Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penafsiran, Ideologi, dan Afiliasi Politik: Kritik Buya Hamka (1908-1981 M) terhadap Nasakom Era Demokrasi Terpimpin (1959-1966 M) Fitra, Akhmad Aidil; Wendry, Novizal
Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya Vol 6, No 2 (2024): ISTINARAH: RISET KEAGAMAAN, SOSIAL DAN BUDAYA
Publisher : Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31958/istinarah.v6i2.13607

Abstract

Criticism of socio-political phenomena through the interpretation of the Qur'an as a medium to legitimise the claims of criticism expressed, is often used by mufassirs. As Buya Hamka did, he used his interpretation to criticise the Nasakom political ideology in the era of Guided Democracy under the leadership of Soekarno. Therefore, the purpose of this research is to find out how Buya Hamka criticised Nasakom in Al-Azhar. Using descriptive, historical and explanatory methods. The research findings are as follows. First, Buya Hamka was a cleric who was critical of the policies of the Guided Democracy regime. Especially if the policy was considered contrary to Islamic law, such as Nasakom syncretism. Although the regime was repressive, Buya Hamka remained steadfast in fighting for the interests of Islamic ideology. Secondly, Buya Hamka made Al-Azhar as a medium to respond and criticise the socio-political reality that developed at that time. Interestingly, the criticism expressed did not come out of the main meaning of the Qur'anic text. Third, Buya Hamka's criticisms were able to disrupt the political escalation of the government, at least giving vibrations to the body of power, even though the Soekarno regime tried to muffle but he was able to get out of the massive pressure. Starting from the banning of Panji Masyarakat magazine until the climax he was imprisoned.
Pembacaan Hermeneutis : Penafsiran Buya Hamka Tentang Lahw al Ḥadīṡ (Studi Pemikiran Hans George Gadamer) Fitra, Akhmad Aidil; Oktasandi, Oktasandi
Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum Vol 10 No 2 (2024): SYARIATI : Jurnal Studi Al Qur'an dan Hukum
Publisher : Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/syariati.v10i2.7707

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran Buya Hamkaatas Qs. Luqman (31): 6 dengan perspektif hermeneutika Hans George Gadamer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis teks. Hasilnya menunjukan, Buya Hamka melaluipenelusuran keterpengaruhan sejarah menunjukan bagaimana situasi hermeneutika yang kompleks mengitari pembacaan tafsirnya, mulai dari bergabung dengan Muhammadiyah hingga pergulatannya dengan politik praktis bersama Masyumi dikonstituante, di era demokrasi terpimpin. Situasi hermeneutika ini membentuk pra-pemahaman pada diri Buya Hamka yang memungkinkan terjadinya asimilasi horizon, sehingga Buya Hamka mampu mendialogkan horizon teks dengan horizonnya sebagai penafsir. Karena tafsirnya yang kontekstual, penelitian ini juga melihat bagaimana tafsir Buya Hamka tentang QS. Luqman (31): 6 perlu dikontekstualisasikan kembali sesuai dengan konteks kekinian di Indonesia.
Gadamerian Hermeneutical Analysis of Hasbi Ash-Shiddieqy's Interpretation of QS. Luqman (31):6 in the Context of Contemporary Entertainment Discourse Fitra, Akhmad Aidil; Aboujanah, Yousuf
Al-Karim: International Journal of Quranic and Islamic Studies Vol. 3 No. 1 (2025): Al-Karim: International Journal of Quranic and Islamic Studies, March
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/al-karim.v3i1.6839

Abstract

One of the challenges faced by contemporary Muslims is the relevance of classical Qur'anic interpretation in addressing modern issues. This study examines Hasbi Ash-Shiddieqy's interpretation of QS. Luqman (31):6 through the lens of Gadamerian hermeneutics, particularly in the context of contemporary entertainment discourse. The verse, often associated with prohibitions on futile speech and entertainment, has been widely debated in Islamic scholarship. This research employs a text-based qualitative method, utilizing Gadamer's philosophical hermeneutics-especially the concepts of the "fusion of horizons" and historical consciousness-for an in-depth analysis. The findings reveal that Hasbi Ash-Shiddieqy's interpretation is influenced by his historical background, including his academic training and the impact of Tafsir al-Maraghi, which shaped his pre-understanding (Vorverständnis). However, in his interpretive process, Hasbi remains committed to the primary meaning of the text, defining lahw al-hadith as anything that distracts from virtue. In contemporary contexts, this concept can extend to modern entertainment, including social media, when it leads individuals away from religious and moral values. Hasbi's approach demonstrates an effort to balance textual fidelity with contextual adaptation, offering insights into how classical interpretations can remain relevant in contemporary ethical and cultural debates. Contribution: This study contributes to the discourse on Qur'anic hermeneutics by illustrating how Gadamerian principles can help reinterpret classical exegesis to address evolving societal challenges.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAH AL-NAHL 16: 78 Achmad Syauqi Alfanzari; Fitra, Akhmad Aidil
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 01 (2025): Volume 10 No. 01 Maret 2025 In Process
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i01.23491

Abstract

Surah Al-Nahl (16: 78) ini memberikan gambaran secara tekstual tentang tiga potensi dasar yang Allah berikan kepada manusia dalam melanjutkan fungsinya sebagai khalifatullah di bumi. Banyak orang yang mnengabaikan ketiga potensi tersebut yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Allah menciptakan ini sebagai potensi mencari pengetahuan dalam rangka berbakti kepada Allah. Fokus tulisan ini adalah mengupas tentang potensi pendidikan dalam surah al-Nahl atau 78 secara tekstual dan kontekstual. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah Library Research dengan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai kitab tafsir, pendidikan dan artikel-artikel yang terkait dengan pembahasan ini. Selanjutnya, untuk menganalisa data-data yang sudah dikumpulkan digunakan konten analisis. Surah al-nahl ayat 78 secara tekstual menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia dan melengkapi penciptaannya dengan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati atau akal, dengan konsekuensi penciptaan tersebur agar manusia bersyukur. Secara kontekstual dan mendalam ayat ini menjelaskan tentang potensi pendidikan yang Allah berikan kepada manusia adalah tanda kasih sayang Allah dengan menciptakan manusia beserta perangkat-perangkatnya secara sempurna yaitu, pendengaran dan penglihatan memiliki potensi sebagai sarana untuk menangkap segala informasi yang ada di sekitarnya, baik berupa suara maupun benda, begitu juga hati memiliki potensi yaitu kemampuan manusia untuk berpikir, merasakan dan menjadi penentu atau tolak ukur terhadap nilai-nilai dan moral antara baik dan buruknya suatu perbuatan. Kalimat akhir ayat ini merupakan konsekuensi dari pemberian Allah tersebut agar manusia jangan lalai dengan potensi yang Allah berikan, maka bersyukur adalah cara terbaik.
HISTORICAL INFLUENCE IN TAFSIR AL-MISHBAH: A HERMENEUTICAL EXPLORATION THROUGH GADAMER'S LENS Fitra, Akhmad Aidil; Harfi, Muhammad; Khusnadin, Muhammad Hafidz; Iffah, Izzatul; Siswanto
Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur'an dan Tafsir Vol 9 No 2 (2024): Volume 9 No. 2 December 2024
Publisher : The Department of the Qur'anic Studies, Faculty of Ushuluddin, Adab, and Da'wah, State Institute of Islamic Studies (IAIN) Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

An interpretation is inevitably influenced by the interpreter's historical context. This is also true for Quraish Shihab in his Tafsir Al-Misbah. This study aims to examine how history influenced Quraish Shihab's interpretation of Qs. Luqman (31): 6. Employing a qualitative text-based methodology and Hans-Georg Gadamer's hermeneutical analysis, the study reveals that Quraish Shihab's interpretation is shaped by two key factors. First, he was influenced by his father and teachers. Second, his academic background significantly impacted his thought process. These two factors collectively contributed to the construction of Quraish Shihab's moderate approach in interpreting the Qur'an in general, and Qs. Luqman (31): 6 in particular.
Pembacaan Hermeneutis : Penafsiran Buya Hamka Tentang Lahw al Ḥadīṡ (Studi Pemikiran Hans George Gadamer) Fitra, Akhmad Aidil; Oktasandi, Oktasandi
Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum Vol 10 No 2 (2024): SYARIATI : Jurnal Studi Al Qur'an dan Hukum
Publisher : Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/syariati.v10i2.7707

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran Buya Hamkaatas Qs. Luqman (31): 6 dengan perspektif hermeneutika Hans George Gadamer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis teks. Hasilnya menunjukan, Buya Hamka melaluipenelusuran keterpengaruhan sejarah menunjukan bagaimana situasi hermeneutika yang kompleks mengitari pembacaan tafsirnya, mulai dari bergabung dengan Muhammadiyah hingga pergulatannya dengan politik praktis bersama Masyumi dikonstituante, di era demokrasi terpimpin. Situasi hermeneutika ini membentuk pra-pemahaman pada diri Buya Hamka yang memungkinkan terjadinya asimilasi horizon, sehingga Buya Hamka mampu mendialogkan horizon teks dengan horizonnya sebagai penafsir. Karena tafsirnya yang kontekstual, penelitian ini juga melihat bagaimana tafsir Buya Hamka tentang QS. Luqman (31): 6 perlu dikontekstualisasikan kembali sesuai dengan konteks kekinian di Indonesia.