Penelitian berangkat dari rendahnya aktivitas fisik mahasiswa yang berdampak pada penurunan kebugaran kardiorespiratori, sehingga diperlukan intermediate effect antara running high intensity dengan high intensity interval running terhadap peningkaran endurance pada mahasiswa. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan intermediate effect antara running high intensity dengan high intensity interval running. Metode: menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan two group pretest-posttest design. Sampel penelitian berjumlah 30 mahasiswa laki-laki Program Studi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, usia 20–25 tahun, yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok RHIT dan kelompok HIIR. Endurance diukur menggunakan spirometri dengan parameter FEV1/FVC sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil: Uji paired t-test menunjukkan bahwa baik RHIT (p=0,000) maupun HIIR (p=0,000) memberikan peningkatan signifikan terhadap endurance mahasiswa. Nilai rerata FEV1/FVC pada RHIT meningkat dari 44,20±14,269 menjadi 62,53±14,417, sedangkan pada HIIR meningkat dari 37,13±16,353 menjadi 59,00±8,350. Uji homogenitas menunjukkan data bersifat homogen (p>0,05), sedangkan uji independent sample t-test (p=0,418) mengindikasikan tidak terdapat perbedaan signifikan antara efek kedua jenis latihan. Simpulan: penelitian ini adalah kedua metode latihan sama-sama efektif meningkatkan endurance, namun tidak terdapat perbedaan signifikan di antara keduanya. Temuan ini dapat menjadi rujukan bagi praktisi fisioterapi dan pelatih olahraga untuk memilih metode latihan intensitas tinggi sesuai preferensi dan kondisi individu, mengingat keduanya memiliki efektivitas yang sebanding. Saran: Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan analisis lebih lanjut mengenai latihan-latihan lain untuk meningkatkan endurance.