Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peran Moderasi Usia Dalam Dukungan Sosial dan Kepemimpinan pada Anggota Organisasi Kemahasiswaan di Yogyakarta Anggraeni, Dewi Soerna; Rinaldi, Martaria Rizky; Yuniasanti, Reny
GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Vol 13, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/gdn.v13i4.10925

Abstract

Indonesia Emas 2045 is a challenge for the younger generation to contribute as a future leader. Student organizations are one of the forums for building leadership in students. This study aims to determine the moderating role of age in social support and members of student organizations’ leadership in Yogyakarta. The subjects were 223 members of student organizations, a minimum of 2 months as a member. Sampling was gathered using the convenience sampling technique. Data collection was carried out using the Human Capital Sustainability Leadership (HSCL) scale and the Social Support Scale of the Online Community. Data analysis was conducted using Jamovi statistical software. The moderation analysis results showed that age significantly affects sustainability leadership (Estimation = 0.5814, SE = 0.24265, CI = [0.1059, 1.0570], Z = 2.40, p = 0.017). The older a person is, the higher the likelihood of having highly sustainable leadership. In addition, the interaction between social support and age also proved significant in sustainability leadership (Estimation = 0.0455, SE = 0.00495, CI = [0.0358, 0.0552], Z = 9.20, p < 0.001). That is, the effect of social support on sustainability leadership differs at different levels of individual age.
HUBUNGAN QUALITY OF WORK LIFE DENGAN TURNOVER INTENTION PADA KARYAWAN GENERASI MILENIAL DI PERUSAHAAN STARTUP Mahsa, Jalesva; Sandiasih, Komang Mahadewi; Anggraeni, Dewi Soerna
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v7i1.18641

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara quality of work life dengan turnover intention pada karyawan generasi milenial di perusahaan startup. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan negatif antara variabel quality of work life dengan variabel turnover intention pada karyawan milenial di perusahaan startup. Sebanyak 74 karyawan startup generasi milenial yang tersebar di wilayah Pulau Jawa menjadi responden dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala quality of work life (dan skala turnover intention. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment menggunakan program SPSS ver. 29 for windows. Hasil analisis diperoleh koesfisien korelasi sebesar (rxy) – 0.665 (p < 0.05), hal ini menandakan bahawa hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat korelasi negatif yang signifikan antara quality of work life dengan turnover intention pada karyawan generasi milenial di perusahaan startup. Penting bagi perusahaan startup untuk membangun lingkungan kerja yang suportif dan berkelanjutan untuk mempertahankan karyawan generasi milenial yang berpotensi tinggi dan memaksimalkan kontribusinya terhadap pertumbuhan perusahaan, pendekatan ini dapat secara efektif meminimalisir kemungkinan turnover intention pada karyawan. Kata Kunci: Kualitas Kehidupan Kerja, Intensi Turnover, Karyawan Milenial AbstractThis study aims to determine the relationship between quality of work life and turnover intention in millennial generation employees in startup companies. The hypothesis in this study is that there is a negative relationship between quality of work life and turnover intention in millennial generation employees in startup companies. A total of 74 millennial generation startup employees spread across Java Island became respondents in this study. Data was collected using two scales, namely the quality of work life scale and the turnover intention scale.) for windows program. The results of the analysis obtained a Analysis of the research data was carried out using the Pearson Product Moment with the SPSS program ver. 29 for windows. The results of the analysis yielded a correlation coefficient of (rxy) – 0.665 (p < 0.05), indicating a significant negative correlation between quality of work life and turnover intention among millennial employees in startup companies. This supports the research hypothesis. It is important for startup companies to build a supportive and sustainable work environment to retain high-potential millennial employees and maximize their contribution to company growth, this approach can effectively minimize the possibility of turnover intention in employees. Keywords: Quality of Work life, Turnover Intention, Millennial Employees  Keywords: Quality of Worklife, Turnover Intention, Millennial Employees
Hubungan antara subjective well-being dan organizational citizenship behavior pada karyawan PT. X Hidayat, Arif; Anggraeni, Dewi Soerna
Humantech : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia Vol. 4 No. 2 (2025): Humantech : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia
Publisher : Program Studi Akuntansi IKOPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32670/ht.v4i2.5202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Subjective Well-Being (SWB) dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. X Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah 60 karyawan perusahaan retail PT. X Yogyakarta dengan rentang usia 19-50 tahun dan masa kerja di atas satu tahun. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan menggunakan dua skala, yaitu skala SWB dan skala OCB, yang masing-masing terdiri dari 25 aitem. Validitas item skala SWB berkisar antara 0,371 hingga 0,801 dengan reliabilitas 0,951, sedangkan validitas item skala OCB berkisar antara 0,453 hingga 0,751 dengan reliabilitas 0,954. Analisis data menggunakan teknik korelasi spearman menunjukkan bahwa nilai rxy = 0,846 dengan nilai determinasi (R²) sebesar 0,680. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara SWB dan OCB berada dalam kategori sangat kuat. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Subjective Well-Being karyawan, semakin tinggi pula Organizational Citizenship Behavior yang mereka tunjukkan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memahami pentingnya peningkatan Subjective Well-Being untuk mendorong perilaku positif di tempat kerja.
Hubungan antara Work Life Balance dengan Kebahagiaan di Tempat Kerja Pada Karyawan di PT. X Dewi, Erisa Sukma; Anggraeni, Dewi Soerna
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i1.26011

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara work life balance dengan kebahagiaan di tempat kerja pada karyawan di PT. X. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara variabel work life balance dengan variabel kebahagiaan di tempat kerja pada karyawan di PT. X. Sebanyak 110 karyawan PT. X menjadi responden dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala work life balance dan skala kebahagiaan di tempat kerja. Data dianalisis dengan teknik korelasi Spearman Rank menggunakan program SPSS ver. 25 for windows. Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi sebesar (rxy) 0.316 (p < 0.05), hal ini menandakan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan antara work life balance dengan kebahagiaan di tempat kerja pada karyawan di PT. X. Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan kebahagiaan di tempat pada karyawan karena kebahagiaan di tempat kerja akan membangun energi positif dengan memiliki semangat yang tinggi saat bekerja dan merasa antusias dalam melakukan pekerjaan.
HUBUNGAN ANTARA WORKPLACE WELL-BEING DENGAN TURNOVER INTENTION PADA KARYAWAN PRODUKSI PT X BATAM Gukguk, Yenni Br Raja; Anggraeni, Dewi Soerna
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH Vol 8, No 3 (2025): August 2025
Publisher : Smart Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54314/jssr.v8i3.4121

Abstract

Abstract: Labor is a superior resource that can increase the productivity and sustainability of the company. In manufacturing companies, production activities are inseparable from labor in running them. Production activities in a company are considered as the heart of the company concerned. As the number of companies that emerge results in higher competition and the existence of employees becomes very important, but it turns out that there are workers who have the desire to leave the company, known as turnover intention. One of the factors that influence turnover intention is workplace well-being. This study aims to determine the relationship between workplace well-being and turnover intention in production employees of PT X Batam. The hypothesis in this study is that there is a negative relationship between workplace well-being and turnover intention in production employees of PT X Batam. The subjects of this study amounted to 92 production employees at PT X Batam. Data collection methods using turnover intention scale and workplace well-being scale. Data analysis technique using Pearson Product Moment correlation technique from Karl Pearson with SPSS version 27 for windows program. Based on the results of data analysis, the correlation coefficient (????????????) = -0.551 (p<0.050), meaning that there is a negative relationship between workplace well-being and turnover intention in production employees of PT X Batam. It is important for companies to improve employee well-being, through identifying problems early, evaluating and taking appropriate corrective actions to strengthen attachment to the company so as to minimize turnover intention in employees. Keyword: Workplace well-being, Turnover intention, Production employees Abstrak: Tenaga kerja merupakan sumber daya unggul yang dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan perusahaan. Pada perusahaan manufaktur, aktivitas produksi tidak terlepas dari tenaga kerja dalam menjalankannya. Kegiatan produksi di dalam suatu perusahaan dianggap  sebagai jantungnya perusahaan yang bersangkutan. Seiring banyaknya perusahaan yang muncul mengakibatkan semakin tingginya  persaingan ketat dan keberadaan karyawan menjadi sangat penting, namun ternyata terdapat tenaga kerja yang memiliki keinginan untuk meninggalkan perusahaan yang dikenal dengan turnover intention. Salah satu faktor yang mempengaruhi turnover intention adalah workplace well-being. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara workplace well-being dengan turnover intention pada karyawan produksi PT X Batam. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara workplace well-being dengan turnover intention pada karyawan produksi PT X Batam. Subjek penelitian ini berjumlah 92 karyawan produksi di PT X Batam. Metode pengumpulan data menggunakan skala turnover intention dan skala workplace well-being. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dari Karl Pearson dengan program SPSS versi 27 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (????????????) = -0,551 (p<0.050), berarti terdapat hubungan negatif antara workplace well-being dengan turnover intention pada karyawan produksi PT X Batam. Penting bagi perusahaan meningkatkan kesejahteraan karyawan, melaui pengidentifikasian masalah sejak dini, evaluasi dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat untuk memperkuat keterikatan pada perusahaan sehingga meminimalisir turnover intention pada karyawan. Kata kunci: Workplace well-being, Turnover intention, Karyawan produksi
Job Boredom and Cyberloafing Behavior: The Dynamics of Generation Z in the Digital Workplace Zahro, Fatimah; Anggraeni, Dewi Soerna; Yuniasanti, Reny
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 14, No 4 (2025): Volume 14, Issue 4, Desember 2025
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v14i4.21028

Abstract

Job boredom is one of the negative psychological conditions that can result from monotonous and less challenging work, especially among Gen Z. The purpose of this study is to determine the correlation between job boredom and cyberloafing behavior among Gen Z employees. This research uses a quantitative approach with a correlational analysis method. The subjects of this study were 101 Gen Z employees with 29 males and 72 females selected using purposive sampling technique. Data collection was conducted using a questionnaire consisting of Work Boredom Scale (Eid, 2018) and Employee's Workplace Cyberloafing Scale (EWCS) (Nurtjahjanti et al., 2024). Data analysis was performed using Spearman's Rho correlation using SPSS 26 software. The results showed a positive relationship between work boredom and cyberloafing behavior with a value of ρ = 0,252 and p = 0,011, R2 of 0,085 which indicates that the work boredom variable has a contribution of 8.5% to the cyberloafing behavior variable. The need for companies or organizations to reduce work boredom by increasing job variety, job identity clarity, job meaningfulness, autonomy, and also by providing constructive feedback.Kebosanan kerja merupakan salah satu kondisi psikologis negatif yang dapat muncul akibat pekerjaan yang monoton dan kurang menantang, terutama pada generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kebosanan kerja terhadap perilaku cyberloafing pada karyawan Gen Z. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis korelasional. Subjek penelitian ini adalah 101 karyawan Gen Z dengan 29 laki-laki dan 72 perempuan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari Skala Kebosanan Kerja (Eid, 2018) dan Employee’s Workplace Cyberloafing Scale (EWCS) (Nurtjahjanti et al., 2024). Analisis data menggunakan korelasi Spearman’s Rho dengan bantuan software SPSS 26. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kebosanan kerja dengan perilaku cyberloafing dengan nilai ρ = 0,252 dan p = 0,011, R2 sebesar 0,085 yang menunjukkan bahwa variabel kebosanan kerja memiliki kontribusi 8,5% terhadap variabel perilaku cyberloafing. Perlunya perusahaan atau organisasi untuk mengurangi kebosanan kerja melalui peningkatan variasi pekerjaan, kejelasan identitas pekerjaan, kebermaknaan pekerjaan, otonomi, dan juga pemberian umpan balik yang konstruktif.
The Pembentukan Peer Counselor Sebagai Upaya Social Support dan Upaya Preventif Terhadap Isu-Isu Kesehatan Mental pada Mahasiswa di Universitas Kristen Duta Wacana Setyaningtyas, Angelina Dyah Arum; Anggraeni, Dewi Soerna; Sandiasih, Komang Mahadewi
Society : Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): Vol. 6 No. 1, Oktober 2025
Publisher : Universitas Dinamika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37802/society.v6i1.929

Abstract

Mental health issues among university students have become an increasingly urgent concern, including at Duta Wacana Christian University (UKDW) Yogyakarta, which currently has around 3,500 active students. This community service program aimed to enhance social support and promote preventive efforts against mental health problems through the establishment of peer counselors within the campus environment. The program was implemented from January to March 2024, with student participants from the Counseling Division of LPKKSK UKDW as the main target group. The implementation was carried out in several stages: participant selection, basic counseling skills training conducted over three sessions, roleplay practice, and a final stage involving the socialization of the counseling service flow and referral system. The results showed a significant increase in participants' knowledge and counseling skills, as evidenced by the paired samples t-test, which yielded a p-value of 0.016. The rise in average scores from pre-test to post-test, along with reduced score variance among participants, reflects the uniform effectiveness of the training provided. The implication of this program highlights that involving peer counselors can serve as an effective solution to the limited availability of professional counselors on campus. Moreover, it strengthens a community-based support ecosystem, empowers students as agents of change, and offers a scalable model for psychosocial intervention that could be replicated in other higher education settings.