Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

NILAI EKONOMI TANAMAN AREN (Arenga pinnata ) DI HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) AIK BUAL, LOMBOK TENGAH Kornelia Webliana B
Jurnal Edueco Vol. 3 No. 1 (2020): Juni
Publisher : Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/edueco.v3i1.49

Abstract

Aik Bual merupakan salah kawasan Desa di Nusa Tenggara Barat yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani. Desa ini memiliki potensi sumberdaya hutan yang beragam dengan skema pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm). Salah satu bentuk pemanfaatan hutan oleh masyarakat Desa Aik Bual yang bernilai ekonomi tinggi yaitu pengolahan nira tanaman Aren (Arenga pinnata) untuk dijadikan sebagai gula. Tanaman aren memiliki peranan penting dalam aspek ekologis, ekonomi dan sosial karena tergolong dalam tanaman multifungsi atau MPTS (Multi Purpose Trees Species). Pentingnya peran tanaman ini bagi masyarakat, mendorong dilaksanakannya penelitian dengan tujuan untuk mengkaji nilai ekonomi Aren bagi petani HKm Aik Bual. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik surve. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan tanaman ini telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan Aik Bual. Pengumpulan data nilai ekonomi dilakukan dengan wawancara terstruktur kepada 5 orang responden yang ditentukan secara purposive sampling, dan fokus analisis pada biaya usaha pengrajin aren, penerimaan dan pendapatan usaha pengrajin gula aren dan analisis R ratio. Hasil penelitian menunjukan total biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan petani yaitu Rp. 16.879.047,93/tahun. Sedangkan total pendapatan dari produksi gula yang diperoleh yaitu Rp14.326.952,07,00/tahun. Analisis R/C ratio menunjukan petani Aren di HKm Aik Bual memperoleh keuntungan dalam proses produksi. Dengan Total R/C ratio yaitu 1,8. Nilai R>TC bermakna petani mendapat keuntungan, nilai R = TC bermakna petani tidak mendapat untung maupun rugi, dan apabila nilai R < TC bermakna petani mengalami kerugian.
ANALISIS PERSEPSI DAN ATRAKSI WISATA ALTERNATIF UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN AIR TERJUN TIU TEJA, LOMBOK UTARA Kornelia Webliana; Maiser Syahputra; Dwi Sukma Rini
Jurnal Belantara Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.641 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v1i2.86

Abstract

Tiu Teja waterfall is one of nature tourism which is currently well known by the community and get important attention from the Government of North Lombok Regency. The development of Tiu Teja Waterfall tourism is expected to support the economy of the surrounding villages by engaging in tourism activities. Implementation of research aims to analyze the market and tourist products as well as analyze the supporting attractions or alternative tourist attractions that become one unity of Destination with Tiu Teja Waterfall area. The results showed that the visit in the period of April to October 2017 is dominated by domestic tourists with the pattern of adventure tourism journey. Analysis of the components of the tourist market shows several factors that lead to dissatisfaction in the tour of the difficulty of location attainment, inadequate supporting facilities, lack of accommodation facilities, lack of trading facilities and other factors. Tourism Product Analysis describes the types of supporting attractions around the Waterfall area in the form of landscape, agrItourism, cultural and culinary tourism. Types Tourist attractions Tiu Teja supporters are then categorized into natural attractions, cultural attractions and man-madeattractions. This supporting attraction can be used as an alternative tour around the Forest Area of Santong Village. The result of this study is expected to be considered in planning development Waterfall tour as one of North Lombok tourist destination. Keywords: Tourist attraction, Tourist market, Tourist Product, Tiu Teja
Kajian Yuridis Perlindungan Penyu Wihelmus Jemarut; Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari
Jurnal Ilmiah Dunia Hukum VOLUME 6 NOMOR 1 OKTOBER 2021
Publisher : PDIH Untag Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35973/jidh.v6i1.2613

Abstract

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), 1973, menetapkan Penyu sebagai satwa dalam kategori Appendix I, yang bermakna bahwa Penyu merupakan salah satu satwa yang terancam punah dan harus dilindungi. Persoalannya adalah komersialisasi penyu di Indonesia masih marak terjadi. Artikel ini hendak menjawab pertanyaan; apa dasar hukum perlindungan penyu di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dasar hukum perlindungan Penyu di Indonesia sebagai landasan yuridis upaya-upaya perlindungan penyu. Metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia ikut menandatangani CITES (1973) dan telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978. Perlindungan terhadap penyu, selanjutnya diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dengan peraturan pelaksananya yakni Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu, penyu juga dilindungi oleh UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
Pemanfaatan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Senaru sebagai sarana wisata edukasi melalui pengenalan jenis vegetasi Irwan Mahakam Lesmono Aji; Dwi Sukma Rini; Kornelia Webliana
Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 15 No. 1 (2019): Transformasi Juni
Publisher : LP2M Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.188 KB) | DOI: 10.20414/transformasi.v15i1.861

Abstract

[Bahasa]: Kawasan Hutan Pendidikan Senaru atau disebut juga dengan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru memiliki potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, pendidikan dan sosial bagi umat manusia. Manfaat tersebut diantaranya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil Hutan Bukan Kayu. Selain manfaat yang bersumber dari HHK dan HHBK terdapat juga manfaat jasa lingkungan seperti wisata alam dan pendidikan. Dalam perjalanannya KHDTK Senaru dimanfaatkan sebagai tempat wisata bagi masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional yang datang ke KHDTK Senaru untuk menikmati pemandang alamnya atau melewati KHDTK untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak Gunung Rinjani. Kondisi ini tentunya merupakan perkembangan yang positif bagi KHDTK Senaru dan pengelola, dalam melakukan pengembangan wisata kedepannya. Permasalahan yang terjadi pada saat ini yaitu belum maskimalnya informasi terkait sumberdaya hutan yang ada pada KHDTK Senaru untuk menunjang wisata edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar terkait dengan alam sekitar, terutama pengenalan jenis vegetasi yang terdapat disepanjang jalur wisata. Sehingga tujuan dilaksanakannya kegiatan pengabdian ini adalah: (1) untuk menyediakan informasi vegetasi yang terdapat pada jalur wisata, (2). menyediakan herbarium vegetasi yang ada sepanjang jalur dan (3) menyediakan papan informasi terkait vegetasi pada jalur wisata. Motode yang digunakan adalah observasi, focus group discussion (FGD), dan sosialisasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) masyarakat memiliki data terkait jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada jalur-jalur wisata, (2) tersedianya herbarium jenis-jenis vegetasi yang ada di sepanjang jalur (3) tersedianya papan informasi terkait jenis-jenis vegetasi yang ada di sepanjang jalur. Kata Kunci: KHDTK; Senaru; wisata edukasi; pengenalan jenis vegetasi [English]: Senaru Educational Forest or also known as Forest Area with Special Purposes (KHDTK) has a multi-functional potency that can provide economic, environmental, educational, and social benefits for people. The benefits are derived from Timber Forest Products (HHK) and Non-Timber Forest Products (HHBK). In addition, there are also benefits from environmental services such as natural tourism and education. KHDTK Senaru is used as a tourist destination ranging from local, national and international tourists who came to enjoy its natural views or pass through to the summit of Mount Rinjani. This condition is certainly a positive development for KHDTK Senaru and the management, in carrying out tourism development in the future. The current problem is the lack of information regarding the forest resources available at the KHDTK Senaru to support educational tourism and the local communities regarding the natural environment, especially the introduction of vegetation species along the tracks. Thus, the aims of this community service program are (1) to provide information on vegetation available along the tourist track, (2) to provide herbariums for vegetation along the tourist track, and (3) to provide information boards related to vegetation available on the tourist track. The methods used are observation, focus group discussion (FGD), and socialization. The results obtained after the program are as follows: (1) the local communities have database regarding list of vegetation species available along the tourist tracks, (2) the availability of herbariums of vegetation on the tourist track, and (3) the availability of information boards of vegetation at the tourist track. Keywords: KHDTK; Senaru; educational tourisme; species identification
UPAYA PENANGGULANGAN EROSI DAN TANAH LONGSOR MENGGUNAKAN LIMBAH SABUT KELAPA DI DUSUN KLUI, DESA MALAKA Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari; Solikatun Solikatun
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.459 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.2979

Abstract

ABSTRAKSebagian  besar wilayah Dusun Klui, Desa Malaka memiliki topografi wilayah yang berbukit untuk areal perkebunan dan topografi datar untuk pemukiman. Salah satu potensi perkebunan yang cukup melimpah yang dimiliki Desa Malaka adalah kelapa. Sejauh ini pemanfaatan kelapa masih terpaku pada hasil primer, yaitu air dan daging kelapa serta tempurung kelapa untuk arang. Limbah sabut kelapa belum dimanfaatkan, padahal memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan keberlanjutan dari ekosistem. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah sabut kelapa berupa cocomesh memiliki fungsi penting dalam pencegahan erosi dan longsor pada kelerengan curam. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nila ekonomi dan ekologi limbah sabut kelapa dalam bentuk cocomesh sebagai alternatif pencegahan erosi dan longsor di Dusun Klui Desa Malaka. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sosialisasi dan pelatihan pembuatan cocomesh. Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat menunjukkan bahwa limbah perkebunan berupa sabut kelapa dapat diolah menjadi cocomesh yang bernilai ekonomi dan ekologi. Masyarakat Dusun Klui mendapatkan pengetahuan dan wawasan setelah dilakukan sosialisasi mengenai penangan limbah sabut kelapa untuk pencegahan erosi. Masyarakat Dusun Klui juga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah limbah sabut kelapa menjadi cocomesh dan mempraktikannya dalam pemasangan cocomesh di lahan perkebun yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi. Kata kunci : cocomesh; erosi; longsor. ABSTRACTMost of the Klui Hamlet, Malacca Village, has a hilly topography for plantation areas and a flat topography for settlements. One of the potential plantations that is quite abundant in the village of Malacca is coconut. So far, coconut utilization is still focused on primary products, namely water and coconut meat and coconut shell for charcoal. Coconut husk waste has not been utilized, even though it has economic and ecological value that can help to increase community income and the sustainability of the ecosystem. One form of utilization of coconut husk waste in the form of cocomesh has an important function in preventing erosion and landslides on steep slopes. The purpose of this activity is to improve the economic and ecological value of coconut husk waste in the form of cocomesh as an alternative to erosion and landslide prevention in Klui Hamlet, Malacca Village. The methods used to achieve these objectives are socialization and training in making cocomesh. The results of community service activities show that plantation waste in the form of coconut husks can be processed into cocomesh which has economic and ecological value. The people of Klui Hamlet gained knowledge and insight after socialization was carried out on coconut husk waste handlers for erosion prevention. The people of Klui Hamlet also gain knowledge and skills in processing coconut husk waste into cocomesh and practice it in installing cocomesh on sloping garden land. Keywords : cocomesh; erosion; landslide. 
POLA PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI GILI LAWANG LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT: Management Pattern of Ecotourism Based Community in Gili Lawang East Lombok District Nusa Tenggara Barat Province Muhammad Kholifathul Aziz; Markum; Kornelia Webliana
HUTAN TROPIKA Vol 15 No 2 (2020): Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v15i2.2169

Abstract

This research aims to (1) analyze the pattern of ecotourism management in Gili Lawang based on the concept of CBT (Community based tourism) according to Demartoto (2009) and (2) analyze supporting and inhibiting factors that affect the involvement ofcommunity in managing ecotourism. The research was located in Gili Lawang ecotourism area, Sugian Village, Sambelia, East Lombok Regency. This research used descriptive qualitative method, by using literature reviews data collection method,interviews, and observations. The number of respondents involved were 14 respondents. Data analysis that was used is descriptive analysis. The result of this research showed that the management pattern of community based ecotourism in Gili Lawang has not fully implement CBT (Community based tourism) concept since the involved community has not been included in evaluator aspect. Supporting factors that affect the involvement of the community in managing ecotourism is the potential of tourism that can be developed into tourism attraction, the desire of the community to preserve the nature, and to grow the economy surrounding the tourism area. Meanwhile, the inhibiting factor that affect the involvement of the community in managing ecotourism is the lack of education of the community regarding the development of ecotourism area and the lackof awareness of the community regarding the importance of their involvement in developing tourism area. Besides that, another inhibiting factor is the lack of government’s concern to make approach to the native community to show how importantcommunity based tourism is.Keywords: Ecotourism, management pattern, involvement factor
Studi Populasi dan Karakteristik Pohon Bertengger Celepuk Rinjani (Otus jolandae) di Beberapa Jalur Hutan Kemasyarakatan (HKM) Wanalestari Desa Karang Sidemen Kabupaten Lombok Tengah: Study On Population and Characteristics of Rinjani Scoop Owl (Otus Jolandae) Tree Perch in the Some Paths of Community Forest Wanalestari Karang Sidemen Village Central Lombok Kornelia Webliana; Qashmal Dwi Harianto; Maiser Syaputra
HUTAN TROPIKA Vol 16 No 2 (2021): Volume 16 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v16i2.3516

Abstract

Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) is an endemic fauna that is included in the family of owls that are found in several forests that have been in the boundary or in the ecosystem of Mount Rinjani. The latest report published by IUCN in 2016 on the Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) is included in the Near Threatened (almost threatened) category. The purpose of this research is to know the population and characteristics of the trees perched Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) in several public forest lines Wanalestari Karang Sidemen village, Central Lombok. The method used in this research is divided into preliminary studies and primary research, where preliminary studies have been a method of literary studies, interviews, and observations. Then the main research has the IPA (Index Point Of Ambudance) method, measurement Of environmental physical condition, and vegetation structure with single compartments. Analysis of the user data is quantitative and qualitative. Results showed that the total population of Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) across the observation line in Hkm Wanalestari amounted to 16 individuals with an density of population each between 0,76-1,27 ha. The tree of the perched Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) consists of six types, namely the Dadap (Erythrina variegata) tree, Jackfruit (Artocarpus Heterophyllius), Durian (Durio zibethinus), Pecan (Aleurites moluccanus), Randu (Ceiba pentandra) and avocado (Parsea americana). The height of the Tengger tree ranges between 5-9 meters, diameter between 31,4-76,6 cm, and an area of heading 31,7-113,4 m2. The average temperature of Rinjani Scops Owl (Otus Jolandae) habitat of 25.4-25.6 °C humidity 76,4-76,6% and light intensity ranged from 0.9-4.68 Lux. Key Words : Rinjani Scops Owl, Animals, Population, Characteristics of perched trees
STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN MANGROVE DI KECAMATAN LEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Diah Permata Sari; Muhamad Husni Idris; Hairil Anwar; Kornelia Webliana B
JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL Vol 6 No 1 (2022): JHPPK
Publisher : Program Studi Manajemen Hutan, Pascasarjana Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jhppk.v6i1.5787

Abstract

Mangrove area management that does not pay attention to environmental impacts will lead to degradation vulnerability of habitat and mangrove species. This research was conducted using observation and interview methods. Interviews were conducted by purposive sampling using key informants. Data were analyzed using SWOT to identify management strategies for mangrove areas in Lembar District. The results showed that the management strategy of mangrove areas in Lembar District was in quadrant I or an aggressive strategy. Priority strategies in managing mangrove areas in Lembar District include: (a) Formulate regulations on the conservation and utilization of mangrove areas by involving all community groups, (b) Develop a mangrove data bank in collaboration with academics through education, research and service, (c) Prepare zoning plans for the utilization of the Teluk Lembar coastal area, especially mangrove areas to prevent conflicts over utilization , (d) Develop an ecotourism development plan by considering the carrying capacity, and (e) Implementation of enrichment planting programs and widening of mangrove green lanes to increase the effectiveness of the role of mangroves as bioremediators.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TAMAN KOTA DI WILAYAH MATARAM Diah Permata Sari; Kornelia Webliana B
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i2.3658

Abstract

Taman Kota merupakan  salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa taman kota yang diharapkan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, panas, debu, menjadi pengendali iklim mikro, upaya konservasi tanah dan air di perkotaan, dan berfungsi sebagai tempat aktivitas wisata dan olahraga. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dalam melaksanakan aktivitas pada beberapa Taman Kota dengan fungsi wisata dan olahraga di Kota Mataram. Lokasi penelitian difokuskan pada Taman Udayana, Taman Sangkareang, Taman Mayura dan Taman Selagalas dengan metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling, dan penentuan responden menggunakan Insidental Sampling dengan unit analisis masyarakat atau pengunjung di wilayah Taman Kota. Teknik wawancara menggunkan instrument kuesioner yang merujuk pada parameter yang meliputi kondisi vegetasi, fasilitas pendukung, keterwadahan aktivitas pengunjung, kemampuan dalam menetralisir suhu panas, tingkat kenyamanan, kemampuan dalam meredam angin, radiasi matahari dan polusi. Hasil penelitian menunjukkan persepsi tertinggi dalam hal kenyamanan kota yaitu pada Taman Mayura dengan nilai 98%, kemudian Taman Selagalas yaitu sejumlah 90,5%, kenyamanan sedang pada Taman Udayana yaitu 76,375% dan yang paling rendah pada Taman Sangkareang yaitu 57,25%. Tingginya nilai kenyamanan pada Taman Mayura disebabkan kebersihan, kelengkapan fasilitas yang terjaga dengan baik, penataan vegetasi yang rapi serta keunikan taman sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Bali. Tingkat kenyamanan di Taman Sangkareang dinilai paling rendah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung dan suhu panas yang dirasakan oleh responden jika berada di tengah taman, kenyamanan termal hanya dapat dirasakan di sekeliling taman yang masih terdapat banyak vegetasi.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN EMBUNG BUAL, KABUPATEN LOMBOK TENGAH Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 5 No. 3 (2019): September 2019
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Embung Bual merupakan salah satu atraksi wisata yang memiliki daya tarik yang cukup tinggi di desa Aik Bual, Kabupaten Lombok Tengah. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sekitar kawasan ini yaitu berrekreasi, piknik, kemping, dan kegiatan wisata berbasis ekologi seperti pengamatan satwa liar dan soft trekking di dalam kawasan hutan. Pengembangan wisata Embung Bual harus mempertimbangkan sifat fisik lingkungan, dan salah satu faktor penting yang menentukan kesesuaian komponen lingkungan untuk suatu kegiatan wisata adalah faktor lahan. Oleh karena itu penting dilakukan kajian dengan tujuan menganalisis kesesuain lahan untuk aktivitas wisata di sekitar kawasan Embung Bual. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan unit analisis pada penelitian ini yaitu elemen landskap tempat aktivitas wisata di sekitar kawasan Embung Bual. Hasil penelitian menunjukan keseluruhan area yang ditentukan untuk berkemah pada kawasan wisata Embung Bual sesuai apabila digunakan untuk kegiatan berkemah. Hasil penilaianlahan bangunan pada area rekreasi memiliki kesesuaian sedang hingga sesuai, dengan demikian perlu dilakukan peningkatan atau penataanfisik seperti mengatur kemiringan lahan, kedalaman batuan dasar agar benar–benar sesuai untuk mendukung aktivitas rekreasi di sekitar kawasan Embung. Penilaian lahan untuk area bermain memiliki kriteria sedang sampai sesuai dan perlu dilakukan penataan pada kemiringan lahan, tekstur tanah permukaan dan kebatuanguna mengoptimalkan kawasan bermain sebagai wisata pendukung di sekitar Embung Bual. Penilaian lahan untuk area piknik menunjukan masih tergolong dalam kriteria sesuai jika digunakan tetapi perlu dilakukan pembersihan dan perbaikan pada tekstur tanah permukaan di sekitar area piknik.