cover in Temon District Impact of Development of Yogyakarta International Airport Gafuraningtyas, Dewi; Pradana, Brahim Aji
Jurnal Pertanahan Vol 13 No 1 (2023): Jurnal Pertanahan
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53686/jp.v13i1.194

Abstract

ABSTRACT In recent years, the Indonesian government has built several airports, including the Yogyakarta International Airport (YIA) in the Special Region of Yogyakarta (DIY). With the development of the airport, it will create a multiplier effect in which the growth of various facilities around it to support the needs of airport service users, which were previously very minimal or not even available around the airport area. This condition will certainly impact land cover and use in the surrounding area. This study aims to detect temporal changes in land cover in Temon District before development (2016), after it started operating (2019), and 2022 using several algorithms and indices such as Random Forest, Normalized Difference Built-up Index (NDBI), Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), detection via google earth, and nighttime light (NTL). The results show a significant change in land cover, namely an increase in the built-up area while the other land cover classes decrease. Built-up area increased from 246.54 ha (6,72%) in 2016 to 617.83 ha (16,86%) in 2019, primarily due to the construction of airports. By 2022, the built-up area further expanded to 977.25 ha (26,67%), driven by the development of surrounding areas, including settlements, hotels, and other structures. In contrast, other land cover types have shown a decrease in area from 2016 to 2022. For example, vegetated agricultural areas reduced by 515.29 ha, bare land decreased by 111.43 ha, non-agricultural vegetation decreased by 48.81 ha, and water bodies reduced by 55.18 ha. Based on NTL, connectivity from Temon District to the surrounding areas has increased from 2016 to 2022. ABSTRAK Dalam beberapa tahun belakangan ini, pemerintah Indonesia telah membangun sejumlah bandar udara dan salah satunya adalah Yogyakarta International Airport (YIA) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan adanya pembangunan bandara maka akan menimbulkan multiplier effect (efek pengganda), yakni terjadinya pertumbuhan berbagai fasilitas di sekitarnya sebagai penunjang kebutuhan pengguna jasa bandara yang sebelumnya sangat minim atau bahkan belum tersedia di sekitar wilayah bandara. Hal ini tentunya akan memberikan dampak pada tutupan dan penggunaan lahan pada wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya perubahan tutupan lahan secara temporal di Kecamatan Temon sebelum pembangunan (2016), saat mulai beroperasi (2019), hingga saat ini (2022) dengan menggunakan beberapa algoritma dan indeks seperti random forest, normalized difference built-up index (NDBI), normalized difference vegetation index (NDVI), deteksi melalui google earth, dan night time light (NTL). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang cukup signifikan pada tutupan lahan, yakni meningkatnya luasan area terbangun sedangkan kelas tutupan lahan lainnya berkurang. Lahan terbangun meningkat dari 246,54 ha (6,72%) pada tahun 2016 menjadi 617,83 ha (16,86%) pada tahun 2019, terutama disebabkan oleh pembangunan bandara. Pada tahun 2022, area terbangun semakin meluas menjadi 977,25 ha (26,67%), didorong oleh pengembangan area sekitarnya, termasuk permukiman, hotel dan lainnya. Sebaliknya, tutupan lahan lainnya menunjukkan penurunan luas dari tahun 2016 hingga 2022. Diantaranya lahan pertanian berkurang 515,29 ha, lahan terbuka berkurang 111.43 ha, vegetasi nonpertanian berkurang 48,81 ha, dan badan air berkurang sebesar 55,18 ha. Berdasarkan NTL, konektivitas dari Kecamatan Temon ke sekitarnya mengalami peningkatan dari tahun 2016 hingga tahun 2022. Berdasarkan NTL, konektivitas dari Kecamatan Temon menuju wilayah sekitarnya semakin meningkat dari periode tahun 2016 hingga 2022.