Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pertanggungjawaban Maskapai Terhadap Kehilangan Barang Penumpang Pada Bagasi Pesawat (Studi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor:6/PDT.G.S/2018/PN.DPS) Efendi, Harun; Harvee, Renhard
Lex Lectio Law Journal Vol 1, No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Graha Kirana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61715/jlexlectio.v1i2.23

Abstract

AbstractThe problem of losing luggage on this plane is certainly often experienced by passengers. However, most passengers are confused about where to complain and wondering if there was actually compensation for the lost item or damaged in the hold of the aircraft. It is not uncommon for items to be lost or damaged in baggage These are very valuable items, important or not priceless. Through Law Number 8 of 1999 concerning Protection Government consumers regulate consumer rights that must be protected including regarding the right to obtain compensation, compensation and/or replacement if the goods and/or services received are not suitable with the agreement or not as it should. Airline companies as carriers have a responsibility towards passengers due to a contractual relationship that occurs between them, namely through a carriage agreement that is stated in the ticket. However, sometimes in carrying out these obligations, airline companies cannot be separated from negligence, such as lost or destroyed baggage. These problems will be discussed in this study using normative juridical research methods and using secondary data. The results of this study can be interpreted that security, comfort and personal safety for public transportation passengers and property carried by consumers of public transportation services receive less attention from public transportation service providers. The enactment of the Minister of Transportation Regulation regarding compensation in the event of loss of passenger baggage has the aim of providing strictness to business actors and more protection for consumers related to the responsibility of airline business actors for the checked baggage of lost airplane passengers. The principle of accountability is absolute responsibility. This principle is implemented so that consumers no longer have to bother filing cases for lost baggage to the plate. Consumers can immediately get compensation on the spot. However, this arrangement actually makes consumers dissatisfied by questioning the compensation set, thus encouraging consumers to finally take the matter to court. Settlement of compensation for lost checked baggage in the operation of flights in Indonesia, can be done through the Non-Litigation Route and the Litigation Route. In case Number 6/Pdt. G.S/2018/PN DPS has actually carried out a Non-Litigation Effort, but the Plaintiff is not trivial with the nominal compensation offered by Lion Air, so in the end it uses the Litigation route by filing a claim for compensation through a lawsuit. AbstrakMasalah kehilangan bagasi pesawat ini tentu sering dialami oleh penumpang. Namun, sebagian besar penumpang bingung harus melakukan komplain kemana dan bertanya-tanya apakah sebenarnya ada kompensasi untuk barang yang hilang atau rusak di bagasi pesawat. Tidak jarang barang yang hilang atau rusak dibagasi tersebut merupakan barang yang sangat berharga, penting atau bahkan tidak ternilai. Melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pemerintah mengatur hak-hak konsumen yang harus dilindungi hal tersebut, termasuk mengenai hak untuk mendapatkan Kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagai semestinya. Perusahaan penerbangan selaku pengangkut memiliki tanggung jawab terhadap penumpang dikarenakan adanya hubungan kontraktual yang terjadi diantara mereka, yaitu melalui perjanjian pengangkutan yang dituangkan ke dalam tiket. Namun, kadang kala dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, perusahaan penerbangan tidak terlepas dari adanya kelalaian-kelalaian, seperti hilang atau musnahnya barang bagasi. Permasalahan tersebut akan dibahas dalam penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan menggunakan data sekunder. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Keamanan, kenyamanan dan keselamatan terhadap diri pribadi penumpang transportasi umum dan harta benda yang dibawa oleh konsumen pengguna jasa transportasi umum kurang mendapat perhatian penyedia jasa transportasi umum. Lahirnya Peraturan Menteri Perhubungan mengenai ganti rugi dalam hal hilangnya bagasi penumpang memiliki tujuan untuk memberi keketatan kepada pelaku usaha dan perlindungan lebih kepada konsumen terkait dengan pertanggungjawaban pelaku usaha penerbangan terhadap bagasi tercatat penumpang pesawat yang hilang. Prinsip pertanggungjawabannya adalah tanggung jawab mutlak (absolute liability). Prinsip ini diterapkan agar konsumen tidak lagi harus repot-repot untuk memperkarakan bagasi hilang ke pengadilan. Konsumen dapat langsung mendapatkan ganti rugi di tempat. Namun pengaturan ini justru membuat konsumen tidak puas dengan pembatasan ganti rugi yang ditetapkan sehingga mendorong konsumen pada akhirnya membawa perkara tersebut ke pengadilan. penyelesaian ganti kerugian terhadap bagasi tercatat yang hilang dalam penyelenggaraan penerbangan di Indonesia, dapat dilakukan melalui Jalur Non Litigasi dan Jalur Litigasi. Dalam perkara Nomor 6/Pdt. G.S/2018/PN DPS ini sebenarnya telah dilakukan Upaya Nonlitigasi namun Pihak Penggugat tidak sepakat dengan nominal ganti rugi yang ditawarkan Pihak Lion Air, hingga pada akhirnya digunakan jalur Litigasi dengan mengajukan gugatan ganti rugi melalui pengadilan.
Aktivitas Antihiperglikemik, Penghambatan Stres Oksidatif, dan Regenerasi Sel ? Pankreas dari Ekstrak Etanol Fraksi-Fraksi Daun Kelakai (Stenochlaena palutris) pada Tikus yang Diinduksi STZ-NA Efendi, Harun; Billi, Joseph; Citra Jaluri, Poppy Dwi; Sobirin, Miftachul; Muzaroh, Silvia Lutvia; Debora, Shandy
Jurnal Borneo Cendekia Vol 9 No 1 (2025): Jurnal Borneo Cendekia
Publisher : STIKES Borneo Cendekia Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54411/jbc.v9i1.634

Abstract

Type 2 diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by chronic hyperglycemia and oxidative stress, leading to pancreatic ?-cell damage. Kelakai leaves (Stenochlaena palutris) contain bioactive compounds with potential antidiabetic effects. This study aimed to evaluate the antihyperglycemic activity, antioxidant effects, and ?-cell regeneration of ethanol extract and fractions of kelakai leaves in STZ-NA-induced rats. Methods: Ethanol extract of kelakai leaves was fractionated into n-hexane, ethyl acetate, and water fractions. Male Wistar rats were divided into 7 groups (n=6): healthy control, negative control (STZ-NA), positive control (glibenclamide), and treatment groups with extract or fractions. Blood glucose levels were measured on days 0, 7, and 14. Antioxidant parameters (MDA and SOD) were analyzed using commercial kits. ?-cell regeneration was assessed via pancreatic histopathology.Results: Administration of ethanol extract and fractions significantly reduced blood glucose (p<0.05), enhanced antioxidant activity (decreased MDA, increased SOD, CAT, GSH), and improved pancreatic ?-cell histology. The ethyl acetate fraction exhibited the best effects across all parameters. Conclusion: Ethanol extract and fractions of kelakai leaves possess antihyperglycemic and antioxidant properties and support pancreatic ?-cell regeneration in type 2 diabetic rats.
Tingkat Pengetahuan Dan Rasionalitas Pasien Tentang Swamedikasi Di Apotek Kecamatan Arut Selatan Jaluri, Poppy Dwi Citra; Efendi, Harun; Dwiannur, Febriandi Ramadhan; Irawan, Yogie; Sulistiyono, Luluk
Jurnal Borneo Cendekia Vol 9 No 1 (2025): Jurnal Borneo Cendekia
Publisher : STIKES Borneo Cendekia Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54411/jbc.v9i1.632

Abstract

Swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan masyarakat untuk menangani keluhan kesehatan ringan tanpa konsultasi tenaga medis. Praktik ini dapat bermanfaat dari sisi efisiensi biaya dan waktu, tetapi berisiko menimbulkan masalah apabila dilakukan secara tidak rasional, seperti kesalahan pemilihan obat, dosis yang tidak tepat, serta timbulnya efek samping maupun interaksi obat. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai swamedikasi serta menilai rasionalitas penggunaan obat pada pasien yang melakukan swamedikasi di tiga apotek Kecamatan Arut Selatan. Hasil sebanyak 300 responden berpartisipasi, dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan (64%) dan usia terbanyak pada kelompok 29–39 tahun (31,4%). Tingkat pengetahuan responden sebagian besar berada pada kategori sedang (48%). Meskipun sebagian besar responden mampu membedakan jenis obat batuk (86,7%), pemahaman mengenai interaksi obat masih rendah (36,3%). Dari segi rasionalitas, 73,7% responden menggunakan obat secara rasional. Ketepatan pemilihan obat tercatat sebesar 98,6%, ketepatan dosis 94,3%, kontraindikasi 98,3%, tidak ditemukan interaksi obat (100%), serta polifarmasi rendah (1,7%). Faktor utama ketidakrasionalan disebabkan oleh adanya efek samping obat (18,9%). Kesimpulan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan pada kategori sedang dan penggunaan obat yang tergolong rasional. Namun, rendahnya pemahaman terkait interaksi obat serta munculnya efek samping menunjukkan perlunya peningkatan edukasi dari tenaga kefarmasian untuk mendukung praktik swamedikasi yang lebih aman dan rasional.
Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Saraf Di Apotek Sinar Baru Pangkalan Bun 2023 Nurhasanah, Nurhasanah; Irawan, Yogie; Efendi, Harun
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 5 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i5.15502

Abstract

Pendahuluan: Penyakit saraf merupakan masalah kesehatan yang masih sulit diatasi di Indonesia dan mengancam kehidupan masyarakat hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saraf di Indonesia. Apotek sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran strategis dalam memastikan bahwa pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan resep dokter dan informasi penggunaan yang tepat. Tujuan: Mengetahui penggunaan obat saraf pada pasien penyakit saraf yang rasional meliputi ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan pasien, dan ketepatan indikasi pada pasien penyakit saraf di Apotek sinar baru Pangkalan Bun pada tahun 2023. Metode: Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan metode kuantitatif dan pendekatan yang bersifat deskriptif. Populasinya adalah seluruh pasien yang menggunakan obat saraf di Apotek sinar baru pangkalan bun pada tahun 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, Data dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui persentase rasionalitas penggunaan obat. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 283 pasien yang diteliti, mayoritas penderita penyakit saraf adalah perempuan (63,95%) dan kelompok usia terbanyak adalah 40-50 tahun (65,01%). Gejala yang paling sering dialami adalah nyeri sendi dan saraf. Obat saraf yang paling banyak digunakan adalah Orinox dengan dosis 60/90/120 mg, tercatat sebanyak 148 obat (22,32%). Evaluasi rasionalitas penggunaan obat menunjukkan bahwa 100% resep telah memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. Kesimpulan: Penggunaan obat saraf di Apotek Sinar Baru Pangkalan Bun tahun 2023 sebagian besar sudah rasional dengan tingkat ketepatan sebesar 100%. Namun, masih terdapat ruang untuk perbaikan guna mencapai penggunaan obat yang lebih optimal bagi pasien penyakit saraf. Kata kunci: Penyakit Saraf, Obat Saraf, Ketepatan Obat