Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENAFSIRAN SURAT AL FATIHAH DALAM TAFSIR AL MANAR KARYA MUHAMMAD ABDUH Siti Rihadatul Aisy; Komala Sari; Andi Rosa
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 1 No. 10 (2024): Desember 2024
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu tafsir terkini, Tafsir Al-Manār, ditulis oleh Muhammad Rasyid Ridha dan didasarkan pada ajaran gurunya, Muhammad Abduh. Tafsirnya beraliran Al-Adabī wa al-Ijtimāī dan bertipe Tafsīr bi al-Rayī dengan metode tafsir Tahlīlī. Gaya penafsiran yang menekankan pada isu-isu kemasyarakatan ini inovatif. Tafsir Abduh, berbeda dengan para ahli tafsir sebelumnya, lebih menekankan pada unsur petunjuk Al-Qur'an dan lebih fokus pada semangat ajaran universal. Abduh ingin para pembacanya baik cendekiawan maupun awam memahami bahwa karya-karya tafsir tradisional terdahulu tidak akan menjawab persoalan-persoalan penting yang mereka temui sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan dua metode. Pertama, metode Analisis isi berdasarkan makna variabel tafsir (manhaj, al-thariqoh, al-Ittijah, al-Lawn dan mazhab). Kedua, yaitu menggunakan metode komparatif. Bagaimana metodologi penafsiran Muhammad Abduh dalam Tafsir Al Manar dan bagaimana penafsiran Muhammad Abduh terhadap ayat ayat dalam surat Al Fatihah. Temuan menunjukkan bahwa pandangan ini didorong oleh jatuhnya populasi Muslim dan dipengaruhi oleh empirisme Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha. Sementara itu, pemaksimalan akal sebagai sumber informasi disebutkan dalam seluruh persoalan kemasyarakatan yang dibahas dalam tafsir Al-Manār. Salah satu kekurangan utama dari penafsiran Abduh adalah kecenderungannya untuk mengedepankan rasionalisme. Abduh berupaya menafsirkan Al-Qur’an dan hadits dengan logika modern, yang terkadang mengabaikan konteks historis dan budaya di mana teks-teks tersebut diturunkan.
MEMAHAMI MAKNA BATIN DALAM AL-QUR’AN PADA TAFSIR QURANULADHIMI KARYA KH HASAN MUSTHAFA Siti Rihadatul Aisy; Syitaul Fuadiah; Ahmad Al Wafi; Andi Rosa
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 1 No. 10 (2024): Desember 2024
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan menganalisis tafsir Al-Qur 'an bercorak sufistik dalam bahasa Sunda. Objek studinya adalah Tafsir Quranul Adhimi karya Haji Hasan Mustapa. Melalui analisis ilmu tafsir, kajian ini menunjukkan bahwa tafsir lokal Nusantara tidak bisa diasumsikan berkarakter sama sebagaimana tafsir Melayu-lndonesia. la menunjukkan kreatifitas lokal yang lahir dari keragaman latar budaya. Sebuah tafsir sufistik berbahasa Sunda yang menunjukkan proses dialog antara ajaran tasawuf dengan kekayaan batin orang Sunda dalam bingkai penafsiran Al-Qur 'an. Tidak saja melalui puisi dangding, ia juga menginterpretasikan pengalaman sufistiknya melalui bahasa tafsir. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan dua metode. Pertama, metode Analisis isi berdasarkan makna variabel tafsir (manhaj, al-thariqoh, al- Ittijah, al-Lawn dan mazhab). Kedua, yaitu menggunakan metode komparatif. Adapun sebagian dari rumusan masalah yang akan dibahas pada artikel ini yaitu bagaimana metodologi penafsiran Kh Hasan Musthafa dalam tafsir Quranuladhimi dan bagaimana Kh Hasan Musthafa dalam memahami makna batin dalam penafsirannya. Dalam menjawab rumusan masalah yang ada, Hal ini telah dibuktikan dalam penafsirannya, yaitu: penapsiran yang berpusat pada makna batin, penggunaan meta/or alam kesundaan dan nuansa sastra Sunda. Signifikansi tafsir Mustapa terletak pada adanya proses indigenisasi nilai Al-Qur 'an (Islam) ke dalam karakteristik tradisi Islam lokal melalui karya tafsir. Tafsir Quranul Adhimi karya Mustapa menunjukkan secara jelas kreatifitas lokal dalam merespons tradisi intelektual tasawuf, terutama tafsir sufi.
KONSEP AL-FANA’, AL-BAQA’, DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Muhamad Yustandri Hardika Yusuf; Rahma Azhar Karania; Maftuh Ajmain; Siti Rihadatul Aisy
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 3 (2025): MARET 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas konsep utama dalam tasawuf yang dikembangkan oleh Abu Yazid al-Bustami, yaitu Al-Fana’, Al-Baqa’, dan Ittihad. Dalam ajaran tasawuf, Al-Fana’ merujuk pada proses meleburkan diri ke dalam kehendak Allah dengan menghilangkan ego dan kesadaran duniawi. Setelah mencapai Al-Fana’, seorang sufi akan memasuki tahap Al-Baqa’, yaitu kondisi keabadian spiritual yang membuatnya tetap sadar akan kehadiran Ilahi dalam setiap aspek kehidupannya. Puncak perjalanan tasawuf ini adalah Ittihad, yaitu pengalaman spiritual di mana seorang sufi merasa bersatu dengan Tuhan, bukan dalam arti fisik tetapi dalam kesadaran yang paling dalam.
Evolusi Dan Penciptaan: Memahami Asal Usul Manusia Perspektif Al Qur’a Siti Rihadatul Aisy; Hudaeva; Priyantika Lesyaina Az-Zahra; Firda; Syifa Nurkholilah; Andi Rosa
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 1 No. 3 (2024): JUNI - JULI 2024
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an, yang dibagi menjadi dua kategori utama: penciptaan dari benda padat dan dari materi cair. Menurut Al-Qur’an, Adam a.s., Manusia pertama, diciptakan oleh Allah SWT dari bahan-bahan seperti tanah (al-tin), debu (alturob), tanah liat (min shal), dan lumpur hitam yang busuk (min hamain masnun). Setelah proses ini selesai, Allah SWT meniupkan ruh ke dalam diri Adam, memberikan kehidupan kepadanya. Selanjutnya, penciptaan manusia berlanjut melalui proses biologis yang dapat dipahami secara sains-empirik. Manusia diciptakan dari inti sari tanah yang menjadi air mani (nuthfah), yang kemudian disimpan dalam rahim. Proses ini dilanjutkan dengan perubahan nuthfah menjadi segumpal darah (‘alaqah), yang menggantung dalam rahim, kemudian menjadi segumpal daging (mudghah), dan akhirnya dibungkus dengan tulang belulang. Penelitian ini juga menyoroti penafsiran Muhammad Syahrur terhadap Surah az-Zumar/39:6, yang menawarkan perspektif berbeda tentang asal-usul kehidupan. Syahrur berpendapat bahwa penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya dimulai dari turab, yaitu materi anorganik yang menghasilkan organisme bersel tunggal (nafs wahidah). Organisme ini kemudian berkembang biak secara seksual (ṡumā ja’ala minhā zaujahā) dan melalui fase panjang evolusinya.
KONSEP MA'RIFAH DALAM TASAWUF: JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH Isabela Isabela; N. Leli Kh; Maftuh Ajmain; Siti Rihadatul Aisy
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 1 (2025): Februari - Maret 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas konsep Ma'rifah dalam tasawuf sebagai jalan untuk mengenal Sang Pencipta melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ma'rifah, yang berasal dari kata "arafa," memiliki makna yang dalam dan berhubungan dengan kesadaran ruhani serta pengalaman spiritual. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengeksplorasi pengertian Ma'rifah secara etimologis dan terminologis, serta untuk memahami peran Ma'rifah dalam meningkatkan hubungan manusia dengan Allah SWT dan kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma'rifah merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan yang dicapai melalui pengalaman spiritual, bukan sekadar akal atau logika.