Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Morphometric Characteristics and Condition Factors of Green Shells (Perna viridis) in The Waters of Randusanga Kulon Brebes, Central Java Faizah, Farkhah Nur; Imlani, Ainulyakin Hasan; Sanjayasari, Dyahruri
MAIYAH Vol 3 No 1 (2024): Maiyah : Vol. 3 No. 1 Maret 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.maiyah.2024.3.1.11476

Abstract

ABSTRACT Green mussel (Perna viridis) is one of the species of bivalve class that is commonly found in the waters of Randusanga kulon, Brebes, thus becoming one of the sources of income for the people in the area. The purpose of this study was to determine the morphometric condition of green mussels based on length and weight and condition factors of green mussels in Randusanga kulon waters. Was used in this study regression analysis quantitative method. The results of the study showed the green mussel morphometry average length was 11.78 cm ± 1.51 with average weight was 90.749 gr ± 24.1. The value of b from the length-weight relationship of green mussels is 0.0045, meaning that the value of b <3 is allometrically negative, namely the growth of length faster than its weight. The condition factor of green mussels was 1.02, which is classified as having a good proportions and indicates a decent water condition. Keywords: Condition Factors, Green Mussels, Morphometry,Growth, Randusanga Kulon ABSTRAK Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu spesies dari kelas bivalvia yang banyak ditemukan di perairan Randusanga kulon, Brebes, sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi morfometrik kerang hijau berdasarkan panjang dan berat serta faktor kondisi kerang hijau di perairan Randusanga kulon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan morfometri kerang hijau panjang rata-rata adalah 11,78 cm ± 1,51 dengan berat rata-rata 90,749 gr ± 24,1. Nilai b dari hubungan panjang-berat kerang hijau adalah 0,0045, artinya nilai b < 3 bersifat allometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan beratnya. Faktor kondisi kerang hijau sebesar 1,02 yang tergolong memiliki proporsi yang baik dan mengindikasikan kondisi perairan yang layak. Kata Kunci: Faktor Kondisi ,Kerang Hijau, Morfometri, Pertumbuhan, Randusanga Kulon
Depuration Method with Various Temperature and Soaking Time in Green Mussels (Perna viridis) Contaminated Cadmium Putri, Atika Amelia; Sanjayasari, Dyahruri; Hidayati, Nuning Vita; Imlani, Ainulyakin Hasan
MAIYAH Vol 3 No 2 (2024): Maiyah : Vol. 3 No. 2 Juni 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.maiyah.2024.3.2.11991

Abstract

Aplikasi metode depurasi pada kerang hijau (Perna viridis) pada penelitian ini menggunakan perlakuan variasi suhu dan lama perendaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat kadmium pada kerang hijau di Pesisir Brebes sebelum dan sesudah dilakukan depurasi, persentase perubahan kandungan logam berat kadmium pada kerang hijau dan standar keamanan konsumsi kerang hijau di pesisir Brebes. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis dan uji lanjut MannWhitney. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat Cd sebelum metode depurasi sebesar 0,10 mg/kg sedangkan sesudah metode depurasi menunjukkan nilai yang bervariasi dan seluruhnya masih dibawah batas baku mutu yang telah ditetapkan sebesar 0,2 mg/kg. Lama perendaman 24 jam menujukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perendaman 48 jam. Kategori nilai EDI dan THQ untuk seluruh perlakuan ialah tidak ada resiko kesehatan yang dapat ditimbulkan. Namun perlu memperhatikan batas maksimum konsumsi sebesar 4,55 ± 0,61 kg/minggu. Hal ini agar tidak berpotensi menimbulkan dampak kesehatan yang buruk akibat konsumsi kerang hijau dari pesisir Brebes yang telah terkontaminasi kadmium.
Konsentrasi Kadmium dan Kromium pada Kerang Hijau (Perna viridis) dan Sedimen di Pesisir Grinting, Brebes Putri, Atika Amelia; Fajriyah, Istna Nurul; Sanjayasari, Dyahruri; Hidayati, Nuning Vita; Imlani, Ainulyakin Hasan
MAIYAH Vol 3 No 2 (2024): Maiyah : Vol. 3 No. 2 Juni 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.maiyah.2024.3.2.11999

Abstract

Kadmium dan kromium merupakan logam berat yang sulit terdegradasi dan dapat terakumulasi di perairan, terutama pada kerang hijau dan sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat kadmium (Cd) dan kromium (Cr) pada kerang hijau (Perna viridis) dan sedimen, serta untuk mengetahui tingkat kelayakan konsumsi kerang hijau dari sudut pandang kemanan pangan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni 2022 di Pesisir Grinting, Kabupaten Brebes. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Konsentrasi logam Cd dan Cr dianalisis menggunakan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cd dan Cr pada kerang hijau berada di bawah ambang batas sebesar 0,18 mg.kg-1 dan 0,12 mg.kg-1. Pada sedimen, kandungan Cd sebesar 46,61 mg.kg-1 yang mana melebihi baku mutu sedangkan untuk kandungan Cr masih dibawah ambang batas yaitu sebesar 0,10 mg.kg-1. Batas maksimum konsumsi kerang hijau yang dapat ditoleransi dalam kg/minggu ditinjau dari konsentrasi Cd dan Cr bagi laki-laki sebesar 2,333 kg/minggu dan 11,650 kg/minggu. Sedangkan untuk wanita sebesar 1,750 kg/minggu dan 8,738 kg/minggu. Dari segi keamanan pangan, nilai EDI (Estimate Daily Intake) berdasarkan konsentrasi logam berat Cd dan Cr berturut-turut adalah 0,108 dan 0,072 µg.kg-1 dan nilai THQ (Target Hazard Quotient) Cd dan Cr sebesar 0,108 dan 0,048 µg.kg-1. Nilai EDI dan THQ ini menunjukkan risiko rendah terhadap kesehatan manusia dan kerang hijau memenuhi standar keamanan pangan.
Sweet Potato Leaf Extract as a Protective Antioxidant: Improving Hematological Health in Ammonia-Exposed Mahseer Fish Anggreani, Shovia Finny; Imlani, Ainulyakin Hasan; Kenconojati, Hapsari; Budi, Darmawan Setia; Suciyono, Suciyono
Jurnal Medik Veteriner Vol. 8 No. 1 (2025): April
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jmv.vol8.iss1.2025.89-98

Abstract

The Mahseer fish (Neolissochilus soroides) is a highly valuable aquaculture species due to its economic potential. Currently, this species is being developed in intensive aquaculture systems. As a result, ammonia levels are increasing, which could potentially disrupt the growth and survival of the fish. This study aimed to investigate the effects of sweet potato (Ipomoea batatas) leaf extract supplementation as an antioxidant on the hematological profile of Mahseer fish exposed to NH4Cl. Four supplementation treatments were employed: 0%, 2.5%, 5%, and 7.5%, each with five replicates. The fish were supplemented with the extract for 40 days and exposed 10 ppm NH4Cl for 48 hours. Blood samples were collRected before rearing, after 40 days of supplementation and NH4Cl exposure. The results demonstrated that supplementation with sweet potato leaf extract (SPLE) positively influenced the hematological profile of mahseer. Specifically, higher doses of the extract enhanced immunity across all treatments. Notably, only the highest doses of 7.5% and 5% effectively mitigated fish stress induced by ammonia exposure for 24 hours. Furthermore, there were no significant differences observed among treatments in response to NH4Cl exposure throughout the study period. These findings underscore the potential of SPLE as an antioxidant supplement to bolster immune function and alleviate oxidative stress in mahseer under ammonia exposure conditions. Further research could focus on optimizing the dosage of SPLE to maximize its antioxidant benefits in aquaculture setting.