Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

GAMBARAN GUILTY FEELING NARAPIDANA TIPIKOR DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBINAAN DI LAPAS KELAS II B KLATEN Farhan Rajwaa Alya Mas’ud; Vivi Sylviani Biafri
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 6 No. 3 (2024): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v6i3.6380

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran rasa bersalah pada narapidana tindak pidana korupsi (tipikor) dalam upaya peningkatan program pembinaan di lembaga pemasyarakatan. Fenomena korupsi yang terus meningkat di Indonesia menunjukkan pentingnya memahami aspek psikologis pelaku, khususnya rasa bersalah, sebagai dasar pengembangan program pembinaan yang efektif. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi terhadap 3 orang narapidana tipikor di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. Analisis data menggunakan teknik analisis tematik dengan triangulasi sumber dan metode untuk memastikan keabsahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran rasa bersalah narapidana tipikor bervariasi dalam dimensi kognitif, afektif, dan behavioral. Ditemukan tiga pola utama: (1) rasa bersalah mendalam disertai penyesalan dan keinginan memperbaiki diri, (2) rasa bersalah parsial dengan rasionalisasi perbuatan, dan (3) minimnya rasa bersalah dengan kecenderungan menyalahkan sistem. Faktor yang mempengaruhi meliputi latar belakang sosial-ekonomi, pemahaman nilai moral, dan dukungan sosial yang diterima. Implikasi penelitian ini mengarah pada pentingnya mengembangkan program pembinaan yang mempertimbangkan variasi rasa bersalah narapidana. Rekomendasi meliputi penguatan aspek moral-spiritual, konseling individual dan kelompok yang terstruktur, serta pelibatan keluarga dalam proses pembinaan. Program pembinaan perlu diarahkan pada penguatan kesadaran moral dan tanggung jawab sosial untuk mencegah pengulangan tindak pidana korupsi.
Sosialisasi Pemasangan CCTV Tambahan pada Ruang Pembinaan Kemandirian Guna Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Kemandirian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banyuwangi Monica Astia Theresia Panjaitan; Kharisma Huril’in Firdaus; Prasetya Adhi Nugraha; Vivi Sylviani Biafri; Ali Muhammad; Imaduddin Hamzah
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yappi Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jppmi.v4i1.1786

Abstract

The development of self-reliance among correctional inmates faces challenges in terms of surveillance effectiveness and order within correctional institutions. One of the main issues encountered is the lack of an optimal surveillance system, which can hinder the rehabilitation process and increase the risk of rule violations. To address this issue, a socialization program for the installation of additional CCTV cameras in the Self-Reliance Development Room at Banyuwangi Class IIA Correctional Facility was conducted. The program aimed to enhance surveillance effectiveness, create a safer rehabilitation environment, and encourage behavioral changes among inmates. The methods used in this community service project included needs analysis, coordination with correctional authorities, conducting socialization sessions for officers and inmates, and evaluating the impact of CCTV installation. The results indicate that the installation of CCTV contributes to improving inmate discipline, reducing rule violations, and strengthening transparency and accountability in the rehabilitation process. Additionally, this program fosters the emergence of local leaders among inmates who play a role in maintaining order. These findings align with social control and social learning theories, which emphasize that effective surveillance can shape individual behavior and promote compliance with established norms. In conclusion, the implementation of surveillance technology in the correctional system can serve as a strategic step in supporting inmate rehabilitation and social reintegration.
STRATEGI PENINGKATAN PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN KULINER (DONAT) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NARAPIDANA DI RUTAN KELAS IIA YOGYAKARTA Ardhian Kurniawan; Vivi Sylviani Biafri
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 10 No 2 (2024): Agustus, Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to analyze strategies for enhancing the culinary independence development program, specifically donuts, in order to improve the welfare of inmates at the Class IIA Yogyakarta Prison. This rehabilitation program is designed to provide skills to inmates so that they can be self-sufficient and earn an income during their incarceration. This research uses a qualitative method with a case study approach, where data is obtained through interviews, observations, and documentation. Research results show that although the donut culinary program has great potential in positively impacting the welfare of inmates, active participation from the inmates is still low. Some of the challenges faced include limited resources and the lack of interest from inmates to participate in this program. Therefore, a program enhancement strategy is needed through improved management, upgraded facilities, and more effective outreach to attract more inmates. Thus, this independence training program can contribute more optimally to the improvement of the welfare of prisoners during their incarceration.
Marital Adjustments for Female Prisoners Undergoing Long Distance Marriages at Lapas Kelas II B Muara Teweh Ratu Arum Ningtyas; Vivi Sylviani Biafri
Journal of Law, Politic and Humanities Vol. 5 No. 1 (2024): (JLPH) Journal of Law, Politic and Humanities
Publisher : Dinasti Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jlph.v5i1.914

Abstract

There are many factors that cause long distance marriages, one of which is rarely highlighted is because one of the partners is involved in a crime and is serving a sentence in prison. Maintaining a household and carrying out duties and responsibilities, especially as a wife for a female prisoner, is a big effort. Female prisoners and their partners must be able to adapt to conditions of long distance marriage and limited communication. The ability to maintain a household was analyzed using Hurlock's marital adjustment theory. This research aims to find out and analyze the marital adjustment of female prisoners undergoing long distance marriages at Muara Teweh Prison as well as the factors that play a role in marital adjustment based on the marital adjustment theory proposed by Hurlock. The research was conducted using qualitative methods with a case study research design. Data collection was carried out by interviews, observation and literature study on 3 informants. Based on the analysis, it was discovered that 2 informants met the aspects of good marital adjustment and had a harmonious household relationship, and 1 other informant was classified as having a bad marital adjustment and had a disharmonious household relationship.
Implementasi Pembinaan Kemandirian Seni Ukir Kentongan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman Anang Wibowo; Vivi Sylviani Biafri
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2155

Abstract

Penelitian ini membahas implementasi pembinaan kemandirian seni ukir kentongan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman sebagai strategi pembekalan keterampilan kerja untuk mendukung kehidupan pasca-bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pelaksanaan program, hambatan yang dihadapi, serta peluang penguatan melalui kolaborasi dengan pihak eksternal. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pembinaan seni ukir kentongan telah berjalan namun belum optimal karena keterbatasan instruktur, fasilitas, dan dukungan pelatihan eksternal. Implikasi penelitian ini menegaskan pentingnya kemitraan dengan komunitas seni, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat dalam memperkuat kualitas pembinaan, mengurangi residivisme, serta mendorong reintegrasi sosial narapidana secara lebih efektif
Self Concept Narapidana Residivisme Kasus Pencurian di Rutan Kelas I Surakarta Davian Rizal Pratama; Vivi Sylviani Biafri
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 5 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i5.2232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri narapidana residivisme dalam kasus pencurian yang sedang menjalani masa pidana di Rutan Kelas I Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan konsep diri narapidana dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Citra diri para narapidana residivis cenderung negatif, merasa tidak berharga, gagal, dan tidak memiliki alternatif lain dalam hidup selain kembali melakukan tindak pidana. Diri ideal para narapidana menunjukkan harapan untuk hidup lebih baik, diterima masyarakat, dan memiliki pekerjaan layak, namun seringkali tidak tercapai karena stigma dan kondisi sosial yang tidak mendukung. Harga diri yang rendah terlihat dari perasaan malu, penyesalan, dan putus asa terhadap masa depan. Sebagai tindak lanjut dari temuan ini, peneliti mengusulkan program pembinaan pra-bebas bernama “Siap Bebas”, yang dilaksanakan 3–6 bulan sebelum narapidana dibebaskan. Program ini bertujuan untuk memperkuat kesiapan mental, sosial, dan keterampilan narapidana dalam menghadapi reintegrasi ke masyarakat, dengan pendekatan berbasis pelatihan keterampilan (pembuatan sabun), konseling, dan pendampingan adaptif
Analisis Faktor Rendahnya Partisipasi Narapidana dalam Kegiatan Pembinaan Kemandirian Pertanian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Metro Muhammad Arfan Al Havid; Vivi Sylviani Biafri
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 5 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i5.2340

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rendahnya partisipasi narapidana dalam program pembinaan kemandirian pertanian di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Metro. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yang memungkinkan peneliti menggali data secara mendalam melalui narasi, pengalaman, dan konteks sosial para narapidana. Data dikumpulkan lewat wawancara, observasi, dan dokumentasi, dianalisis dengan model Miles–Huberman, berlandaskan Self-Determination Theory bahwa motivasi turun saat kebutuhan autonomy, competence, dan relatedness tidak terpenuhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi narapidana dalam pembinaan pertanian berkaitan dengan belum terpenuhinya ketiga aspek utama dalam SDT. Banyak narapidana merasa bahwa kegiatan pertanian dipaksakan, tidak sesuai minat dan latar belakang mereka, serta terlalu berat secara fisik (aspek autonomy dan competence tidak terpenuhi). Selain itu, kurangnya pendekatan personal dan hubungan yang kuat antara petugas pembinaan dan narapidana juga menghambat rasa keterhubungan sosial (relatedness). Akibatnya, narapidana cenderung tidak merasa memiliki motivasi internal untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembinaan