Articles
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SERUM PADA PEMERIKSAAN KOLESTEROL TOTAL
Syawal Abdurrahman;
Sanatang;
Yayu Sri Rahayu
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 5 No. 2 (2021): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883.5.2.3
Pemeriksaan kolesterol merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan dilakukan penundaan pemeriksaan sampel serum. salah satunya adalah jarak pengambilan sampel dengan labortatorium yang cukup jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan serum selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam pada pemerksaan kolesterol total. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian simple random (acak sederhana). Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 36 orang mahasiswa D-IV TLM yang memiliki kadar kolesterol normal. Sampel yang digunakan sebanyak 14 orang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode (CHOD-PAP) secara enzimatis pada serum yang langsung diperiksa dan disimpan serta uji statistinya menggunakan uji oneway anova. Hasil penelitian rata-rata kadar kolesterol total pada sampel serum langsung diperiksa 133 mg/dl, dan rata-rata kadar kolesterol serum yang disimpan selama 1 jam penyimpanan adalah 122 mg/dl, 2 jam penyimpanan adalah 110 mg/dl dan 3 jam penyimpanan adalah 105 mg/dl. Hasil pengolahan data dengan uji anova didapatkan sig pearson(p) = 0,1> 0,05 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak jadi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol total pada sampel serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama 1, 2, dan 3 jam pada suhu ruangan. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variasi suhu penyimpanan serum.
HUBUNGAN NEUTROFIL LIMFOSIT RATIO TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DI SMAN 11 KENDARI
Sri Anggarini Rasyid;
Syawal Abdurrahman;
Dinda Rizki Amalia
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883.6.2.9
Kebiasaan merokok menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh manusia seperti kanker mulut, paru dan pankreas. Neutrofil limfosit ratio merupakan pemeriksaan darah rutin yang dapat dihitung secara sederhana dengan membagi jumlah neutrofil dan limfositnya yang dapat digunakan sebagai biomarker baru inflamasi sistemik. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan neutrofil limfosit ratio terhadap kebiasaan merokok pada remaja di SMAN 11 kendari. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 44 orang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas XII di SMAN 11 kendari yang berjumlah 30 orang yang terbagi atas 3 kelompok klasifikasi perokok yaitu perokok ringan, sedang, dan berat. Uji statistik yang digunakan yaitu uji one sample Kolmogorov smirnov . Hasil penelitian hubungan neutrofil limfosit ratio terhadap kebiasaan merokok pada remaja di SMAN 11 kendari yaitu dari total 30 sampel, terdiri dari kelompok usia yang paling banyak yaitu 17 tahun sebanyak 23 orang (76,66%) sedangkan usia 18 tahun sebanyak 7 orang (23,33%). Dari 30 sampel perokok remaja hanya terdapat 1 pasien (3,33%) dengan neutrofil limfosit ratio yang meningkat dan 29 pasien (96,66%) dengan neutrofil limfosit dalam batas normal. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan neutrofil limfosit ratio terhadap kebiasaan merokok pada remaja. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor- faktor selain jumlah rokok yang dihisap dan lama waktu merokok responden.
PERBEDAAN KADAR ERITROSIT, HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI SECTIO CAESAR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III KENDARI
Syawal Abdurrahman;
Yusuf Useng
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883.6.2.1
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina (histerotomia) untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Segala tindakan pada proses persalinan memiliki resiko untuk terjadinya pendarahan dan persalinan metode sectio caesarea memiliki resiko yang paling tinggi karena dilakukan dengan cara pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Terjadinya pendarahan selama tindakan sectio caesarea menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, eritrosit dan hematokrit di dalam tubuh. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik secara cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 15 sampel darah ibu hamil sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari dengan menggunakan metode pemeriksaan hematology analyzer Hasil penelitian kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokrit ibu hamil sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea di analisis menggunakan uji statistik Paired t-test, menunjukkan bahwa kadar eritrosit sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.740. Kadar hemoglobin sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.937 dan kadar hematokrit sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.467. Setelah diperoleh nilai p>0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea. Saran untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan mengamati hubungan antara kadar trombosit terhadap pemberian tranfusi darah PRC pada ibu hamil setelah operasi sectio caesarea.
PERBEDAAN KADAR ERITROSIT, HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT IBU HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI SECTIO CAESAR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III KENDARI
Syawal Abdurrahman;
Yusuf Useng;
Mien Asrha Suhardin
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883/
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina (histerotomia) untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Segala tindakan pada proses persalinan memiliki resiko untuk terjadinya pendarahan dan persalinan metode sectio caesarea memiliki resiko yang paling tinggi karena dilakukan dengan cara pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Terjadinya pendarahan selama tindakan sectio caesarea menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, eritrosit dan hematokrit di dalam tubuh. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik secara cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 15 sampel darah ibu hamil sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari dengan menggunakan metode pemeriksaan hematology analyzer Hasil penelitian kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokrit ibu hamil sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea di analisis menggunakan uji statistik Paired t-test, menunjukkan bahwa kadar eritrosit sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.740. Kadar hemoglobin sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.937 dan kadar hematokrit sebelum dan sesudah operasi diperoleh nilai p=0.467. Setelah diperoleh nilai p>0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah operasi sectio caesarea. Saran untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan mengamati hubungan antara kadar trombosit terhadap pemberian tranfusi darah PRC pada ibu hamil setelah operasi sectio caesarea.
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI EOSIN 2% PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH
Syawal Abdurrahman;
Wa Ode Nur Intan;
Yunita Amraeni
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 7 No. 2 (2023): JURNALMEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883/
Eosin 2 % merupakan salah satu reagen yang bersifat asam dan berwarna merah jingga yang berfungsi sebagai mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi berwarna merah agar telur cacing dapat terlihat dengan jelas, namun eosin memiliki sifat yang toksik terhadap lingkungan karena sulit terurai. karena itu, diperlukan bahan alternatif, zat warna lain yang perlu dipertimbangkan adalah dari kulit bawang merah (Allium cepa) kulit bawang merah mengandung senyawa antosianin yang menghasilkan warna merah dan memiliki sifat yang sama seperti eosin yaitu bersifat asam dan larut dalam air. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui limbah kulit bawang merah (Allium cepa) dapat digunakan sebagai alternatif pengganti eosin 2% pada pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminth. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yaitu pengamatan dengan melihat kekontrasan, penyerapan warna dan kejelasan bagian telur cacing di mikroskop, dengan Variasi konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Hasil menunjukkan bahwa ekstak kulit bawang merah (Allium cepa) konsentrasi 3% dan 5% memberikan kualitas pewarnaan yang paling baik untuk mewarnai telur cacing hal ini terlihat bahwa lapangan pandang kontras, telur cacing menyerap warna dan bagian telur terlihat jelas. Hal ini menjadikan ektrak kulit bawang merah (Allium cepa) dapat digunakan sebagai alternatif penganti eosin 2 % dalam pemeriksaan telur cacing.
PEMANFAATAN BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) SEBAGAI PEWARNA ALTERNATIF PENGGANTI EOSIN 2 % DAN LUGOL 2 % PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRASMITTED HELMINTH
Syawal Abdurrahman;
tasman;
Ulis Safitri
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 4 No. I (2020): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883.08.01.7
Eosin 2 % merupakan salah satu reagen yang bersifat asam dan berwarna merah jingga yang berfungsi mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi berwarna merah agar telur cacing dapat terlihat dengan jelas. Lugol 2 % juga merupakan salah satu reagen yang berfungsi mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi bening serta kekuningan pada telur cacingnya sehingga dapat dengan jelas dibedakan dengan kotoran disekitarnya. Namun eosin dan lugol ini memiliki sifat toksik terhadap lingkungan karena sulit terurai, oleh karena itu diperlukan bahan alternatif yang memiliki kandungan antosianin salah satunya yaitu bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif pengganti eosin 2 % dan lugol 2 % pada pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminth. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yaitu pengamatan dengan melihat kekontrasan, penyerapan warna, dan kejelasan bagian telur cacing di mikroskop dengan variasi konsentrasi ekstrak bunga kembang sepatu 1 %, 2 %, dan 3 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) konsentrasi 3 % memberikan kualitas pewarnaan yang mendekati kualitas pewarnaan eosin (kontrol). Sedangkan konsentrasi 1 % memberikan kualitas pewarnaan yang mendekati kualitas pewarnaan lugol (kontrol). Hal ini terlihat bahwa lapangan pandang kontras, telur cacing menyerap warna dan bagian telur terlihat jelas. Hal ini menjadikan ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif pengganti eosin dan lugol dalam pemeriksaan telur cacing.
PEMANFAATAN BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) SEBAGAI PEWARNA ALTERNATIF PENGGANTI EOSIN 2 % DAN LUGOL 2 % PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRASMITTED HELMINTH
Syawal Abdurrahman;
Tasman;
Ulis Safitri
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 8 No. 1 (2024): JURNALMEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883.08.01.07..
Eosin 2 % merupakan salah satu reagen yang bersifat asam dan berwarna merah jingga yang berfungsi mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi berwarna merah agar telur cacing dapat terlihat dengan jelas. Lugol 2 % juga merupakan salah satu reagen yang berfungsi mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi bening serta kekuningan pada telur cacingnya sehingga dapat dengan jelas dibedakan dengan kotoran disekitarnya. Namun eosin dan lugol ini memiliki sifat toksik terhadap lingkungan karena sulit terurai, oleh karena itu diperlukan bahan alternatif yang memiliki kandungan antosianin salah satunya yaitu bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif pengganti eosin 2 % dan lugol 2 % pada pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminth. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yaitu pengamatan dengan melihat kekontrasan, penyerapan warna, dan kejelasan bagian telur cacing di mikroskop dengan variasi konsentrasi ekstrak bunga kembang sepatu 1 %, 2 %, dan 3 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) konsentrasi 3 % memberikan kualitas pewarnaan yang mendekati kualitas pewarnaan eosin (kontrol). Sedangkan konsentrasi 1 % memberikan kualitas pewarnaan yang mendekati kualitas pewarnaan lugol (kontrol). Hal ini terlihat bahwa lapangan pandang kontras, telur cacing menyerap warna dan bagian telur terlihat jelas. Hal ini menjadikan ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif pengganti eosin dan lugol dalam pemeriksaan telur cacing.
UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES DARI EKSTRAK DAUN KENCANA UNGU (Ruellia tuberosa L.) SECARA IN VIVO YANG DIINDUKSI DENGAN ALOKSAN
Syawal Abdurrahman;
Safitriyani Samsudin;
Mus Ifaya
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 8 No. 2 (2024): JURNAL MEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883/
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tahunan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kadar gula darah dalam tubuh melebihi kadar normal yaitu gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa lebih atau sama dari 126 mg/dl. Tanaman kencana ungu adalah tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat herbal dan digunakan sebagai obat diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan dosis optimal ekstrak daun kencana ungu (Ruellia tuberosa L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi dengan aloksan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian eksperimental laboratorium. Populasi pada penelitian ini adalah mencit yang diinduksi aloksan dengan jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor dengan pembagian 5 kelompok. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah daun kencana ungu. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penurunan kadar glukosa darah paling optimal pada hari ke-14 pada acarbose, konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dengan nilai rata-rata 64 mg/dL, 86 mg/dL, 79 mg/dL, 78 mg/dL, juga terdapat perbedaan bermakna pada kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak konsentrasi 30% yang paling memiliki aktivitas penurunan kadar glukosa darah. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kencana ungu memiliki aktivitas yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit dan dosis yang dapat memberikan efek yang optimal yaitu konsentrasi 30% sebesar 60%. Perlu dilakukan uji histopatologi pankreas pada mencit untuk melihat kondisi pankreas mencit setelah diinduksi aloksan, acarbose, Na-CMC, dan ekstrak daun kencana ungu.
UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES DARI EKSTRAK DAUN KENCANA UNGU (Ruellia tuberosa L.) SECARA IN VIVO YANG DIINDUKSI DENGAN ALOKSAN
Syawal Abdurrahman;
Safitriyani Samsudin;
Mus Ifaya
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 8 No. 2 (2024): JURNAL MEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883/
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tahunan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kadar gula darah dalam tubuh melebihi kadar normal yaitu gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa lebih atau sama dari 126 mg/dl. Tanaman kencana ungu adalah tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat herbal dan digunakan sebagai obat diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan dosis optimal ekstrak daun kencana ungu (Ruellia tuberosa L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi dengan aloksan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian eksperimental laboratorium. Populasi pada penelitian ini adalah mencit yang diinduksi aloksan dengan jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor dengan pembagian 5 kelompok. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah daun kencana ungu. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penurunan kadar glukosa darah paling optimal pada hari ke-14 pada acarbose, konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dengan nilai rata-rata 64 mg/dL, 86 mg/dL, 79 mg/dL, 78 mg/dL, juga terdapat perbedaan bermakna pada kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak konsentrasi 30% yang paling memiliki aktivitas penurunan kadar glukosa darah. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kencana ungu memiliki aktivitas yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit dan dosis yang dapat memberikan efek yang optimal yaitu konsentrasi 30% sebesar 60%. Perlu dilakukan uji histopatologi pankreas pada mencit untuk melihat kondisi pankreas mencit setelah diinduksi aloksan, acarbose, Na-CMC, dan ekstrak daun kencana ungu.
IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOFIT PADA ISOLAT KULIT PISANG DENGAN MENGGUNAKAN METODEKULTUR DAN UJI BIOKIMIA
Syawal abdurrahman;
Marsidin;
Ishma
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 9 No. 1 (2025): JURNAL MEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54883/medilab.v9i1.1272
Limbah kulit pisang memiliki kadar karbohidrat yang tinggi memungkinkan ditemukannya bakteri yang potensial mendegradasi karbohidrat. Bakteri yang simbion dengan kulit pisang akan menghasilkan sejenis metabolit yang digunakan untuk membantu dalam proses metabolisme karbohidrat salah satunya adalah bakteri endofit Keuntungan dari bakteri endofit yaitu dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang berperan sebagai antimikrobia, selain itu juga bakteri endofit yang tidak menimbulkan gejala penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri endofit pada isolate kulit pisang dengan menggunakan metode kultur dan uji bikomia Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu mencari dan mengidentifikasi bakteri simbion ulit pisang (Musa paradisiaca). Populasi pada penelitian ini adalah 3 jensi kulit pisang, 9 sampel kulit pisang yang di peroleh dari 3 jenis pisang berbeda yaitu pisang raja, pisang mas, dan pisang kepok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri endofit yang berada di kulit pisang berdasakan ciri morfologi dan uji biokimia yang di lakukan genus bakteri yang di dapatkan mempunyai kemiripan dengan rhizobacter sp., dan Pseudomonas putida Berdasarkan hasil penelitian dapatkan di simpulkan bahwa bakteri endofit yang terdapat pada kulit pisang mempunya kemiripan dengan genus bakteri Rhizobacter sp., pada isolat KPK I, KPK II, KPR I, KPR II, KPR III dan KPM I. genus bakteri Pseudomonas putida. Pada isolat KPK III, KPM II dan KPM III.