Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

MENINGKATKAN MINAT BACA PADA BUKU PELAJARAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Muhammad Arief Maulana; Nuri Susanti
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v2i1.823

Abstract

Rendahnya minat membaca pada buku pelajaran dialami oleh siswa SMP sehingga dapat mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan melalui penyebaran DCM pada siswa SMP N 6 Sukoharjo, didapatkan bahwa dari jumlah siswa sebanyak 32 siswa, terdapat 20 siswa yang jarang membaca buku pelajaran. Mereka hanya membaca buku pelajara bila akan menghaddpi ujian, ulangan, ataupun tugas. Membaca buku pelajaran merupakan hal yang fundamental dalam aktivitas belajar, sarana untuk memahami sesuatu hal yang perlu diketahui oleh siswa dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif akademik. Minat baca merupakan ketertarikan yang tinggi terhadap buku pelajaran yang muncul atas kemauan sendiri. Peneliti ingin mencoba untuk meningkatkan minat baca terhadap buku pelajaran melalui layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok memberikan kesempatan bagi anggota untuk saling beragumentasi dan membahas topik  umum yang penting untuk diketahui oleh anggota, sehingga dapat memberikan pemahaman dan merubah perilaku secara tidak langsung. Uji wilxocon diperoleh nilai Z hitung sebesar -2.80, karena nilai ini dianggap nilai mutlak maka tanda negatif tidak diperhitungkan, jadi nilai Z hitung didapatkan sebesar 2.80. Untuk selanjutnya nilai ini dbandingkan dengan Z tabel dengan taraf kesalahan 0.025, maka didapat nilai Z tabel sebesar 1.96 berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa nilai 2.80 lebih dari 1.96 maka Z hitung lebih besar dari Z tabel. Oleh sebab itu hipotesis diterima. Maka dengan demikian layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa pada buku pelajaran
PERILAKU OFF TASK DALAM PEMBELAJARAN Muhammad Arief Maulana
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v1i1.287

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai sikap dan perilaku siswa yang tidak mendukung proses pembelajaran (perilaku off task). Perilaku off task yang sering muncul dan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini adalah penelitian pustaka,dengan menggunakan analisis deskripti analitik.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku off task sering terjadi dalam proses pembelajaran terutama mata pelajaran yang tidak disukai siswa.  Penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan kurang menarik juga ikut mempengaruhi munculnya perilaku off task.   Bentuk perilaku off task yang muncul dalam pembelajaran dapat berupa sikap yang ditunjukkan oleh dalam bentuk verbal (berbicara di luar materi pelajaran, bernyanyi, berteriak) dalam bentuk non verbal (melamun, tidur, bermain, menyontek, dan lain-lain). Perilaku off task akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga perilaku off task ini merupakan indikator minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.  Oleh sebab itu, guru perlu memperhatikan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajarnnya. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik, media pembelajaran yang inovatif, penyusunan strategi pebelajaran perlu dilakukan oleh guru agar siswa tetap menunjukkan keterlibatan intelektual-emosional dalam pembelajaran. Guru yang profesional dalam menyiapkan strategi pembelajaran dan berupaya menanamkan nilai karakter dalam diri siswa melalui pemberian nasihat, dan teguran langsung yang bersifat mendidik pada siswa yang melakukan perilaku off task.
PERAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH Muhammad Arief Maulana
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v2i2.1203

Abstract

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat bergatung pada minat dan kesungguhan peserta didik untuk mengikuti dan terlibat aktif dalam aktivitas belajar daring. Pendidik tentu sangat terbatas dalam mengamati aktivitas belajar siswa melalui platform daring. Kendala koneksi jaringan, ketergantungan denga sumber daya listrik menjadi hambatan yang sangat vital dalam pembelajaran jarak jauh, sehingga hal tersebut menjadi celah bagi peserta didik untuk tidak terlibat aktif dalam pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh data berlangsung dengan baik bilamana ada keikutsertaan dan kesungguhan serta minat dari peserta didik untuk aktif mengikuti. Peneliti ingin mencoba untuk mencari peranan kecerdasan emosional peserta didik dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Metode penelitian dengan studi kepustakaan, didukung dengan data factual dari wawancara dan observasi di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh sangat urgent. Siswa diharapkan mampu membagi waktu, kesadaran tugas dan tanggung jawab, serta memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti dan aktif dlam mencari informasi pelajaran. Selain itu juga diharapkan siswa bisa saling berempati dan berinteraksi dengan siswa lain dalam belajar kelompok. Maka dengan demikian kecerdasan emosional dalam pembelajaran jarak jauh sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, serta merupakan bukti kesiapan siswa dlama menerapkan pembelajaran jarak jauh.
Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Tingkat Sekolah Dasar Se-Kota Surakarta Muhammad Arief Maulana; Aldila Fitri Radite Nur Maynawati
JURNAL KONSELING GUSJIGANG Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Konseling Gusjigang Juni 2018
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/jkg.v4i1.2330

Abstract

The goal of research to figure out the implementation of guidance and counseling programs at the primary level. Research done in the elementary school in the city of Surakarta has accredited A (very good). Research methods using qualitative research with the aim of providing factual conditions that occur in the field related to the execution of counseling program in elementary school. Data retrieval using interview techniques and observations conducted by the proposers. Observation and interview instruments validated by experts in the field of guidance counseling in order to obtain valid data and reliability. Testing the validity of the data by using the technique of triangulation of sources. The research results obtained that the guidance counseling service program in elementary school city of Surakarta has not done well. There are still many elementary schools that don't yet have the power guidance counseling teacher, and obstacles that encounter i.e. guidance counseling teacher in primary school is still a difficulty in finding the needs of students through the instrumentation and application evaluation and activities follow-up.
Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Univet Bantara Sukoharjo Angkatan Tahun 2015/2016 Muhammad Arief Maulana; Awik Hidayati
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 1 No. 1 (2016): March
Publisher : IPTPI Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/edudikara.v1i1.131

Abstract

Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan oleh setiap individu dalam berbagaiperkembangan. Setiap manusia dalam keseharian dipastikan melakukan komunikasi baik secara verbalmaupun non verbal. Hal yang terpenting dalam sebuah komunikasi adalah pesan yang disampaikan dapatdimengerti dan dipahami oleh lawan bicara termasuk komunikasi interpersonal. Komunikaisinterpersonal lebih mengedepankan adanya respon atau timbal balik yang positif dalam sebuahkomunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap muka. Banyak faktor yang mempengaruhi sebuahkomunikasi agar berjalan dengan baik, diantaranya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dankesamaan. Permasalahannya adalah mahasiswa belum mampu menumbuhkan komunikasi interpersonalyang baik antar sesame maupun dengan dosen. Metodologi penelitian ini menggunakan metodekuantitatif dengan jenis penelitian eskperimen pre test dan post test group. Teknik analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui seberapa efektif layanan Bimbingan Kelompok teknik diskusidalam meningkatkan komunikasi mahasiswa Bimbingan Konseling semester 2. Hasil yangdidapatkan adalah komunikasi interpersonal perlu ditingkatkan karena akan berdampak kepadakemampuan sosial mahasiswa, sehingga dosen perlu memberikan perlakuan bagi mahasiswayang kesulitan dalam berkomunikasi interpersonal yang baik
Studi Kasus Kenakalan Remaja Tingkat Sekolah Menegah Pertama di Kota Sukoharjo Muhammad Arief Maulana
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4 No. 1 (2019): March
Publisher : IPTPI Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/edudikara.v4i1.149

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai keakalan remaja yang terjadi pada siswa SMP se-Kecamatan Sukoharjo. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena kenakalan remaja di SMP. Metode penelitian studi kasus, yang mmengangkat sebuah kasus yang mendalam tentang individu dalam jangka waktu yang relatif lama dan terus menerus untuk mendapatkan perkembangan subjek dari waktu ke waktu. Subjek penelitian adalah siswa SMP se-kecamatan Sukoharjo yang terindikasi pernah melakukan aksi kenakalan remaja. Objek penelitian di SMP Negeri Se-Kecamatan Sukoharjo sejumlah 7 sekolah. Instrument yang digunakan adalah wawancara terstruktur kepada guru BK dan siswa, dan dokumentasi. Uji kebasahan data melalui teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan remaja di wilayah Kabupaten Sukoharjo beresiko mengarah kepada tindak kriminal, hal ini ditandai dengan beberapa pelanggaran hukum yang dijumpai di sekolah, misalkan pencurian, mengendarai kendaraan bermotor tanpa surat dan dengan membahayakan pengendara lain, perkelahian antar siswa, ikut “geng” motor. Faktor yang menyebabkan tindak kenakalan remaja banyak dilatar belakangi oleh keluarga yang kurang perhatian terhadap anaknya dan lingkungan masyarakat yang cenderung acuh terhadap sikap dan aksi kenakalan remaja. Maka hal yang perlu diperhatikan dalam mensikapi aksi kenakalan remaja adalah peran serta keluarga dan masyarakat dalam memberikan kontrol bagi perkembangan perilaku remaja.
MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI PERPUSTAKAAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI Cesara Deasefa Respati; Bambang Susanto; Muhammad Arief Maulana
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4 No. 4 (2019): December
Publisher : IPTPI Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/edudikara.v4i4.164

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan minat baca di perpustakaan pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan metode analisis data menggunakan stastistik deskriptif, karena membandingkan minat baca siswa di perpustakaan antara kondisi awal dengan kondisi siklus I, dengan siklus II, membandingkan minat baca siswa di perpustakaan antara siklus II dengan siklus III. Dari hasil pra siklus diketahui bahwa minat baca siswa di perpustakaan masuk dalam kriteria sangat rendah dengan rata-rata presentase 20,3%. Setelah diadakan siklus 1 berlanjut ke siklus 2 terdapat kenaikan 37,9% menjadi 55,6%. Dan tindakan pada siklus 3 meningkat menjadi 76,3%, hasil tindakan pada siklus 3 menunjukkan bahwa seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian mengalami peningkatan minat baca dari tahap ke tahap. Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatakan minat baca di perpustakaan pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kedisplinan dalam Pembelajaran Siswa dan Layanan Konseling Kelompok Teknik Kontrak Perilaku Nur Rohma Septiyaningsih; Bambang Susanto; Rita Kumalasari; Awik Hidayati; Muhammad Arief Maulana
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v4i2.3395

Abstract

Kedisplinan dalam pembelajaran meruapan suatu hal yang sangat penting bagi siswa karena dengan kedisplinan akan menciptakan suasana dalam kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi nyaman dan kondusif, maka dari itu siswa yang memiliki tingkat kedisplinan dalam pembelajaran yang masih rendah perlu diberikan tindakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku dalam meningkatkan kedisplinan dalam pembelajaran di kelas pada siswa kelas VIII SMP N 5 Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan menggunakan rumus persentase. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 70%. Hasil observasi prasiklus kedisplinan pembelajaran di kelas menunjukkan rata-rata 48,5% yang dikategorikan masih rendah. Siklus I terjadi peningkatan dengan rata-rata 62,5 %, selanjutnya siklus II menunjukkan rata-rata 83,75% yang berhasil melampaui indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70%. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melaui layanan konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku dapat meningkatkan kedisplinan dalam pembelajaran di kelas pada siswa kelas VIII SMP N 5 Sukoharjo.
PSYCHOLOGICAL FIRST AID TRAINING UNTUK MENINGKATKAN MENTAL HEALTH AWARENESS PADA REMAJA DI ERA PANDEMI COVID-19 Edmawati, Mahmuddah Dewi; Susanto, Bambang; Maulana, Muhammad Arief; Kumalasari, Rita
Jurnal Terapan Abdimas Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/jta.v8i1.12362

Abstract

Abstract. Growing up in a recession, Gen Z is given more protection, so they are often easily anxious when things don't go the way they want. For this reason, Gen Z needs to have good mental awareness in order to be able to avoid stress and depression in facing life's challenges. This community service aims to increase mental health awareness in adolescents in the era of the covid-19 pandemic. Psychological First Aid (PFA) training participants are youth youth in Kalikatir Hamlet RT 01/ RW 06, Nambangan, Selogiri, Wonogiri. The trainees are Gen Z teenagers, born in 1995-2010. Through Psychological First Aid Training, it is one solution to increase mental health awareness in Gen Z youth in the era of the COVID-19 pandemic. Psychological First Aid (PFA) is a method to help someone in distress so that they feel calm and supported, in order to better cope with their challenges or problems. PFA itself is done by means of peer tutors or peer counselors. The training participants are given the basics of PFA which they will then practice to be able to become good and skilled helpers when helping friends, family or communities who are facing psychological problems. The basis of PFA is caring for someone in distress by showing empathy. PFA has 3 main principles, namely Look, Listen, and Link. Based on the results of the Wilcoxon test, the Z count result is -1.814 with a significance of 0.036. The significance value of Asymp.sig (2-tailed) 0.036 is smaller than 0.05, which means that there is a difference in the average mental health awareness score between before and after being given Psychological First Aid Training so that Psychological First Aid Training is effective for increasing mental health awareness among adolescents in the era of the covid-19 pandemic. Abstrak. Tumbuh di era resesi, membuat Gen Z diberikan perlindungan lebih, sehingga mereka seringkali mudah merasa cemas bila keadaan tidak berjalan sesuai yang mereka inginkan. Untuk itulah gen Z ini perlu memiliki kesadaran mental yang baik agar mampu menghindari stress maupun depresi dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatan mental health awarness pada remaja di era pandemi covid-19. Peserta pelatihan Psychological First Aid (PFA) adalah remaja karangtaruna di Dusun Kalikatir RT 01/ RW 06, Nambangan, Selogiri, Wonogiri. Peserta pelatihan adalah remaja gen Z yaitu kelahiran 1995-2010. Melalui Psychological First Aid Training merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan mental health awareness pada remaja gen Z di era pandemi covid-19. Psychological First Aid (PFA) adalah sebuah metode untuk membantu seseorang dalam kondisi distres agar mereka merasa tenang dan didukung, guna mengatasi tantangan atau permasalahan mereka dengan lebih baik. PFA sendiri dilakukan dengan cara tutor teman sebaya atau konselor teman sebaya. Peserta pelatihan diberikan dasar PFA yang kemudian akan mereka praktikkan untuk bisa menjadi penolong yang baik dan terampil ketika membantu teman, keluarga atau masyarakat yang menghadapi permasalahan psikologis. Dasar dari PFA adalah kepedulian terhadap sesorang dalam kondisi distres dengan menunjukkan empati. PFA memiliki 3 prinsip utama yaitu Look (Lihat), Listen (Dengarkan), dan Link (Hubungkan). Berdasarkan hasil pengujian wilcoxon diperoleh hasil Z hitung sebesar sebesar -1,814 dengan signifikansi sebesar 0,036. Nilai signifikansi Asymp.sig (2-tailed) 0,036 lebih kecil dari 0,05 berarti ada perbedaan rata-rata skor mental health awareness antara sebelum dan sesudah diberikan Pelatihan Psychological First Aid sehingga Pelatihan Psychological First Aid efektif untuk meningkatkan mental health awareness pada remaja di era pandemi covid-19.  
Mengurangi Kenakalan Remaja Menggunakan Konseling Behavioral pada Peserta Didik di SMA Maulana, Muhammad Arief; Nugroho, Panggih Wahyu
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal) Vol 6 No 1 (2019): KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/kons.v6i1.4059

Abstract

juvenile delinquency is indeed a phenomenon that occurs at the developmental stage of adolescence. Phenomena that occur are behaviors that deviate from the norms that apply in the community such as ditching, bullying, smoking, drinking liquor, lying, and others. All behaviors carried out bby adolescents on the basis of wanting to try and be dominantly influenced by environmental factors. Juvenile delinquency reflects adolescents having difficulty finding their identity so that they experience an identity crisis. Researchers want to reduce juvenile delinquency using behavioral counseling approaches. The reason for using this counseling is because behavioral counseling is counseling which is a combination of approaches in cognitive psychotherapy therapy and behavior therapy. The type of research used is using experimental research. The design of the research in this study used was the prettest and post-test group. The pre-test results showed that students got ajuvenile delinquency score of 54.23% in the medium criteria, while the post test showed a score of 32.08 in low criteria. Based on the results of the calculation of the comparison of the pre-test and post-test scores, the average respondents experienced a decrease in juvenile delinquency by 22.15%. This proves that behavioral counseling can reduce the level of juvenile delinquency. While the wilcoxon test obtained z count of -1.82, because this value is an absolute value so that the negative sign is not taken into account. So that the calculated z value becomes 1.82, then the calculated z value is compared with the z table value with an error level of 0.05. The conclusion is that the juvenile delinquency of sma n 1 nguter can be reduced through counseling behavioral approaches.