Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis mindful parenting, konflik pekerjaan keluarga, dan psikopatologi pada orang tua bekerja Wahyuni, Liza; Ardianti, Riski Dian; Nurlis, Nurlis
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 12 (2025): Volume 18 Nomor 12
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i12.679

Abstract

Background: The prevalence of parents as workers with job characteristics varies across countries. Family work conflict is associated with poor parental mental health triggered by psychopathology such as anxiety, depression and parenting stress which results in inattentive parenting. Purpose: To determine the relationship of family work conflict and psychopathology namely anxiety, depression, parenting stress with attentive parenting in working parents. Method: A cross-sectional study was conducted on 324 working parents with children and adolescents aged 1-19 years. Data were collected at the Muhammadiyah 6 Integrated Islamic Elementary School and the Qur'an Education Institute in Indonesia from mid to late July 2024 by filling out sociodemographic forms, measuring work-family conflict, anxiety, depression, parenting stress and caring parenting. Results: Parents with shift work schedules, working full-time and 40 or more hours per week, showed significantly higher levels of work-family conflict than those with fixed or flexible schedules, working part-time and less than 40 hours per week. Correlation analysis found that there was a relationship between work-family conflict and psychopathology, namely depression, anxiety, parenting stress and attentive parenting where anxiety was found to have the strongest relationship with attentive parenting. Higher levels of work-family conflict were associated with lower parenting through higher levels of anxiety/depression symptoms and parenting stress.  Conclusion: There is a relationship between work-family conflict and psychopathology, namely anxiety, depression, parenting stress with attentive parenting and negative patterns where every increase in work-family conflict, anxiety, depression, parenting stress will decrease attentive parenting for children. Suggestion: Workplaces should implement family-friendly policies such as flexible work arrangements that help parents reduce anxiety, prevent depression and parenting stress to be able to balance the responsibilities and demands of their work and family roles.   Keywords: Conflict; Family Work; Parenting; Psychopathology.   Pendahuluan: Prevalensi orang tua adalah pekerja dengan karakteristik pekerjaan yang bervariasi di seluruh Negara. Konflik pekerjaan keluarga dikaitkan dengan kesehatan mental orang tua buruk yang dipicu oleh psikopatologi seperti kecemasan, depresi dan stress pengasuhan yang berdampak pada pola asuh yang kurang perhatian. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu kecemasan, depresi, stress pengasuhan dengan pengasuhan penuh perhatian pada orang tua bekerja. Metode: Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 324 orang tua bekerja memiliki anak dan remaja berusia 1 sampai 19 tahun. Data dikumpulkan pada SD IT Muhammadiyah 6 dan Lembaga Pendidikan Qur’an di Indonesia dari pertengahan hingga akhir Juli 2024 dengan mengisi formulir sosiodemografi, pengukuran konflik pekerjaan keluarga, kecemasan, depresi, stres pengasuhan dan pengasuhan penuh perhatian. Hasil: Orang tua dengan jadwal kerja shift, bekerja penuh waktu dan 40 jam atau lebih per minggu, menunjukkan tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang memiliki jadwal tetap atau fleksibel, bekerja paruh waktu dan kurang dari 40 jam per minggu. Ditemukan hasil analisa korelasi ada hubungan antara konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu depresi, kecemasan, stress pengasuhan terhadap pengasuhan penuh perhatian dimana didapatkan kecemasan memiliki hubungan paling kuat dengan pengasuhan penuh perhatian. Tingkat konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi dikaitkan dengan pengasuhan yang lebih rendah melalui tingkat gejala kecemasan/depresi yang lebih tinggi dan stres pengasuhan.  Simpulan: Ada hubungan antara konflik pekerjaan keluarga dan psikopatologi yaitu kecemasan, depresi, stres pengasuhan dengan pengasuhan penuh perhatian dan berpola negatif dimana setiap konflik pekerjaan keluarga, kecemasan, depresi, stres pengasuhan orang tua meningkat maka akan menurunkan pengasuhan penuh perhatian pada anak. Saran: Tempat kerja harus menerapkan kebijakan ramah keluarga seperti pengaturan kerja yang fleksibel  yang membantu orang tua mengurangi kecemasan, mencegah depresi dan stres pengasuhan untuk dapat menyeimbangkan tanggung jawab dan tuntutan pekerjaan dan peran mereka dikeluarga.   Kata Kunci: Keluarga; Konflik; Pekerjaan; Pengasuhan; Psikopatologi.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN ACEH UTARA Ardianti, Riski Dian; Marthoenis, Marthoenis; Kamil, Hajjul
Jurnal Sains Riset Vol 15, No 2 (2025): September 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v15i2.3367

Abstract

Stres kerja terjadi sebagai akibat dari interaksi antara karyawan dan pekerjaan mereka. Hal ini ditandai dengan perubahan yang memaksa karyawan untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Banyak faktor seperti tanggung jawab, pekerjaan luar, dan individu yang menyebabkan stres, dan berdampak pada layanan kesehatan, khususnya di rumah sakit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan beban kerja mental dengan stres kerja perawat di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara. Penelitian deskriptif analitik ini dilakukan dengan metode cross-sectional dan teknik convenience sampling diadopsi untuk memilih 147 perawat sebagai sampel. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) dan Work Stress Questionnaire (WSQ). Analisis data menggunakan Chi-Square dan hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia (p = 0,008), pendapatan (p = 0,010), pengalaman (p = 0,000), dan beban kerja (p = 0,001) dengan stres kerja. Lebih lanjut, stres kerja perawat tidak berhubungan dengan jenis kelamin (p = 0,764), pendidikan (p = 0,348), dan pencapaian kompetensi (p = 0,251). Regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya stres kerja adalah pengalaman kerja (p 0,000, OR: 76,758). Berdasarkan hasil tersebut, manajemen kerja perawat yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mental direkomendasikan untuk meningkatkan pelayanan mereka di rumah sakit.
Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kesehatan Jiwa Remaja Mauliza, Rizky; Harkensia, Linur Steffi; Ardianti, Riski Dian; Sabil, Teungku Muhammad; Drissianti, Putri
Journal of Telenursing (JOTING) Vol. 7 No. 4 (2025): Journal of Telenursing (JOTING)
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/r4m8f454

Abstract

This study aims to determine the relationship between peer social support and adolescents' mental health at SMP Negeri 1 Syamtalira Bayu. The research method used a quantitative design with a cross-sectional approach. The results of this study indicate that 85.1% (189 respondents) reported good peer social support, 75.2% (167 respondents) reported normal mental health, and 66.7% (148 respondents) reported good peer social support. The relationship between peer social support and adolescents' mental health at SMP Negeri 1 Syamtalira Bayu was significant, with a p-value of 0.000. Conclusion: There is an essential relationship between peer social support and adolescents' mental health.   Keywords: Social Support, Peers, Mental Health, Adolescents
Efektivitas Terapi Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Konsumsi Asi Rahmi, Aulia; Zuhra, Meutia; Ardianti, Riski Dian; Nadiya, Sarah
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3470

Abstract

Masa bayi merupakan masa keemasan dan masa kritis yang membutuhkan stimulasi dini untuk optimalisasi perkembangan. Salah satu stimulasi yang dapat diberikan adalah pijat bayi.Pijat bayi sebagai salah satu bentuk bahasa sentuhan ternyata memiliki efek positif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.Sentuhan atau pijat bayi juga dapat merangsang produksi ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pijat bayi terhadap peningkatan konsumsi ASI.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 bayi yang diambil secara total sampling.Penelitian ini bersifat quasi exsprimen, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji-t (uji parametric).Hasil uji-t didapatkan nilai t(hitung) = 0,000 p-value   t ( tabel),yang berarti ada hubungan antara pijat bayi dengan konsumsi ASI pada bayi.Dengan kata lain terdapat perbedaan konsumsi ASI (frekuensi konsumsi ASI ) yang signifikan antara sebelum diberikan terapi pijat bayi dengan sesudah diberikan terapi pijat bayi dengan sesudah diberikan terapi pijat bayi.Semua bayi (100 %) mengkonsumsi ASI Lebih banyak dibandingkan sebelum diberikan terapi pijat bayi. Maka dapat disimpulkan bahwa terapi pijat bayi efektif untuk meningkatkan konsumsi ASI pada bayi umur 3-6 bulan.Kata kunci: Efektifitas pijat bayi, & Konsumsi ASIInfancy is a golden period and a critical period that requires early stimulation to optimize development. One of the stimulations that can be given is baby massage. Baby massage as a form of touch language turns out to have a positive effect on baby growth and development. Baby touch or massage can also stimulate milk production. This study aims to determine the effectiveness of baby massage in increasing milk consumption. The sample in this study were 12 infants who were taken by total sampling. This research was a quasi experiment, then the data were analyzed using the t-test (parametric test). value < t (table), which means there is a relationship between infant massage and breast milk consumption in infants. In other words, there is a significant difference in milk consumption (frequency of breast milk consumption) between before being given infant massage therapy and after being given infant massage therapy and after being given therapy baby massage. All babies (100%) consume more breast milk than before being given infant massage therapy. So it can be concluded that infant massage therapy is effective for increasing milk consumption in infants aged 3-6 monthsKeyword: The effectiveness of baby massage, ASI consumption