Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

ANALISIS KIMIA TIGA TANAMAN OBAT DIKAWASAN KHUSUS SENARU Febriana Tri Wulandari; Irwan Mahakam Lesmono Aji; Dwi Sukma Rini
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 4 No. 1 (2018): Maret 2018
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai jenis-jenis HHBK dikawasan Senaru telah dilakukan pada tahun 2014. HHBK yang ditemukan di KHDTK Senaru sekitar 36 jenis yang berasal dari 13 famili, diantaranya: famili Apocynaceae, Arecaceae, Clusiaciae, compositae, ebenaceae, euphorbiaceae, fabaceae, meliaceae, moraceae, myrtaceae, orchidaceae, piperaceae, rosaceae, dan rubiaceae. HHBK tanaman obat di KHDTK Senaru sebanyak 13 jenis. Tanaman obat telah banyak digunakan oleh masyarakat sekitar hutan untuk mengobati berbagai penyakit.Tiga tanaman obat yang terdapat di KHDTK Senaru adalah daun panggal buaya (Zanthoxyllum rhetsa Roxburgh (DC)), daun rajumas (Duabanga moluccana) dan daun sengon (Paraserianthes falcataria (L )) . Ketiga jenis daun tersebut mengandung vitamin A, E, C dan berfungsi sebagai obat kanker. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan menganalisis kandungan kimia yang terdapat pada tanaman obat tersebut sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi KHDTK Senaru khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan kimia 3 tanaman obatyaitu daun panggal buaya (Zanthoxyllum rhetsa Roxburgh (DC)), rajumas (Duabanga moluccana) dan sengon (Paraserianthes falcataria (L )). Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu menyajikan suatu gambaran terperinci atas suatu situasi khusus (Silalahi,2009). Sumber data diperoleh dari hasil analisis kimia yang dilaksanakan di laboratorium BPTHHBK. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai skrining bioaktivitas antioksidan pada tiga jenis tanaman kehutanan maka dapat disimpulkan bahwa dari tiga tanaman yang diuji, tedapat bioaktivitas berupa aktivitas antioksidan yang berperan mengatasi kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh, hasil menunjukan bahwa daun tanaman rajumas (Duabanga molucanna) dan panggal buaya ((Zanthoxyllum rhetsa Roxburgh (DC)) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, namun untuk jenis tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) memiliki aktivitas antioksidan rendah
STUDI JENIS DAN SEBARAN BAMBU DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) SENARU Dwi Sukma Rini; Febriana Tri Wulandari; Irwan Mahakam Lesmono Aji
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 3 No. 4 (2017): Desember 2017
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman bambu tumbuh secara alami dan berumpun di kawasan hutan Indonesia, tak terkecuali di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pemanfaatan bambu di daerah ini cukup tinggi. Disisi lain pengetahuan masyarakat tentang jenis, sifat, dan kualitas bambu masih sangat terbatas, padahal hal ini berperan penting dalam kesesuaian pemilihan jenis untuk pemanfaatan lebih lanjut. Selain jenis bambu, perbedaan tempat tumbuh juga dapat mempengaruhi kualitas dari bambu dengan jenis yang sama. Penelitian karakteristik dan jenis bambu ini dilakukan untuk mengetahui dengan jelas morfologi dan sifat fisika setiap jenis bambu yang tumbuh di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, karena belum ada data tentang jenis dan kualitas bambu yang terukur di daerah ini. Penelitian ini meliputi : inventarisasi jenis dan sebaran bambu dengan metode survei; pengamatan morfologi bambu dan pembuatan herbarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KHDTK Senaru ditemukan 6 jenis bambu, yaitu bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C), Santong (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ), kuning (Bambusa vulgaris var. striata), tali (Gigantolochloa apus Kurz.), petung (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne) dan Bilis (Schizostachyumlima (Blanco)Merr).
POTENSI DAN PEMANFAATAN TANAMAN AREN (Arenga pinnata) DIHUTAN KEMASYARAKATAN AIK BUAL KABUPATEN LOMBOK TENGAH Kornelia Webliana; Dwi Sukma Rini
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Agrohita
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v5i1.1725

Abstract

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi Aren yang cukup luas dengan penyebaran terbesar di Pulau Lombok yakni yang mencapai 823,1 ha (BPS NTB, 2015). Lombok Tengah adalah Kabupaten di Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi aren yang cukup rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu sejumlah 125,4 ha dan total produksi 4,7 ton pada tahun 2015. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian mengingat tanaman aren memiliki peranan penting dalam aspek ekologis, ekonomi dan social. Penelitian ini dilaksanakan diHutan Kemasyarakatan (HKm) Desa Aik Bual Kabupaten Lombok Tengah dengan tujuan (1)mengetahui potensi tanaman aren berdasarkan pola penyebaran dan produktivitas aren (2)mengetahui pemanfaatan Aren oleh masyarakat Desa Aik Bual. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan masyarakat Desa Aik Bual telah lama memanfaatkan tanaman aren untuk menunjang perekonomian. Pengumpulan data penyebaran dan produktivitas tanaman secara non probability sampling dengan sampling jenuh (sensus), dan metode pengumpulan data pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat dilakukan dengan wawancara secara terbuka dengan key responden. Hasil penelitian menunjukan terdapat 433 tanaman Aren yang tersebar di dusun Nyeredet dan dusun Pertanian dengan potensi tanaman aren yang belum produktif sejumlah 81,99%, tanaman aren hampir produktif 3,46%, tanaman aren sudah produktif 12,47% dan tanaman aren sudah tidak produktif 2,08%. Masyarakat Aik Bual memanfaatkan nira aren sebagai bahan baku pembuatan gula aren yang terbagi menjadi gula cetak, gula semut dan gula Kristal. Selain itu hasil ikutan Aren seperti kolang-kaling dan ijuk juga diperjualbelikan oleh masyarakat dengan harga yang bervariasi.Hasil penelitian diharapakan dapat memperbaiki pola pengelolaan kawasan dan pembudidayaan tanaman Aren guna keberlangsungan fungsi ekonomi dari tanaman tersebut.
Pemberdayaan Masyarakat Untuk Tata Kelola Kelembagaan dan Usaha Aren Pada Hutan Kemasyarakatan di Aik Bual Lombok Tengah Markum; Andy C. Ichsan; Dwi Sukma Rini; Maiser Saputra
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 1 No. 2 (2020): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.643 KB)

Abstract

Three main problems still faced by sugar palm farmers in Aik Bual Village, namely the crop cultivation system has not been well planned; Social Forestry Business Group institutions are not yet independent; and product performance is not yet competitive. The objectives of community service activities are: a) to facilitate KUPS in implementing better palm cultivation; b). improve the skills of KUPS administrators in implementing independent institutional governance, and c) facilitate the production of more varied and quality palm processed products. The activity approach uses an active participation method, which involves farmers, KUPS administrators and producers of processed palm products who are beneficiaries, in the process of activities, involving 25 participants. The material presented in the service includes a). Sustainable forest management based on Social Forestry; b). building an independent and developing KUPS institution; c). developing a variety of sap processed products and market opportunities; and D). conservation techniques in community forest-based palm habitat management. The results of the dedication show that a). Sugar plant cultivation system is carried out through natural growth from tillers, growth is quite good, and to optimize the cultivation of sugar is directed to plant propagation by taking into account the availability of nutrients and sufficient sunlight, as well as 6 m spacing. b). so that groups are more independent, especially in developing businesses, encouraged the need to develop cooperation by creating trust through contract agreements, and carrying out product promotions through low-cost social media; c). In order to increase sales volume and make product competition more competitive, it is necessary to carry out a strategy to increase packaging performance and reduce selling prices.
PELATIHAN PENGAWETAN BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) DENGAN METODE PENGAWETAN BOUCHERIE DI HKm AIK BUAL Dwi Sukma Rini; Febriana Tri Wulandari; Kornelia Webliana
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2019): Februari
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.167 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v2i1.1017

Abstract

Tanaman bambu tumbuh secara alami dan berumpun di kawasan hutan Indonesia, tak terkecuali di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pemanfaatan bambu di daerah ini cukup tinggi. Bambu biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan berugak, kerajinan, mebel, dan berbagai souvenir khas daerah. Selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, bambu memiliki fungsi perlindungan terhadap mata air, bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang penting dalam penyerapan CO2. Pengembangan bambu telah dilakukan di HKm Aik Bual, kecamatan Kopang, Lombok Tengah. Bambu di daerah ini merupakan salah satu HHBK yang telah mendapatkan sertifikasi PHBML, sehingga mulai dilirik untuk dijadikan bahan baku oleh perusahaan pengolahan bambu. Namun, hingga saat ini masyarakat masih menjual bambu dalam keadaan segar, padahal bambu memiliki kerentanan terhadap serangan serangga perusak. Hal inilah yang menyebabkan kualitas bambu menurun dan harga jual menjadi rendah. Untuk meningkatkan nilai jual bambu, maka pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk menangani bambu pasca panen perlu ditingkatkan. Mengingat bambu rentan terhadap serangan serangga perusak seperti kumbang bubuk, maka salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas adalah dengan melakukan kegiatan pengawetan bambu pasca panen sebelum dijual. Pengawetan bambu segar dapat dilakukan dengan metode Boucherie saat bambu baru ditebang dan masih memiliki daun. Metode ini sesuai untuk dilakukan masyarakat karena mudah dan murah dalam penerapannya.
Karakteristik briket arang dari pelepah lontar (Borassus flabellifer Linn.) dengan variasi ukuran partikel dan tekanan kempa Rini, Dwi Sukma; Hardi, Lalu Amrian; Webliana, Kornelia; Aji, Irwan Mahakam Lesmono; Prasetyo, Mardyanto; Ngadianto, Agus
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v9i1.14906

Abstract

Tanaman lontar (Borassus flabellifer Linn.) merupakan salah satu jenis palma yang memiliki banyak manfaat, dimana hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan, termasuk daun, batang, buah, dan bunga yang dapat disadap. Bentuk pelepah lontar mirip dengan pelepah kelapa, sehingga dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik briket arang dari pelepah lontar dengan faktor ukuran partikel dan tekanan kempa, serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap sifat-sifat briket arang. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan variasi ukuran partikel terbagi menjadi tiga level (-20 +40 mesh, -40 +60 mesh, -60 +80 mesh), dan tekanan kempa terdiri dari dua level (100 N/cm2 dan 150 N/cm2). Proses konversi biomassa pelepah lontar menjadi arang dilakukan menggunakan drum kiln. Pengujian dilakukan sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000, termasuk pengukuran kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, dan nilai kalor. Hasil rata-rata pengujian menunjukkan nilai masing-masing parameter adalah 9,22% untuk kadar air, 10,57% untuk kadar abu, 38,33% untuk zat mudah menguap, dan 6278,72 kal/gr untuk nilai kalor. Analisis keragaman menunjukkan bahwa ukuran partikel berpengaruh terhadap kadar abu dan zat mudah menguap, sedangkan tekanan kempa dan interaksi antara kedua faktor tersebut mempengaruhi kadar zat mudah menguap.
Improving the Quality of Selat Village Bamboo Sunshade Crafts through the Bamboo Preservation Process Rini, Dwi Sukma; Aji, Irwan Mahakam Lesmono; Ningsih, Rima Vera; Latifah, Sitti; Anwar, Hairil
Unram Journal of Community Service Vol. 6 No. 1 (2025): March
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ujcs.v6i1.888

Abstract

Selat Village in West Lombok Regency is known as a bamboo sunshade craft center with abundant bamboo resources. However, the production of bamboo blinds is still done traditionally without the application of preservation technology, making it vulnerable to attacks by destructive organisms such as powder beetles and fungi. Lack of information on effective preservation techniques leads to low product quality and selling value. Therefore, this service activity aims to provide training and assistance to artisan groups in applying simple and environmentally friendly preservation methods. The methods used include an initial survey to understand the condition of the craftsmen, counseling with a Focus Group Discussion (FGD) approach, and the design and implementation of a bamboo preservation tool based on soaking in 5% borax solution. Socialization was conducted to 30 craftsmen from the “Karya Mandiri” group and involved the village and surrounding community. The results of the activity show that the soaking preservation method is more suitable for the needs of craftsmen than the VSD method because the bamboo raw materials used are already in the form of blades. The application of this method can increase the durability of bamboo, speed up the curing process from 1 month to 7-10 days, and increase the selling value of bamboo blinds. The follow-up plan includes periodic evaluation, further training on product finishing and packaging, and promotion through social media to expand the market. This activity contributes to improving the quality and competitiveness of bamboo sunshade products, which is expected to strengthen the economy of the Selat Village community through more effective and sustainable bamboo processing.
Combustion Performance and Physicochemical Characteristics of Sawdust-Based Bio-Charcoal Briquettes using Molasses Adhesive Ichsan, Andi Chairil; Ningsih, Rima Vera; Rini, Dwi Sukma; Webliana, Kornelia
Jurnal Sylva Lestari Vol. 13 No. 2 (2025): May
Publisher : Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsl.v13i2.1101

Abstract

Bio-charcoal briquettes are a promising alternative to fossil fuels, particularly when produced from biomass waste such as sawdust. This study investigates the effects of varying molasses adhesive concentrations (5%, 10%, and 15%) on the physical and chemical properties of bio-charcoal briquettes produced from sawdust. The briquettes were analyzed for density, moisture content, ash content, volatile matter, fixed carbon, and calorific value. Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) were also employed to examine surface morphology and functional groups. The results showed that increasing molasses concentration led to higher density, moisture content, and fixed carbon content, while reducing ash and volatile matter content. The 10% molasses concentration provided the highest calorific value (5,420 cal/g). The results of testing using SEM with a magnification of 2000x, featuring a particle size of 60 mesh, revealed the morphology of the briquette surface with a regular arrangement of cavities. FTIR analysis confirmed the presence of O-H, C-H, and C=O groups, which contribute to molecular bonding. All samples met the SNI 01-6235-2000 standard for wood charcoal briquettes. The addition of 1% potassium chlorate further improved ignition and combustion. The findings demonstrate that molasses, as a low-cost and eco-friendly binder, effectively enhances the quality and energy performance of bio-charcoal briquettes. This study supports the development of renewable energy technologies from underutilized wood waste, promoting sustainable energy solutions and environmental conservation. Keywords: bio-charcoal briquettes, calorific value, combustion performance, molasses adhesive, sawdust waste
Geographic Variation in the Physical and Mechanical Properties of Dendrocalamus asper Growing on Lombok Island Syahbana, Ardi; Rini, Dwi Sukma; Lestari, Dini
Jurnal Biologi Tropis Vol. 25 No. 1 (2025): Januari - Maret
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v25i1.8710

Abstract

Bamboo is one of the most important non-timber forest products due to its fast growth and excellent mechanical properties. This study aims to assess the impact of growing location on the physical and mechanical properties of Petung bamboo (Dendrocalamus asper) naturally growing on Lombok Island. A total of five bamboo culms were collected from different clumps at three locations, resulting in 15 individual bamboo samples. The tested parameters included moisture content, basic density, tangential and radial shrinkage, modulus of elasticity (MOE), and modulus of rupture (MOR). Data were analyzed using R software (version 4.3.1). The effect of location was examined using a mixed-effects model, where growing location and individual bamboo served as random effects. The results indicate that individual variation has a greater influence on the physical and mechanical properties of D. asper than growing location, with variance components exceeding 50% for moisture content, basic density, MOE, and MOR. These findings suggest that the mechanical and physical properties of D. asper are primarily determined by intrinsic factors rather than environmental conditions. Further research is recommended to investigate additional factors, such as micro-environmental influences on bamboo properties.