Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KONSEP SELF REWARD DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TEMATIK) Ula, Syaukul; Nyoko Adi Kuswoyo; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 6 No. 1 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v6i1.5177

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan secara berkelanjutan yang menyebabkan sebagian percaya pada agama hanya untuk hubungan dengan Tuhannya. Mereka menganggap perilaku dalam tatanan kehidupan seperti cara berpakaian, perilaku, berbicara dan lainnya, bukan menjadi urusan agama lagi. Dengan modernitas, mereka merasa lebih tahu mengenai diri pribadinya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai agama, lebih khususnya pemahaman terhadap Al-Qur’an sangatlah penting, mengingat Al-Qur’an telah memberikan amanat kepada manusia dengan berbagai tuntunan supaya dijadikan solusi dalam mengelola berbagai persoalan baik dari sisi perilaku, moral ataupun sosial. Disisi lain terdapat berbagai fenomena perkembangan zaman yang memunculkan berbagai istilah baru, salah satunya self reward yaitu memberikan apresiasi terhadap diri sendiri tetapi dalam pengaplikasiannya banyak yang melenceng, sehingga tidak dapat membedakan self reward dan nafsu. Maka perlu adanya penelitian ini untuk memaparkan dan menjelaskan bagaimana konsep self reward yang baik sesuai tuntunan Al-Qur’an. Dengan menjawab persoalan tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang digunakan untuk memecahkan persoalan, meliputi data primer dan data sekunder. Sedangkan dalam metode penafsirannya menggunakan metode tematik, yaitu mengumpulkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan self reward, kemudian dijelaskan sehingga diperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai masalah tersebut menurut sudut pandang Al-Qur’an. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu, self reward merupakan bentuk apresiasi diri atau pemberian hadiah terhadap diri sendiri setelah mencapai tujuan tertentu. Sedangkan cara pengaplikasian self reward dalam Al-Qur’an yaitu: self reward harus seimbang atau sesuai proporsinya maka dilarang untuk memiliki perilaku yang berlebihan seperti dalam hal pakaian, makanan, dan membelanjakan harta, melakukan self reward dengan cara me time yang sesuai dengan nilai-nilai agama yaitu dengan muhasabah diri, dan melakukan self reward untuk menghargai nikmat yang telah Allah berikan yaitu dengan bersyukur. Maka berdasarkan hasil penelitian yng dipaparkan dapat diambil kesimpulan, bahwa seseorang yang melakukan self reward sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dapat membawa pengaruh positif pada dirinya, lebih bijaksana dalam menentukan perilaku untuk memberikan apresiasi terhadap dirinya. Kata Kunci: Self reward, Al-Qur’an, Kajian Tematik
MEMBENTUK HARDNESS PERSONALITY MELALUI KISAH NABI AYYUB: (Penafsiran Q.S Shad 41-44 dalam Al – Qur’an) Wardah, Rif’atul; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih; Nyoko Adi Kuswoyo
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v6i2.5364

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengeksplorasi konsep hardbess personality dan penerapannya melalui kisah Nabi Ayyub dalam Q.S Shad 41–44. Metode yang digunakan adalah deskriptif dan kualitatif, dengan pendekatan berbasis pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakter hardness personality merupakan sifat mental dan fisik yang dapat dikembangkan untuk mengatasi tekanan hidup. Karakter hardness personality dalam kisah Nabi Ayyub antara lain menguatkan keimanan, memupuk kesabaran, mencari hikmah, keakraban dengan keluarga, pertumbuhan spiritual yang positif, dan belajar dari kisah – kisah inspiratif. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hardness personality membuat orang lebih tangguh terhadap tantangan, mengurangi stress, meningkatkan respons kekebalan tubuh, dan membantu pengambilan keputusan. Keyword: Hardness Personality, Kisah Nabi Ayyub, dan Ujian.
OVERTHINKING DALAM AL-QUR’AN: (Analisis Deskriptif Q.S Al-Hujurat Ayat 12) Mahfudzoh, Lailatul; Nyoko Adi Kuswoyo; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v6i2.5365

Abstract

ABSTRAK Adanya penelitian dengan tema tersebut karena masyarakat sekarang yang menganggap adanya sebuah overthinking sebagai hal yang lumrah. Dengan kenyataan bahwasannya segala hal yang berlebihan tidaklah bisa disebut dengan perbuatan yang baik. Dengan begitu dengan adanya Al-Qur’an yang seharusnyaa dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk menjalani kehidupan. Didalamnya tercakup segala pembahasan dari aspek kehidupan, baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat. Dengan zaman yang sekarang muncullah istilah-istilah baru, salah satunya overthinking yaitu berfikir terhadap sesuatu dengan cara yang berlebihan, tentang sesuatu yang belum terjadi ataupun yang tidak akan terjadi. Kata overthinking ini pun bisa disebut adanya kekhawatiran tentang masa yang akan datang. Dengan adanya overthinking itu, akan muncul dampak yang terjadi setelahnya seperti memiliki tuduhan atau prasangka terhadap orang lain dan bahkan bisa memiliki prasangka terhadap takdir tuhan. Maka perlu munculnya penelitian ini untuk memaparkan bagaimana overthinking dalam Al-Qur’an dan solusi untuk mengatasinya. Dengan menjawab persoalan tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kajian pustaka (Library Research). Dalam penelitian ini dicantumkan dua sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Sedangkan dalam metode penafsirannya menggunakan metode tahlili, yaitu menafsirkan ayat dari berbagai aspek seperti menguraikan ayat satu ke ayat berikutnya, surah demi surah sesuai dengan urutan pada lembar Al-Qur’an . Kemudian dijelaskan sehingga dapat memperoleh kesimpulan secara menyeluruh tentang overthinking dala Al-Qur’an dan solusinya. Adapun hasil dari penelitian ini overthinking adalah berfikir dengan cara yang berlebihan. Kebanyakan dari seseorang pasti pernah mengalami hal tersebut, hal tersebut harus segera diatasi, jika tidak akan menimbulkan dampak pada dirinya sendiri dan hubungan sosial. Pembahasan overthinking ini pada Al-Qur’an terdapat di Q.S Al-Hujurat ayat 12, memberi larangan untuk memiliki prasangka atau tuduhan yang tidak berdasar. Dalam penelitian ini penulis juga mencantumkan solusi untuk menangani overthinking salah satunya yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah. Kata Kunci : Overthinking, Al-Qur’an , Tahlili
KEBERADAAN JIN DI TUBUH MANUSIA (ANALISIS TEMATIK TERM “QARIN” DALAM AL-QUR`AN) Muhammad Basyar Annuha; Wiwin Ainis Rohtih; Amir Mahmud; Nyoko Adi Kuswoyo
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 6 No. 2 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v6i2.5515

Abstract

Sebagian besar orang mengenal jin sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah Ta’ala yang tidak terlihat (ghaib), hanya dapat dilihat oleh manusia tertentu dengan izin Allah, serta beberapa hewan seperti keledai dan anjing. Jin terbagi dalam berbagai golongan, termasuk jin qarin yang mendampingi manusia. Belakangan ini, video tentang cek khodam menjadi viral, memungkinkan seseorang mengetahui jin pendamping mereka melalui komentar. Penelitian ini menggunakan metode tafsir tematik untuk memahami perbedaan antara qarin dan khodam. Hasilnya menunjukkan bahwa qarin tidak selalu merujuk pada jin atau memiliki konotasi negatif; qarin dapat bermakna baik atau jahat tergantung konteksnya. Sementara dalam konteks jin, qarinmendampingi manusia sejak lahir hingga mati, membisikkan kejahatan, khodam berperan sebagai pengawal melalui praktik spiritual. Kedua entitas ini, meskipun berbeda, tidak membawa keuntungan bagi manusia, sehingga sebaiknya dihindari untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
MUHASABAH DIRI DALAM AL-QURAN MENURUT SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI Ahmad Rifqi Fuadi; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih; Nyoko Adi Kuswoyo
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 7 No. 1 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v7i1.5583

Abstract

Perbuatan maksiat dilakukan karena adanya dorongan jahat dalam diri yang tidak dikawal oleh akal sehat. Maka seseorang sering alpa dalam bermuhasabah diri atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Dengan manajemen muhasabah yang rutin, dapat memperbaiki kekurangan dan mencapai pengembangan pribadi yang lebih baik. Dalam hal ini Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menekankan bahwa introspeksi spiritual adalah praktik esensial bagi setiap muslim yang bertujuan untuk mengevaluasi dalam konteks standar moral dan spiritual agama. Selain memperdalam kedekatan dengan Allah, muhasabah diri juga memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam metode penafsirannya menggunakan metode tematik, yaitu mengumpulkan ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan muhasabah Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya muhasabah dalam Islam menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Muhasabah adalah evaluasi diri untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan ciri-ciri seperti tidak bersumpah dan menghindari kebohongan. Di era modern, muhasabah melalui tahap Takhalli (menghilangkan sifat buruk), Tahalli (mengembangkan sifat baik), dan Tajalli (mencapai kesempurnaan spiritual) tetap relevan untuk memperbaiki diri dan menjaga hubungan dengan Allah. Kesimpulannya muhasabah menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah introspeksi penting yang mencakup evaluasi amal dan kesadaran akan dosa. Dalam Futuhul Ghaib, ia menekankan sepuluh sifat, seperti. Proses ini, melalui Takhalli, Tahalli, dan Tajalli, tetap relevan di era modern untuk menjaga kewajiban spiritual.
REKONSTRUKSI PEMAHAMAN MANFAAT KHAMAR SETELAH DIHARAMKAN DALAM AL-QURAN : (Analisis Term “manfaat khamar”Dalam Al-Quran) Mufid Kholilullah; Wiwin Ainis Rahtih; Amir Mahmud; Nyoko Adi Kuswoyo
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 7 No. 1 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v7i1.5630

Abstract

Al-Quran sebagai kitab petunjuk bagi manusia, diturunkan untuk merespon dan sekaligus menjadi solusi terhadap problematika yang terjadi di tengah-tengah kehidupan. Salah satu problematika yang merajalela dalam masyarakat Arab saat itu adalah minum khamar. Sejarah mencatat bahwa mabuk-mabukan yang terjadi di masyarakat Arab merupakan sebuah penyakit kronis. Artinya fenomena tersebut telah terjadi sejak jauh sebelum datangnya Islam sampai memasuki periode Madinah. Maka sangat wajar apabila khamar diharamkan secara berangsur-angsur sebab melihat kondisi masyarakat pada saat itu yang sangat gemar terhadap mabuk-mabukan, bahkan sampai empat kali turun ayat yang menjelaskan tentang khamar. Ketika khamar sudah diharamkan lalu muncul sebuah pemahaman bahwa khamar tetap bermanfaat termasuk dapat digunakan untuk obat. Hal ini menimbulkan polemik di kalangan para ulama bahkan sampai merambah kepada sebagian masyarakat awam. Ditambah lagi ada sebagaian orang yang tidak tahu akan perbedaan antara khamar dan alkohol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa khamar bukanlah alkohol meskipun khamar itu sendiri mengandung alkohol, dan berdasarkan fakta historis belum ditemukan suatu penyakit bisa disembuhkan dengan khamar akan tetapi ada beberapa kasus pengobatan yang ditunjang dengan alkohol.
MENGGAPAI RIDHA ALLAH MELALUI IBADAH RITUAL(Penafsiran ayat-ayat Sholat dan Puasa Menurut Al-Mawardi dalam Kitab Al-Nukat wa al ‘Uyun) Wahyu Gil Dimas Alfian Sodri; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih; Nyoko Adi Kuswoyo
Al-Qolamuna: Journal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Komunikasi dan Dakwah al-Qur'an
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/6976vy91

Abstract

Salah satu fungsi Al-Qur’an sebagai pembimbing bagi orang-orang yang beriman menuju ridha Allah swt. Orang-orang beriman akan terus senantiasa berlomba-lomba menggapai ridha Allah swt. Hal ini merupakan objektivitas suatu ibadah dari sisi subtansialnya. Meskipun beberapa kali al-Qur’an menjanjikan surga sebagai ganjaran ibadah, namun sesungguhnya surge tersebut merupakan bentuk ridha Allah swt kepada hamba-Nya. Para ulama’ telah sepakat tidak ada sesuatu hal yang berat dikerjakan kecuali sesuatu hal yang diwajibkan Allah swt kepada orang-orang yang beriman. Sholat dan puasa merupakan bentuk ibadah ritual yang diwajibkan Allah swt kepada orang-orang yang beriman. Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa ibadah ritual tersebut merupakan salah satu cara menggapai ridha Allah swt. Dalam hal ini, Al-Mawardi dalam tafsirnya An-Bukat wa al-‘Uyun mereprentasikan subtansi iabadah sholat dan puasa sebagai tangga untuk menggapai ridha Allah swt. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode kajian tafsir maudhu’i untuk menganalisis ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan shalat dan puasa. Penelitian juga menggunakan pendekatan kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan informasi dan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara. Yakni data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir An-Nukat wa al-‘Uyun karya Imam al-Mawardi. Sedangkan data sekunder diambil dari literatur, buku, catatan, majalah, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa keikhlasan, konsistensi, dan pemahaman mendalam terhadap makna ibadah adalah kunci utama dalam meraih ridha Allah. Al-Mawardi dalam tafsirnya menekankan perilaku hati yang harus sesuai dengan tujuan ibadah itu sendiri, hal ini yang kemudian disebut subtansial ibadah. Kondisi hati yang lalai menurut al-Mawardi merupakan penyebab seorang hamba sulit untuk sampai pada Tuhannya. Ibadah shalat dan puasa yang dilakukan dengan niat tulus dan penghayatan mendalam dapat mendatangkan keberkahan serta memperkuat hubungan spiritual antara manusia dan Allah, serta membentuk karakter muslim yang lebih baik. Dari kepribadian yag baik dikarenakan ibadah dengan cara yang benar inilah seorang hamba dapat sampai kepada Allah swt dan mendapatkan ridha-Nya.
Pandangan Al-Qur’an Terhadap Persepsi Istilah Hari Sial Masyarakat Desa. Mojorejo Kec. Pungging Kab. Mojokerto Mokhammad Saifuddin Azzuhri; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rohtih; Nyoko Adi Kuswoyo
Al-Qolamuna: Journal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Komunikasi dan Dakwah al-Qur'an
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/a1aagn80

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi kepercayaan masyarakat Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto terhadap konsep "hari sial" dalam perspektif Islam. Meskipun kepercayaan ini masih bertahan sejak zaman jahiliyah, Islam menegaskan bahwa tidak ada hari yang secara inheren membawa kesialan atau keberuntungan, karena segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah SWT. Dengan menggunakan pendekatan analisis teks Al-Qur'an dan tafsir, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih rasional dan spiritual, serta mendorong masyarakat meninggalkan kepercayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Penelitian ini menganalisis kepercayaan masyarakat Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto terhadap konsep "hari sial," terutama di bulan Suro, serta mengevaluasi keyakinan ini dari perspektif Islam. Meskipun kepercayaan ini kuat dan diwariskan turun-temurun, Islam menolak konsep "hari sial" dan mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah SWT. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dan fenomenologis untuk memahami bagaimana persepsi hari sial terbentuk dalam konteks sosial dan kultural. Hasilnya menunjukkan bahwa keyakinan ini bertentangan dengan ajaran Islam dan perlu digantikan dengan pemahaman yang lebih rasional dan spiritual. Abstract This study explores the beliefs of the people of Mojorejo Village, Pungging District, Mojokerto Regency towards the concept of "unlucky days" from an Islamic perspective. Although this belief has persisted since the time of ignorance, Islam emphasizes that there is no day that inherently brings bad luck or good fortune, because everything that happens is part of the destiny of Allah SWT. By using the approach of analyzing the text of the Qur'an and interpretation, this study aims to provide a more rational and spiritual understanding, and encourage people to abandon beliefs that are not in accordance with Islamic teachings. This study analyzes the beliefs of the people of Mojorejo Village, Pungging District, Mojokerto Regency towards the concept of "unlucky days," especially in the month of Suro, and evaluates this belief from an Islamic perspective. Although this belief is strong and has been passed down from generation to generation, Islam rejects the concept of "unlucky days" and teaches that everything that happens is part of the destiny of Allah SWT. This study uses a sociological and phenomenological approach to understand how the perception of unlucky days is formed in a social and cultural context. The results show that this belief is contrary to Islamic teachings and needs to be replaced with a more rational and spiritual understanding.
Telaah Tematik Tentang Kriteria Hidup Baik Dalam Al-Qur’an Naf’an Salim; Wiwin Ainis Rohtih; Amir Mahmud; Nyoko Adi Kuswoyo
Al-Qolamuna: Journal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 1 No. 3 (2024): Komunikasi dan Dakwah al-Qur'an
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/52hc3w52

Abstract

Artikel penelitian ini dibuat bertujuan untuk mengetahui kriteria hidup baik menurut al-Qur’an, serta penafsiran ayat yang berhubungan dengannya, dan korelasi antara kriteria dengan kehidupan yang baik. Metode yang digunakan  yaitu pendekatan kualitatif, yang menekankan hal terpenting suatu perkara atau barang. Sedangkan, jenis penelitiannya yaitu penelitian kepustakaan, yang metode pengumpulan beberapa informasi dan data pada berbagai literatur. Dan dalam metode penafsirannya, menggunakan metode tafsir maudhu’i (tematik), yaitu metode yang memfokuskan pandangan terhadap tema tertentu, kemudian menelusuri pendapat al-Qur’an yang sesuai dengan tema yang dibahas. Umumnya, pandangan kriteria hidup baik adalah hal yang bersifat dunia, seperti harta melimpah, tempat tinggal layak, tubuh sehat, dan lainnya. Sedangkan dalam penelitian ini kriteria hidup baik berdasarkan pada penafsiran QS. an-Nahl ayat 97 terhimpun tiga kriteria, yakni sejahtera dalam artian sejahtera dalam hal dunia ataupun jiwanya. Kedua, merasa cukup (qana’ah) sebagai penunjang kesejahteraan yang menghasilkan kriteria terakhir, yakni kebahagiaan. kebahagian dunia ataupun akhirat yang merupakan kebagiaan utama, yakni bahagia dalam surga Allah. Abstract This research article was created with the aim of finding out the criteria for a good life according to the Qur'an, as well as the interpretation of verses related to it, and the correlation between the criteria and a good life. The method used is a qualitative approach, which emphasizes the most important thing about a matter or item. Meanwhile, the type of research is library research, which is a method of collecting some information and data from various literatures. And in the interpretation method, using the maudhu'i (thematic) interpretation method, which is a method that focuses on a particular theme, then traces the opinions of the Qur'an that are in accordance with the theme being discussed. Generally, the view of the criteria for a good life is something worldly, such as abundant wealth, decent housing, a healthy body, and others. While in this study the criteria for a good life are based on the interpretation of QS. an-Nahl verse 97, three criteria are collected, namely prosperity in the sense of prosperity in terms of the world or his soul. Second, feeling sufficient (qana'ah) as a supporter of prosperity which produces the last criterion, namely happiness. happiness in the world or the hereafter which is the main happiness, namely happiness in Allah's heaven.
LARANGAN MENGUMBAR AIB DALAM AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tahlili) Muslikhah; Amir Mahmud; Wiwin Ainis Rothih; Nyoko Adi Kuswoyo
Al-Qolamuna: Journal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 1 No. 4 (2024): Komunikasii, dakwah dan al-Qur'an
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/sw3dvh07

Abstract

Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh beberapa fenomena yang sering terjadi dikalangan masyarakat sekarang, yang mana seluruh kegiatan bias kita lakukan dengan cara yang sangat canggih, perkembangan zaman digital pun terus berjalan cepat dan tidak bisa dihentikan lagi oleh manusia.tentunya hal inu juga akan berdampak positif dan negatif. Hal demikian ini  merusak tatanan tujuan manusia diciptakan. Dengan semakin canggihnya perkembangan tersebut membawa dampak penyebaran aib orang semakin cepat, baik didunia nyata maupun sosial. Peneliti melihat bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an berbicara tentang curhat pengumbaran aib di media sosial dan dampak curhat (pengumbaran aib) di media sosial untuk menghasilkan kajian dinamis kritis membangun argumen yang responsif terhadap problem pengumbaran aib, dapat merelevansi dengan konteks masyarakat kekinian. Penetian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research), data dalam penelitian ini bersumber dari bahan-bahan kepustakaan yang terdiri dari: 1) data primer yaitu Tafsir al-Munir, 2) data sekunder berupa Al-Qur’an  dan terjemahnya, kitab Tafsir Fath Al-Qadir, Tafsir Al-Misbah, dan Tafsir Al-Munir, dan Tafsir Al-Azhar dan buku-buku yang terkait dengan ilmu pengetahuan al-Qur’an  dan pembahasannya. Teknis pengumpulan data yang digunakan oleh penulis membutuhkan dokumentasi berupa catatan, lampiran, dan beberapa dokumen yang berkaitan dengan judul. Selanjutnya menggunakan langkah-langkah maudhu’i dan yang paling utama yaitu mengenai ayat-ayat al-Qur’an  yang dibahas, terjemah dan tafsiran dari para mufasir, dan diambil dari buku, artikel maupun jurnal yang terkait. Dari penafsiran tafsir al-munir menjelaskan bahwa semua perilaku mengumbar aib, dapat diketahui bahwa perilaku mengumbar aib sangat dianjurkan untuk dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Penafsiran dalam tafsir tahlili menyebutkan bahwa melarang untuk menampakkan perbuatan ataupun menceritakan sesuatu yang berkaiatan dengan perbuatan maksiat boleh jadi apa yang diceritakan atau perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya berakibat buruk kepada orang lain atau bahkan kepada diri sendiri misalnya dampaknya kepada orang lain yaitu boleh jadi orang yang mendengarkan cerita orang tersebut melakukan hal yang serupa terhadap apa yang telah dilakukan. Dampak negatif mengumbar aib pertama yaitu yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Kemudian yang kedua mengumbar aib menceritakannya karena ingin membanggakan perbuatan maksiatnya sehingga menimbulkan sikap atau perbuatan yang sombong dengan membanggakan diri terhadap perbuatan yang telah dilakukan.Kata kunci : Anak, Tafsir ibnu katsir.AbstractThe research in this thesis is based on several phenomena that often occur among today's society, where we can carry out all activities in a very sophisticated way, the development of the digital era continues to move quickly and cannot be stopped by humans. Of course this will also have an impact positive and negative. This kind of thing destroys the order for which humans were created. With increasingly sophisticated developments, this has the impact of spreading people's disgrace more quickly, both in the real world and in society. The researcher looked at how the verses of the Qur'an talk about sharing shame on social media and the impact of sharing shame on social media to produce a critical dynamic study to build arguments that are responsive to the problem of showing shame, and can be relevant to the context of contemporary society. This research is library research, the data in this research comes from library materials consisting of: 1) primary data, namely Tafsir al-Munir, 2) secondary data in the form of the Al-Qur'an and its translation, the book Tafsir Fath Al-Qadir, Tafsir Al-Misbah, and Tafsir Al-Munir, and Tafsir Al-Azhar and books related to the science of the Koran and its discussions. The data collection technique used by the author requires documentation in the form of notes, attachments and several documents related to the title. Next, we use maudhu'i steps and the most important thing is the verses of the Koran that are discussed, translations and interpretations from commentators, and taken from related books, articles and journals. From the interpretation of Al-Munir's tafsir, which explains that all behavior that indulges in disgrace, it can be seen that it is highly recommended that behavior that indulges in disgrace be avoided so that things do not happen that can harm oneself and others. The interpretation in the tafsir tahlili states that it is forbidden to show actions or tell something that is related to immoral acts, it may be that what is said or actions that have been done previously have a bad impact on other people or even on oneself, for example the impact on other people, that is, it may be the person who listens. the story of the person doing something similar to what was done. The first negative impact of indulging in disgrace is that it has a bad impact on oneself. Then the second person indulges in disgrace and tells it because he wants to brag about his immoral deeds, giving rise to arrogant attitudes or actions by bragging about the actions he has committed.