Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

HUBUNGAN DIET IRITATIF DAN POLA MAKAN DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA SISWA SMA Ayu, Rilah; Bastian, Farid; Salami, Salami
Jurnal Sains Riset Vol 13, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v13i2.1756

Abstract

Dispepsia di Indonesia menempati urutan ke-5 terbanyak untuk kategori penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di rumah sakit. Penderita dispepsia di Indonesia diperkirakan mencapai 30%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2015, angka kejadian dispepsia di Aceh mencapai 31,7%. Dispepsia disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Padatnya kegiatan sekolah menjadi salah satu penyebab ketidakteraturan pola makan para siswa. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara diet iritatif dan pola makan dengan sindrom dispepsia pada siswa/i SMAN 12 Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross secsional, yang dilakukan di SMA Negeri 12 Banda Aceh. Sampel yang dalam penelitian ini berjumlah 61 responden. Hasil analisis univariat menunjukkan  jumlah responden terbanyak berdasarkan usia adalah 15 tahun, sedangkan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak perempuan yang berjumlah 31 orang (50,8%). Pada penelitian ini terdapat 33 responden yang mengalami dispepsia, 24 responden diantaranya memiliki pola makan yang tidak baik, dan 22 responden yang sering melakukan diet iritatif. Berdasarkan hasil analisis chi-square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara pola makan dan sindrom dispepsia pada siswa/i SMA Negeri 12 Banda Aceh dengan p value 0,022 dan ditemukan adanya hubungan antara diet iritatif dan sindrom dispepsia dengan p value 0.059. Dari penelitian ini dapat diismpulkan bahwa terdapat adanya hubungan pola makan dengan sindrom dispepsia pada siswa/i SMAN 12 Banda Aceh. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara diet iritatif dengan sindrom dispepsia pada siswa/i SMAN 12 Banda Aceh Kata kunci: Dispepsia, pola makan, diet iritatif, Remaja
Gambaran Kesehatan Mental Mahasiswa: Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Bastian, Farid; Fuadi, Fuadi; Atika, Ratih Ayu; Nora, Syarifah; Lidiawati, Meri; Fadhil, Iziddin
Serambi Saintia : Jurnal Sains dan Aplikasi Vol 12, No 2 (2024): Serambi Saintia
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jss.v12i2.8774

Abstract

Kesehatan mental mahasiswa kini telah menjadi isu global yang dapat mempengaruhi kesejahteraan akademik dan sosial mahasisawa. Salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa adalah stres akademik. Penyakit gangguan mental, yang mencakup gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan lainnya, dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial-ekonomi. Peningkatan prevalensi gangguan mental yang terus meningkat di berbagai negara menuntut perhatian serius dari pihak pemerintah, penyedia layanan kesehatan, serta masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan dan pencegahan gangguan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat gejala depresi mahasiswa pada tahun awal perkuliahan. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode cross sectional yang melibatkan 96 mahasiswa semester awal Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) untuk mengukur tingkat gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,5% mahasiswa melaporkan tingkat gejala depresi ringan, namun terdapat 4,17% mahasiswa yang mengalami gejala depresi berat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat depresi mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama  tergolong dalam tingkat gejala depresi ringan. Hal ini dapat saja terjadi pada mahasiwa tahun pertama diakibatkan karena pola pembelajaran yang sanagt berbeda dnegan pola pembelajaran pada saat SMA. Namun begitu ada 4,17% mahasiswa yang sudah tergolong dalam tingkat gejala depresi berat. Factor stres akademik dapat  berkontribusi besar terhadap gangguan mental di kalangan mahasiswa, dan pentingnya pengembangan program dukungan psikologis di kampus untuk mengurangi dampak negatif akibat stres akademik.Kata Kunci: Kesehatan mental, tingkat gejala depresi, mahasiswa
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Serat Terhadap Sikap Mencegah Konstipasi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Tumangger, Annisa Faradika; Rahmad, Rahmad; Bastian, Farid
Jurnal Medika Malahayati Vol 9, No 1 (2025): Volume 9 Nomor 1
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v9i1.17454

Abstract

Konstipasi adalah kondisi adanya perubahan konsistensi tinja, perubahan ukuran, penurunan frekuensi atau kesulitan buang air besar. Resiko utama konstipasi bisa dikurangi dengan menjaga pola makan yang cukup serat. Mencegah konstipasi dengan cukup serat lebih mudah dan efektif karena serat membantu melancarkan buang air besar. Serat adalah karbohidrat yang terdapat pada dinding sel tumbuhan dan tidak dicerna oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang serat terhadap sikap mencegah konstipasi pada mahasiswa Fakultas Kedoktean Universitas Abulyatama. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 60 Mahasiswa Kedokteran Abulyatama yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner online melalui google form. Hasil penelitian analisis univariat menunjukkan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang serat sebagian besar adalah tinggi sebanyak 51 responden (85%) dan tingkat pengetahuan sedang 9 responden (15%). Sikap mencegah konstipasi sebagian besar adalah sikap baik sebanyak 42 responden (70%) dan sikap kurang 18 responden (30%). Analisis bivariat dengan uji chi square terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang serat terhadap sikap mencegah konstipasi, dengan nilai p-value 0,009 (<0,05). Dari 60 responden, didapatkan sebanyak 45 responden (75%) pernah mengalami konstipasi. Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang serat dengan sikap pencegahan konstipasi.
Karakteristik Kejadian Katarak di RSPUR Kota Banda Aceh Firyal, Anisah; Feriyani; Bastian, Farid; Lidiawati, Meri; Fadhil, Iziddin
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 2 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i2.482

Abstract

Katarak adalah penyakit dengan keadaan terjadinya kekeruhan pada lensa. Kekeruhan yang kecil pada lensa tidak banyak mengganngu penglihatan namun bila kekeruhannya tebal dan terletak di tengah maka menglihatan akan sangat terganggu, perlu dilakukan tindakan terhadap lensa tersebut. Seseorang yang terkena katarak biasanya diawali dengan keluhan pandangan seperti berawan, katarak juga banyak terjadi pada seseorang yang sudah tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kejadian katarak di RSPUR Kota Banda Aceh. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional melalui data rekam medik pada pasien rawat jalan poliklinik mata RSPUR Kota Banda Aceh, jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 sampel berdasarkan data rekam medik dengan pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian katarak berdasarkan usia terbanyak pada usia ≥ 60 tahun (70%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada wanita (51%) dan penderita katarak juga banyak disertai penyakit sistemik penyerta dengan persentase 55%.
Peningkatan Kesadaran Pencegahan dan Pengobatan Tuberkulosis Paru Melalui Edukasi Kesehatan Bastian, Farid; Atika, Ratih Ayu; Nora, Syarifah; Lidiawati, Meri; Fadhil, Iziddin; Safirza, Satria; Elmiyati; Ade Kiki Riezky
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 3 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i3.582

Abstract

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih menjadi persoalan kesehatan yang signifikan di Indonesia. Data dari WHO tahun 2023 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi ketiga dalam jumlah kasus TB terbanyak di dunia. Penyakit TB paru merupakan penyakit yang dapat dengan mudah menular melalui droplet yang dilepaskan saat penderita batuk atau bersin. Pemahaman masyarakat mengenai tanda-tanda klinis, mekanisme penularan, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan masih rendah. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai TB paru. Edukasi dilakukan secara langsung melalui penyuluhan kepada pasien dan pengunjung di ruang tunggu poli rawat jalan, dengan pendekatan visual dan partisipatif. Hasil dari kegiatan ini mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami secara utuh tentang TB paru dan masih adanya stigma negatif terhadap penderita, yang menjadi hambatan dalam penanganan penyakit. Melalui sosialisasi ini, masyarakat didorong untuk menerapkan gaya hidup sehat, mengenali gejala lebih awal, dan memberikan dukungan kepada penderita TB agar dapat menyelesaikan pengobatan secara konsisten dengan mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Tingkat keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh tingkat kepatuhan pasien, yang dapat ditingkatkan melalui pendekatan kolaboratif dan dukungan dari lingkungan sosial. Kegiatan ini menekankan pentingnya peran aktif tenaga kesehatan dan edukasi yang berkelanjutan dalam menurunkan angka kejadian dan penularan TB paru di masyarakat.
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Rokok Elektrik Di Kalangan mahasiswa Zaklikha, Anggy; Bastian, Farid; Marisa, Nelly
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 4 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i4.617

Abstract

Rokok elektrik yang juga dikenal dengan vape adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mengubah cairan aerosol yang kemudian dihirup oleh penggunanya. Pengguna rokok elektrik mengklaim bahwa perangkat ini membantu mereka dalam mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok. Mereka menyakini bahwa rokok elektrik lebih aman dibandingkan rokok tembakau, karena tidak mengandung karbon monoksida dan tar seperti yang ada dalam rokok tembakau. Penelitian ini dilakukan karena perilaku mahasiswa yang masih terbilang mudah untuk terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Alasan lain, karena peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi para mahasiswa dalam mengkonsumsi rokok elektrik selain dari terbawa oleh lingkungan sekitar. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan rokok elektrik di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (cross-sectional), melibatkan 96 mahasiswa/mahasiswi yang menjalankan perkuliahan di universitas sekitar Kota Banda Aceh yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2025-Juni 2025, data dikumpulkan menggunakan kuesioner online melalui google form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penggunaan rokok elektrik yaitu laki-laki (70,8%) dan usia yang paling banyak penggunaan rokok elektrik yaitu 21-25 tahun (49%). Hasil penelitian juga didapatkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan penggunaan rokok elektrik pada mahasiswa adalah faktor lingkungan sosial dengan p-value 0,000. Faktor gaya hidup dengan p-value 0,000 dan faktor perilaku dengan p-value 0,000
Angka Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Persalinan Preterm Dan Aterm Di RSPUR Dan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh Dari, Wulan; Bastian, Farid; Wahab, Abdul
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 4 (2025): Volume 12 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i4.18479

Abstract

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah kondisi di mana selaput yang melindungi janin mengalami pecah sebelum persalinan dimulai. KPD dapat dibedakan menjadi dua jenis: PROM (premature rupture of membranes), yang terjadi pada atau setelah usia kehamilan 37 minggu, dan PPROM (preterm premature rupture of membranes), yang terjadi sebelum mencapai usia tersebut. Di tingkat global, prevalensi KPD berkisar antara 2 hingga 10%, dengan dampaknya dirasakan pada sekitar 5 hingga 15% dari semua kehamilan, dan insidensi tertinggi ditemukan di wilayah Afrika. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, kejadian KPD tercatat mencapai 5,6% dari total kehamilan. Di Provinsi Aceh pada tahun yang sama, angka tersebut adalah 3,2%. Penelitian yang dilakukan di RSUDZA pada tahun 2019 melaporkan insidensi KPD sebesar 19,1%. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan total sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 28 ibu hamil dengan KPD di RSPUR dan 6 ibu hamil di RSUD Meuraxa. Kasus KPD paling banyak ditemukan pada ibu hamil berusia 20 hingga 35 tahun (82,4%), yang sebagian besar adalah primipara (70,6%), serta lebih sering terjadi pada fase kehamilan preterm (55,9%).