Daerah Istimewa Yogyakarta, destinasi wisata nasional terkemuka, sangat rentan terhadap beragam bencana alam. Pembangunan berkelanjutan desa pariwisata di daerah rawan bencana ini memerlukan integrasi manajemen risiko bencana yang efektif dengan peningkatan ketahanan masyarakat. Penelitian ini mengkaji integrasi aspek ketahanan masyarakat ke dalam kebijakan risiko bencana yang ada untuk pengembangan desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif di tiga desa pariwisata yang berbeda, penelitian ini meneliti ketahanan masyarakat melalui tiga elemen inti: kapasitas adaptif, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, dan kolaborasi multi-pemangku kepentingan. Temuan mengungkapkan kapasitas adaptasi yang kuat di antara masyarakat, sebagian besar dibentuk oleh pengalaman bencana historis. Tingkat keterlibatan masyarakat yang tinggi dalam inisiatif kesiapsiagaan dan tanggap bencana, ditambah dengan kolaborasi aktif dengan entitas eksternal (misalnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, akademisi), secara konsisten diamati di seluruh desa. Namun, integrasi spesifik kebijakan risiko bencana ke dalam kerangka pembangunan desa pariwisata tetap menantang. Kebijakan formal seringkali tidak memiliki ketentuan eksplisit untuk ketahanan masyarakat dalam konteks pengurangan risiko bencana terkait pariwisata, yang mengakibatkan kesenjangan yang terlihat dalam sinergi antara manajemen pariwisata dan unit manajemen bencana lokal. Sementara pencapaian ketahanan masyarakat bervariasi di seluruh desa yang diteliti, potensi keseluruhan untuk peningkatan lebih lanjut melalui kerangka kebijakan terpadu yang menghubungkan pariwisata dan manajemen risiko bencana sangat signifikan. Hal ini memerlukan peningkatan sinergi antar lembaga dan keterlibatan pemangku kepentingan yang komprehensif untuk menumbuhkan sektor pariwisata yang lebih tangguh di Daerah Istimewa Yogyakarta.