Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Pendampingan Anak-Anak dalam Mendeteksi Perubahan Perilaku Akibat Trauma Bom Teroris di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo Wiwin Ainis Rohtih; M. Mukhid Mashuri

Publisher : LPPM Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.407 KB) | DOI: 10.35891/js.v1i2.2143

Abstract

there was a deep trauma in the minds of people, this can be seen in psychological problems, especially children. The psychological trauma can result in depression and anxienty disorders, at a more severe level can lead to post traumatic stress disorder (PTSD). The lack of knowledge and skills of parents makes this problem reguires an active role from various parties, one of the by providing assistance to detect behavioral changes that occur in children. This Assistance uses the Participatory Action Research (PAR) method, with the formulation of stategies: personal approach, community approach, and collaboration with relevant institutions and psychology consultants with capacity building. The results of this community service program have been able to increase awareness, care, and the abilty of parents, teachers of religious institutions in traumatic child care. In addition, solidarity was formed between citizens and also religious institutions for children victims of terrorist bombings. Efforts to strengthen the role of the family will become a new movement in the Rusunawa Wonocolo area in taking part responsibly for social problems that accur, especially assistance for children who are traumatized.
URGENSI KESETARAAN PASANGAN SEKUFU’ DALAM AL-QUR’AN (Tinjauan Tematik Konseptual Perspektif Tafsir Maqashidi) Azzahro Khulaifah; M.Mukhid Mashuri; Wiwin Ainis Rohtih; Miftara Ainul Mufid
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 1 No. 2 (2023): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : CV SWA ANUGERAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/tjmis.v1i2.49

Abstract

Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui urgensi dan maqashid adanya konsep kafa’ah dalam pernikahan secara mendalam dalam Al Quran dan hadis. Artikel ini berangakat dari latar belakang dari maraknya kesalahfahaman masyarakat yang membatasi makna kafa’ah secara sempit. Pernikahan yang berujung dengan rumah tangga yang tidak harmonis bahkan terjadi perceraian, hal ini dikarenakan tidak mengetahui dan mengamalkan makna kafa’ah secara utuh sebelum melakukakan pernikahan. Penelitian ini menggunakan riset tematik konseptual untuk menangkap makna dan maksud yang tidak dapat di ambil dari lafadz yang bersifat konkret. Dan menggunakan sudut pandang tafsir kontekstual teori tafsir maqasidi untuk mengetahui urgensi/maqashid konsep kafa’ah. Hasil dari penelitian ini ditemukan, bahwa dengan menggunakan tematik konseptual, kafa’ah terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek agama, status sosial, dan materi (pendidikan, profesi, dan ekonomi). Adapun dilihat dari sudut pandang teori tafsir maqashid, kafa’ah dalam pernikahan mengandung beberapa unsur dhoruriyatil khomsah yaitu hifdz al din(menjaga agama) dan hifdz al nasl(menjaga keturunan atau nasab).
RELASI TUHAN DAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Rizqotul Maulidiah; Ahmad Zainuddin; Wiwin Ainis Rohtih; Miftara Ainul Mufid
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 1 No. 1 (2023): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : CV SWA ANUGERAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama merupakan gambaran hubungan antara Tuhan dan manusia, baik dari segi antara sang pencipta dan ayang diciptakan atau pun pemberi hukum dan yang terkena hukum. Agama sering disebut juga dengan istilah religi. Kata religi dalam bahasa Inggris religion yang juga merupakan kata serapan dari bahasa latin religare yang artinya mengikat bersama.[1] Sedangkan dalam istilah Arab, agama disebut Din, menurut Mahmud Syaltut sebagaimana yang dikutib Quraisy Shihab, istilah itu menggambarkan “hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada yang kedua.” Seluruh kata yang menggunakan huruf dal,ya’, dan nun seperti dain yang berarti utang atau dana yadinu yang berarti menghukum atau taat, dan sebagainya, kesemuanya menggambarkan adanya dua pihak yang melakukan interaksi seperti yang di gambarkan diatas. Maka dengan demikian, Agama adalah “hubungan antara makhluq dan Khaliq-nya”. Hubungan ini mewujud dalam sikap batinya sertatampak dalam ibadah yang dilaksanakanya dan tercermin pula dalam sikap keseharianya [1] Ronald L. Johnstone,Religion in Society: A Sociology of Religion (New York: Routledge, 2016), 8
KONSEP BERPIKIR KRITIS PERSPEKTIF IMAM FAKHRUDDIN AR-RAZI (Interpretasi Qs. Ali Imran: 190-191 dan Qs. Az-Zumar:18) Nazzala Aulian Nafi; Miftarah Ainul Mufid; Ahmad Zainuddin; Wiwin Ainis Rohtih
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 1 No. 2 (2023): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : CV SWA ANUGERAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/tjmis.v1i2.53

Abstract

Berpikir kritis merupakan suatu pola pikir atau kemampuan berpikir yang holistik dan memerlukan pemahaman mendalam terhadap suatu masalah. Ini melibatkan bukan hanya memberikan respons terhadap masalah tersebut, tetapi juga menyelidiki dan mengikuti perkembangannya, berusaha mengidentifikasi lebih lanjut, dan mengembangkannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya, dengan tujuan mencapai pemahaman yang lengkap dan mendalam. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Metode analisa yang akan dipakai adalah metode analisa-deskriptif, yang melibatkan penjelasan secara rinci tentang data yang diperoleh baik dari sumber primer maupun sumber sekunder, kemudian dianalisis secara kritis dan komprehensif untuk mencapai kesimpulan yang memadai. Berpikir kritits dijelaskan pada beberapa surat didalam al-Qur’an, khususnya pada surat Ali Imran ayat 190-191 dan surat Az-Zumar ayat 18. Penelitian ini menggunakan tafsir al-kabir karya Imam Fakhruddin Ar-Razi. Dalam penafsirannya Ar-Razi menjelaskan ciri-ciri orang yang berpikir kritis atas penciptaan Tuhan, penghambaan seorang makhluk yang diaplikasikan pada perilaku ibadah maupun berdzikir (mengingat) kepada Allah secara lisan dan hati, serta proses filterisasi dalam menerima informasi yang berujung pada implikasi berpikir kritis terhadap perilaku dan sikap manusia yang berakhir pada pembahsan ulul albab.
HAK PRIORITAS KELUARGA DALAM AL-QUR’AN (TELAAH TAFSIR MAQASHIDI) Mufidatul Fitriah; M Muhid Mashuri; Miftara Ainul Mufid; Wiwin Ainis Rohtih
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 2 No. 2 (2023): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/relinesia.v2i2.745

Abstract

Artikel ini dituliskan dengan tujuan untuk melakukan pemetaan terhadap hak-hak prioritas keluarga dalam al-Qur’an sebagai bentuk tawaran solusi atas permasalahan seperti penelantaran atau fanatisme keluarga yang menyebabkan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme. Porsi prioritas keluarga seringkali diabaikan batasan-batasannya yang berdampak pada maraknya kasus penelantaran keluarga atau tindak pidana lain seperti korupsi yang berlandaskan hubungan kekeluargaan. Penelitian ini termasuk studi literatur dengan menggunakan pendekatan Tafsir Maqashidi untuk menguak signifikansi maqashid (ideal moral) dari literal teks yang eksplisit (al-manthuq bih) hingga literal teks yang implisit (al-maskut anh) dari setiap perintah dan larangan yang tertulis dalam al-Qur’an.Pendekatan ini juga memperhatikan pergerakan teks (harakiyyah al-nash) supaya tidak terjebak dalam kerangkeng tekstualisme.Hasil dari karya ini menjelaskan tentang aspek-aspek kemanusiaan dan kebebasan bersikap yang disertai dengan tanggung jawab dari internal teks (min dakhil al-nushush) dan eksternal teks (min kharij al-nushush) yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan berkeluarga.Dengan memperhatikan nilai-nilai yang ditemukan, diharapkan terbangun kesadaran masyarakat untuk memperlakukan keluarga dengan proporsional.
TAHADDUTH BI AL-NI’MAH DAN RELEVANSINYA TERHADAP ETIKA BERMEDIA SOSIAL DALAM AL-QUR’AN (Analisis Tafsir Maqashidi) Muflikhatul Ummah; Wiwin Ainis Rohtih; Mukhid Mashuri; Miftara Ainul Mufid
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/relinesia.v2i1.748

Abstract

Istilah tahadduhth bi al-Ni’mah adalah menunjukkan hal positif yang dapat menjadi contoh agar dapat ditiru orang lain. Dalam zaman canggih ini media sosial menjadi salah satu cara agar hal tersebut dapat diterapkan dan meminimalisir berbagai fenomena media sosial seperti swafoto maupun flexing atau kegiatan pamer dan branding diri lainnya. Dari penelitian ini akan diulas terkait makna tahadduth bi al-Ni’mah dan juga etika terhadap media sosial yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an untuk mengetahui urgensi dan nilai maqashid secara mendalam. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode maudhu’i dengan mengumpulkan ayat terkait etika media sosial dan tahadduth bi al-Ni’mah kemudian menggunakan sudut pandang tafsir maqashidi untuk menguak signifikansi maqashid (ideal moral) dari literal teks yang eksplisit (al-manthuq bih) hingga literal teks yang implisit (al-maskut anh) untuk mengetahui maksud perintah maupun larangan al-Qur’an lebih dalam lagi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat nilai maqashid syari’ah yang terdiri dari maqashid zahir dan maqashid bathin dengan nilai dlaruriyyat hifdz din agar selalu bersyukur sekaligus terhindar dari kufur nikmat dan hifdz aql agar senantiasa berfikir kritis dan menjaga etika bermedia sosial agar menjadi ahsanu qaulan terhadap unggahan yang diposting di media sosial.
RELEVANSI MODEL KEPEMIMPINAN FIR’AUN DENGAN MASA KINI (Penerapan Metode Integrasi Terhadap Ayat Kisah QS. al-A’raaf: 127-129) Meilia Verisa; Mukhid Mashuri; Wiwin Ainis Rohtih; Miftara Ainul Mufid
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/relinesia.v2i2.749

Abstract

Salah satu tujuan manusia diciptakan oleh Tuhan adalah menjadi khalifah atau pemimpin di dunia, agar dapat menciptakan kemakmuran di bumi. Namun, bagaimana jika manusia-manusia yang diharapkan ini malah menimbulkan banyak kerusakan? Adapun diantara penyebab kerusakan di bumi adalah banyaknya tindak kesewenang-wenangan para pemimpin. Dampak dari tindakan ini tidak hanya berakibat buruk bagi pelaku itu sendiri, namun juga mengakibatkan tatanan masyarakat dan negara yang tengah dipimpin menjadi kacau balau. Seiring berjalannya waktu, mulai dari zaman kenabian hingga saat ini, ada banyak kasus mengenai tindak kesewenang-wenangan pemimpin, bahkan di dalam al-Qur`an pun dicantumkan tentang hal tersebut. Salah satu tokoh dalam al-Qur`an yang terkenal kekejamannya semasa menjadi pemimpin adalah Ramses II, yaitu pemimpin yang juga mendapat julukan Fir’aun pada masa Nabi Musa AS. Ramses II dikenal sebagai pemimpin yang mengelompokkan kalangan masyarakat menjadi beberapa bagian, artinya terdapat golongan paling bawah yang menjadi budaknya, bekerja tanpa henti dan tidak mendapatkan imbalan yang setimpal, dan ada beberapa tindak kekejaman yang dilakukannya. Meskipun begitu, Ramses II pada saat itu juga mampu memberikan kemakmuran untuk negara Mesir yang dipimpin olehnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kembali tentang kepemimpinan Fir’aun dan menghubungkannya dengan masa kini. Dengan begitu, penulis menggunakan metode integrasi hermeneutika milik Fazlur Rahman sehingga dapat membantu penelitian ini untuk merelevansikan fenomena-fenomena yang ada di masa kini dengan apa yang terjadi pada masa tersebut.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, klaim atas pemerintah Indonesia yang disebut tirani atau diktator sebagaimana sebutan untuk Fir’aun pada masanya tidaklah benar. Memang, ada sebagian tindakan pemerintah yang bertindak semena-mena tanpa memikirkan keadaan rakyat, namun ada juga tindakan yang perlu diterapkan untuk masyarakat agar kedepannya bisa menuju pada perubahan yang lebih baik. Kurangnya komunikasi secara terbuka antara pihak pemerintahan dengan rakyat menjadi salah satu faktor munculnya anggapan-anggapan bahwa para pemerintah selalu berlaku tidak adil terhadap rakyat. Maka dari itu, kedepannya mungkin perlu ditingkatkan kembali serta pemerintah bisa lebih terbuka agar masyarakat juga bisa menerima segala keputusan dengan baik.
EPISTEMOLOGI KITAB TAFSIR AL-MUBAROK KARYA KH TAUFIQUL HAKIM Atik Maslukhi; M. Muhid Mashuri; Wiwin Ainis Rohtih; Miftarah Ainul Mufid
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/relinesia.v2i1.751

Abstract

Penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui Epistemologi penafsiran pada kitab tafsir Al-Mubarok karya dari KH Taufiqul hakim. Karena banyaknya karya tafsir yang beragam pada saat ini, hal itu mendorong penulis untuk mengkaji secara mendalam kitab tafsir yang ditulis oleh KH. Taufiqul hakim. Selain itu, hal menarik yang menjadi latar belakang memilih kitab tafsir karya Taufiqul hakim, karena tafsir ini dikarang oleh Ulama yang melahirkan metode Amstilati (Metode cepat baca kitab kuning). Maka dirasa perlu untuk mengkaji terlebih dahulu mengenai sumber penafsiran serta kevalidannya sebelum dikonsumsi oleh masyarakat luas.Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih dengan tujuan untuk menggambarkan epistemologi menemukan yang terdapat dalam Kitab Tafsir Al-Mubarok karya KH Taufiqul hakim.Kitab Tafsir Al-Mubarok ini tergolong kepada Tafsir Bil-Iqtirani, karena Taufiqul Hakim sebagai penulis Tafsir Al-Mubarok memberikan penjelasan dan interpretasi pribadinya terhadap ayat-ayat Al-Quran berdasarkan pengetahuannya dan pemahamannya terhadap teks suci tersebut serta mengutip sumber sumber dari Al-Qur’an, hadist serta pendapat dari para sahabat. Adapun setelah membaca dan melakukan pengamatan, kitab tafsir Al-Mubarok karya KH Taufiqul hakim ini dikatakan Valid. Dengan diukur menggunakan teori Pragmatisme. Teori Pragmatisme penafsiran dikatakan valid yaitu penafsiran mengandung solusi atau pencerahan terhadap masyarakat.
PENAFSIRAN MATI SYAHID (Menurut Imam Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid) Ahmad Miftahus Sudury; Wiwin Ainis Rohtih; Miftara Ainul Mufid; M. Mukhid Mashuri
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umat Islam akan selalu menginginkan kondisi tutup usianya dengan keadaan husn al-khatimah, seperti mati syahid, Allah menjanjikan kepada orang yang mati syahid yaitu kedudukan yang mulia dan jaminan surga. Diperlukan usaha sekaligus pengorbanan yang besar, agar seseorang dikatakan mati syahid. Akan tetapi, saat ini masih banyak sekali masyarakat yang salah faham ataupun faham salah dalam memahami kriteria orang yang mati syahid. Maka dari itu, adanya pengkajian terhadap ayat-ayat tentang kriteria orang yang mati syahid ini, secara utuh dengan menggunakan penafsiran Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsir marah labid yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penafsiran Nawawi al-Bantani terhadap ayat-ayat yang menunjukkan kriteria orang mati syahid dalam kitab tafsir marah labid. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara menganalisa makna yang termuat dalam berbagai sumber primer maupun sekunder dan mengeksplorasi serta menguraikan penelitian dengan deskripsi. Selain itu, metode penelitian tafsir yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode riset dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan buku-buku, jurnal, artikel, catatan, lampiran,dan literatur-literatur lainnya. Hal pertama yang dilakukan yaitu mengumpulkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kriterian mati syahid, Kedua menganalisa penafsiran Nawawi al-Bantani pada ayat-ayat kriteria orang mati syahid. Ketiga, menarik kesimpulan dari penafsiran tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Penafsiran Nawawi al-Bantani terhadap ayat-ayat tentang kriteria orang mati syahid yaitu Pertama, syahid karena gugur di jalan Allah, Kedua, syahid karena berhijrah, Ketiga, syahid karena menaati Allah dan Rasul-Nya, Keempat, syahid karena berperang di jalan Allah dengan hartnya. Di dalam tafsirnya di jelaskan bahwa orang yang mati syahid itu adalah orang-orang yang telah menyatakan kesaksiannya tentang kebenaran agama Allah yang diutarakannya dengan hujjah dan keterangan, dan adakalanya dengan pedang, tombak atau senjata, sangat menyadari bahwa hidupnya di dunia hanya untuk beribadah dan taat pada perintah Allah juga Rasul-Nya. Mereka rela meninggalkan serta mengorbankan harta, jiwa dan raganya hanya untuk berjuang menegakkan agama Islam.
IMPLIKASI AYAT KURSI MENURUT ABU HAYYAN AL-ANDALUSI DALAM KITAB BAHR AL- MUHIT FI AL- TAFSIR M.Atho’ Illah Hikam; Wiwin Ainis Rohtih; Miftara Ainul Mufid; Mukhid Mashuri
Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia Vol. 1 No. 2 (2022): Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia
Publisher : Anfa Mediatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/relinesia.v1i2.799

Abstract

Mayoritas mufassir menjelaskan ayat kursi di ibaratkan sebagai ilmu tuhan, ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini merupakan salah satu surat yang mulia karena didalamnya menjelaskan tentang tuhan itu sendiri. Ada juga yang berpendapat makna ayat kursi sebagai adanya kekuasaan allah. Pada skripsi ini kami menggunakan kajian kepustakaan, dimana dalam kepenulisan ini. Sumber data primer kami menggunakan kitab bahr al muhit sebagai objek penelitian kami serta mengambil data sekunder yang mengambil dari berbagai sumber buku. Selanjutnya dalam analisis datanya kami menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian berupaya untuk mendeskripsikan yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang yang saat ini terjadi. Data yang telah kami temukan yakni sudut pandang Abu hayyan Al-Andalusi mengibaratkan sebagai jism yang memuat langit dan bumi.