Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Implementation of Reliability Centered Maintenance (RCM) with Fuzzy Logic in Eliminating Off-Hangar Maintenance on Narrow Body Aircraft Juniawan, Singgih; Jaqin, Choesnul; Prabowo, Herry Agung; Roysen, Uti; Alam, Fachrul; Daruki, Daruki
Jurnal Teknologi Vol 16, No 1 (2024): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jurtek.16.1.137-152

Abstract

Aircraft maintenance in remote locations is a prevalent challenge for local airlines in Indonesia, leading to diminished productivity and efficiency in the maintenance division. This issue is substantiated by a significant incidence rate of 36% annually, as reported by a national airline. The current solution needed is the improvement of the Maintenance System to eliminate off-hangar maintenance for Narrow Body aircraft in the national aviation service industry. This study aims to identify the causal factors of aircraft requiring maintenance when located outside the primary maintenance facilities and to reduce these occurrences. The Reliability Centered Maintenance (RCM) method is employed to determine the most effective maintenance approach based on system and equipment reliability, and the fuzzy logic method in FMEA is utilized to address ambiguity and uncertainty in risk assessment. Primary data were obtained from Focus Group Discussions (FGD) with experts working in the airline industry. Secondary data were collected from all aircraft experiencing breakdowns outside the main hangar. The findings reveal that the primary factor for maintenance outside the main facilities is the current maintenance policy of Finding Failure (FF), which leads to unpredictable maintenance activities, resulting in damage outside the main facility areas (Batam, Cengkareng, and Surabaya). Incidents of maintenance outside the main facilities can be eliminated by shifting the policy to Time Directed (TD), enabling the company to reduce costs from an initial IDR 342,681,011,118.60 to IDR 70,370,514,198.60, achieving a cost saving of 79.47%.
Peningkatan Produktivitas Maintenance Menggunakan Metode OEE dan MVSM pada Industri Jasa Penerbangan Nasional Roysen, Uti; Jaqin, Choesnul; Hasibuan, Sawarni; Juniawan, Singgih; Alam, Fachrul; Daruki, D
JISI: Jurnal Integrasi Sistem Industri Vol 11, No 2 (2024): JISI UMJ
Publisher : Fakultas teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jisi.11.2.159-170

Abstract

Kegiatan perawatan dan pemeliharaan merupakan salah satu penyebab terjadinya keterlambatan jadwal penerbangan suatu maskapai. Berdasarkan laporan dari salah satu maskapai penerbangan nasional terdapat 39% pekerjaan maintenance tidak dapat terselesaikan pada periode Januari 2022 - Juni 2023. Peningkatan produktivitas maintenance diperlukan agar dapat meningkatkan jumlah pekerjaan selesai dan memperkecil kontibusinya terhadap keterlambatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pada divisi maintenance. Penelitian ini menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengetahui nilai perbaikan sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan, metode Maintenance Value Stream Maping (MVSM) untuk membuat peta aliran proses kegiatan  maintenance sehingga dapat mengetahui penyebab efektivitas dan efisiensi yang tidak tercapai dengan metode fishbone diagram. Penelitian ini mengungkapkan bahwa efisiensi keseluruhan peralatan (OEE) yang pada awalnya hanya 29,38% sebelum dilakukannya perbaikan dapat meningkat secara signifikan mencapai nilai 54,49% pada akhir perbaikan. Setelah melakukan pemetaan proses dengan Current MVSM didapatkan nilai sebesar 38,70% yang disebabkan oleh faktor -faktor utama yang berkontribusi pada rendahnya efektivitas dan efisiensi termasuk kekurangan dalam keterampilan, pengalaman, dan motivasi tim, hambatan dalam komunikasi dan strategi perencanaan, kurangnya pemeriksaan terhadap peralatan dan penggunaan alat yang tidak efektif, manajemen persediaan sparepart yang tidak memadai, serta lingkungan kerja yang kurang mendukung. Melalui simulasi yang melibatkan sebuah tim kecil yang dikondisikan secara ideal, nilai Value Added dari pemetaan Future MVSM meningkat menjadi 45,54%.
Peningkatan Kapasitas Produksi dengan Metode Lean Manufacturing pada Industri Furnitur Apriani, Ades Yulia; Purba, Humiras Hardi; Rimawan, Erry; Juniawan, Singgih
Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya Vol. 10 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/intech.v10i2.9176

Abstract

Industri furnitur kayu di Indonesia memiliki peranan penting dalam ekonomi nasional dikarenakan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satu perusahaan furniture nasional yang berada di daerah Cikarang memiliki kapasitas  produksi 70,03% atau di bawah rata-rata nasional sebesar 74,16%. Penelitian ini bertujuan untuk menge­tahui tingkat utilitas produksi saat ini dan strategi dalam meningkatkan tingkat produk­tivitas beserta implementasi solusi yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Value Stream Mapping (VSM) dalam memvisualisasikan dan menganalisis alur proses produksi furnitur untuk mengetahui potensi penyebab waste atau pemborosan operasional proses produksi serta penerapan pendekatan Root Cause Analysis (RCA) berupa metode 5W1H untuk menghilangkan akar penyebab masalah pada proses produksi furnitur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat utilitas jam kerja produksi sebelum dilakukan perbaikan adalah sebesar 108,67% yang mengindi­kasikan bahwa fasilitas produksi saat ini sudah dalam posisi maksimal. Penelitian ini berhasil melakukan identifikasi waste terbesar pada Movement, Overproduction dan Waiting. Dengan melakukan perubahan Batch Process baru sebanyak 50 set, pengadaan Mesin CNC Cutting for Leather and Fabric sebanyak empat unit, pengadaan Mesin CNC Cutting for Woodworking sebanyak tiga unit serta penambahan operator sebanyak 43 orang didapatkan perbaikan signifikan pada Lead Time Process menjadi 8,01 hari dari sebelumnya 11,98 hari dan total Cycle Time produksi menjadi 850 menit dari sebelumnya 1.068 menit; kapasitas produksi meningkat dari rata-rata 70,03% menjadi 92,38% atau terjadi kenaikan sebesar 22,35% serta rasio biaya terhadap revenue yang dihasilkan adalah sebesar Rp.674.406.962,80 menghasilkan kontribusi pendapatan sebesar Rp.190.277.737.037,20.
Optimization of Flight Routes Employing the Simulated Annealing Method in the Context of the Indonesian National Airline Industry Juniawan, Singgih; Roysen, Uti; Alam, Fachrul; Zainuddin, Zafitri; Daruki, Daruki; Taher, Hermawan
IJIEM - Indonesian Journal of Industrial Engineering and Management Vol 5, No 3: October 2024
Publisher : Program Pascasarjana Magister Teknik Industri Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/ijiem.v5i3.21748

Abstract

This research was conducted in the context of significant air traffic growth in Indonesia, where the increasing number of passengers each year presents an opportunity for airlines to expand their route networks and reach more markets. To seize this opportunity, a national airline based in Jakarta conducted internal research to open new flight routes connecting several important cities in Indonesia, namely Jakarta, Kupang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Makassar, and Banjarmasin.This research aims to obtain an optimal flight route that can enhance the effectiveness and efficiency of the planned airline routes. The research utilizes the Simulated Annealing-Traveling Salesman Problem optimization method to achieve this objective. This method is employed to find the best solution in determining the shortest route that includes visits to each destination city.The initial proposed flight route by the airline was Banjarmasin-Pangkal Pinang-Pekanbaru-Jakarta-Kupang-Makassar, with a total distance of 5,127 km. However, the research yielded a different optimal flight route after conducting the optimization process using the Simulated Annealing-Traveling Salesman Problem method. The discovered optimal flight route is Pekanbaru-Pangkal Pinang-Jakarta-Banjarmasin-Makassar-Kupang, with a total distance of 3,256 km. A comparison between the initial and optimal routes reveals that the new route has a 36.49% shorter distance than the initial route.
The Effects of Routine Maintenance and Engineer Competence on Aircraft Readiness in an Indonesian Flight Operator Juniawan, Singgih; Roysen, Uti; Zainuddin, Zafitri; Daruki, Daruki; Alam, Fachrul
IJIEM - Indonesian Journal of Industrial Engineering and Management Vol 6, No 1: February 2025
Publisher : Program Pascasarjana Magister Teknik Industri Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/ijiem.v6i1.24748

Abstract

Airlines in Indonesia play a crucial role in air transportation activities, connecting communities across different regions. This research aims to identify one of the root causes of flight delays in an Indonesian airline by examining the influence of routine maintenance and engineer competence on aircraft readiness. The theory utilized in this research is Multivariate Statistics, notably the Structural Equation Model - Partial Least Squares (SEM-PLS ) method, employed using questionnaire survey data and internal company data, specifically the annual flight delay data. The research findings show that there is a direct influence of routine maintenance schedule on aircraft readiness by 39.70%; there is a direct influence of spare parts availability on aircraft readiness by 27.60%; there is an indirect influence of routine maintenance schedule and spare parts availability on aircraft availability by 11.30%; and there is an indirect influence of engineer competence and spare parts availability on aircraft availability by 7.30%. The hypothesis stating a significant relationship between engineer competence and aircraft readiness was rejected because, in reality, an engineer's competence would not impact the assistance of adequate equipment and spare parts availability.