Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemodelan Penyebab Balita Stunting Wilayah Pedesaan Kabupaten Bogor Wiyono, Sugeng; Pritasari, Pritasari; Harjatmo, Titus Priyo; Rachmat, Mochamad; Efiyana, Rina; Astuti, Trina; Ramawati, Siti Mutia; Darmawan, Syarif; Nursanti, Lely; Aruan, Aruni; Marbun, Rosmida M.; Muntikah, Muntikah; Dumaira, Corazon Hanna; James, James
JGK: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Gizi dan Kesehatan
Publisher : Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jgk.v4i2.2392

Abstract

Stunting is a syndrome of several pathological changes characterised by linear growth, and underdevelopment at the beginning of life associated with increased morbidity and mortality, physical decline, neurological development, economic capacity, and an increased risk of metabolic diseases into adulthood. Six million children in Indonesia risk losing their intelligence quotient (IQ) of 10 to 15 points. The prevalence of stunting in children aged five years in West Java Province is 20.2% and in Bogor Regency is 18.7%. This research is an analytical research with a sectional cross-section design. The population is all children under five in Leuwiliang District, Bogor, and a sample of 414 children under five. will be held in May 2022. The data were analysed univariately, bivariate, and multivariate. To develop an equation model using multiple logistic regression tests The results of the multivariate analysis review showed that mothers with a height of <150.0 cm were 2.403 times more likely to have short toddlers after controlling for the variables of birth weight and protein intake. Simultaneously, stunting in children under five is caused by mothers with a height of less than 150.0 cm, a birth weight of less than 2500.0 g, and inadequate protein intake. It is sought that from the moment the baby is given good protein for the physical growth and development of the child's brain, maintaining pregnancy so that the baby is born normally (≥2500.0g) and since the child or adolescent consumes a balanced nutritious food so that the height of the woman is 150.0 cm
THE RELATIONSHIP BETWEEN ENERGY, NUTRIENT INTAKE, AND OCCUPATIONAL STATUS WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (CED) IN PREGNANT WOMEN Meilinasari, Meilinasari; Marbun, Rosmida M.; Karina, Sa’diah M.; Rabbani, Fairuz Dhia; Mulyo, Gurid Pramintarto Eko
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 34 No. 3 (2024): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v34i3.2287

Abstract

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah suatu kondisi pada ibu hamil dengan ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. Terjadinya KEK dipengaruhi oleh asupan energi dan nutrisi, pengetahuan gizi, penyakit menular, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pengendalian kehamilan, paritas, dan pemberian makanan tambahan (PMT). Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi KEK pada ibu hamil di Kabupaten Banyumas mencapai 16,03 persen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dan nutrisi dengan status pekerjaan terhadap kejadian CED pada ibu hamil di Kabupaten Sumbang. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan 92 sampel yang dipilih melalui systematic random sampling. Data asupan energi dan nutrisi dikumpulkan dengan menggunakan food recall 3x24 jam, status pekerjaan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan data KEK untuk ibu hamil dengan mengukur LILA. Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar wanita hamil (75-92%) memiliki asupan energi dan nutrisi yang tidak mencukupi (makro dan mikro, kecuali vitamin A). Sebagian besar wanita hamil (87%) tidak bekerja, dan 13% menderita CED. Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara asupan energi (p=0,05) dan karbohidrat (p=0,034) dengan kejadian CED pada ibu hamil serta tidak ada hubungan antara protein, lemak, vitamin B1, vitamin A, asupan zat besi, dan status pekerjaan terhadap kejadian CED pada ibu hamil (p>0,05). Disimpulkan bahwa asupan energi dan karbohidrat terkait dengan CED pada ibu hamil. Peningkatan status gizi ibu hamil harus ditingkatkan dengan memanfaatkan pangan lokal serta edukasi gizi berkelanjutan.