Tubuh merespon cedera atau kerusakan jaringan dengan inflamasi, yang menyebabkan berbagai sensasi seperti rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, panas, dan penurunan fungsi di daerah yang terluka. Daun maja (Aegle marmelos L.) secara empiris telah digunakan sebagai obat radang. Diketahui daun maja memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat sehingga berpotensi sebagai antiinflamasi yang kuat. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi potensi antiinflamasi serta menentukan kadar total fenolik dan flavonoid daun maja. Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan menggunakan metode penghambatan denaturasi protein, dengan mengukur persentase penghambatan denaturasi albumin serum pada konsentrasi tertentu. Analisis kadar fenolik total dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu, dengan asam galat sebagai standar, sementara kadar flavonoid total dianalisis menggunakan metode kompleksasi aluminium, menggunakan kuersetin sebagai standar. Pengukuran dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang tertentu. Hasil skrining fitokimia daun maja mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid. Kadar fenolik dan flavonoid total tertinggi berturut-turut yaitu fraksi etil asetat sebanyak 374.17 mgEAG/g dan 394.07 mgEK/g sampel. Hasil uji aktivitas antiinflamasi menggunakan metode penghambatan denaturasi protein Bovin Serum Albumin (BSA) diperoleh nilai IC50 pada ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air berturut-turut adalah 32.088 µg/mL, 18.361 µg/mL, 14.243 µg/mL, dan 38.894 µg/mL. Pengujian antiinflamasi menemukan bahwa fraksi etil asetat memiliki nilai IC50 tertinggi yang menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun Aegle marmelos L. memiliki potensi aktivitas antiinflamasi yang baik dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa daun Aegle marmelos L. memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.