p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL ILMIAH PLATAX
Mamangkey, Noldy Gustaf Frans
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Morphological Characteristics and Shell Color Of Littoraria pallescens Prosobrancia Molusca From Different Mangrove In Tongkaina Waters, Manado City Salawati, Vellysa Friendly; Mantiri, Desy Maria Helena; Boneka, Farnis Bineada; Mamangkey, Noldy Gustaf Frans; Warouw, Veibe; Kalesaran, Ockstan
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38559

Abstract

The purpose of this study was to identify sea slugs L. pallescens taken from two different mangroves, namely Rhizophora mucronata and Avicennia marina in Tongkaina waters, Bunaken District, Manado City based on morphology and anatomy as well as shell color. Identification of mangroves and sea slugs refers to the identification book. The results obtained were L. pallescens species with elongated and tapered morphology at the end of the shell measuring 0.3-2.7 cm. The operculum is purple. The color of the shell obtained was 66.85% consisting of dark colors (black, black, orange, brown and gray spots), occupying the stems and roots of the mangrove, while the light colors (yellow, yellow, dark spots and red) were found to be 33.15%, occupying the leaves and stems of mangroves. The high survival rate of L. pallescens was found in the mangrove roots. This species was found in R. mucronata by 65.26% while in A. marina only 34.74%, this could be caused by differences in the shape of the mangrove roots.Keywords: L. pallescens; Mangrove; Shell color; MorphologyAbstrakTujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi siput laut L. pallescens yang diambil dari dua mangrove berbeda yaitu Rhizopora mucronata dan Avicennia marina di perairan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado berdasarkan morfologi dan anatomi serta warna cangkang. Identifikasi mangrove dan siput laut merujuk pada buku identifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu spesies L. pallescens dengan bentuk morfologi memanjang dan meruncing, pada bagian ujung cangkang berukuran  0,3-2,7 cm. Operculum berwarna ungu. Warna cangkang yang diperoleh 66,85% yang terdiri dari warna gelap (hitam, hitam bercak orange, coklat dan abu-abu), menempati bagian batang dan akar mangrove sedangkan warna terang (kuning, kuning bercak gelap dan merah) didapat 33,15%, menempati bagian daun dan batang mangrove. Tingginya kelangsungan hidup  L. pallescens berada pada bagian akar mangrove. Spesies ini ditemukan pada R. mucronata sebesar 65,26% sedangkan pada A. marina hanya 34,74%, hal ini dapat disebabkan oleh karena perbedaan bentuk akar mangrove.  Kata Kunci: L. Pallescens; Mangrove; Warna cangkang; Morfologi
Blister Pearl Formation in Abalone, Haliotis varia Using Anestesia Gulo, Puji Eli Arnita; Mamangkey, Noldy Gustaf Frans; Ompi, Medy; Manembu, Indri Shelovita Manembu; Kawung, Nickson J.; Ginting, Elvy Like; Angkouw, Esther D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 13 No. 1 (2025): ISSUE JANUARY-JUNE 2025
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v13i1.60568

Abstract

Abalone pearl farming has significant potential to improve the livelihoods of coastal communities. This study aimed to measure early pearl blister layer thickness and analyze mortality in Haliotis varia following nucleus insertion. A four-month experimental study was conducted in Pulisan, North Sulawesi, Indonesia. Forty abalones underwent nucleus insertion using quick-drying adhesive after being anesthetized with benzocaine (1200 mg/L). Samples were collected monthly for two months to measure pearl layer thickness. Results showed that the average pearl layer thickness increased from 0.093 mm in the first month to 0.145 mm in the second month. However, mortality was highest in the treatment group (30%), followed by the control group with anesthesia (20%), and the control group without treatment (5%). This study concludes that pearl formation in H. varia is continuous but that insertion and anesthesia procedures stress individuals. These findings provide a foundation for developing more efficient and sustainable abalone pearl farming techniques. Keywords: Pearl, Pearl Production, Abalone, Haliotis varia, Anestesia. Abstrak Produksi mutiara abalone memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pertumbuhan awal lapisan mutiara blister dan menganalisis mortalitas pada abalone Haliotis varia setelah proses insersi inti mutiara. Penelitian eksperimental ini dilakukan selama 4 bulan di perairan Pulisan, Sulawesi Utara. Sebanyak 40 individu abalone diinsersi inti mutiara menggunakan lem cepat kering setelah dibius dengan benzocaine (1200 mg/L). Sampel diambil setiap bulan selama dua bulan untuk mengukur ketebalan lapisan mutiara yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan lapisan mutiara meningkat dari 0,093 mm pada bulan pertama menjadi 0,145 mm pada bulan kedua. Namun, mortalitas tertinggi (30%) terjadi pada kelompok perlakuan insersi, diikuti oleh kelompok kontrol dengan perlakuan anestesi (20%) dan kelompok kontrol tanpa perlakuan (5%). Studi ini menyimpulkan bahwa proses pembentukan mutiara pada H. varia berlangsung terus-menerus, namun prosedur insersi dan anestesi memberikan tekanan pada individu abalone. Penelitian ini memberikan dasar penting untuk pengembangan teknik produksi mutiara abalone yang lebih efisien dan berkelanjutan. Kata kunci: Mutiara, Produksi Mutiara, Abalone, Haliotis varia, Anestesi.