Wangiyana, Ni Komang Ayu Swanitri
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan antara Postur Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Penambang Emas Skala Kecil di Sekotong Wangiyana, Ni Komang Ayu Swanitri; Ekawanti, Ardiana; Octora, Metta
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: International Labour Organtization (ILO) memperkirakan sekitar 1,9 juta kematian terjadi setiap tahunnya di dunia akibat penyakit terkait pekerjaan. Penyakit terkait kerja yang relatif baru, seperti keluhan muskuloskeletal, sedang meningkat angka kejadiannya di beberapa negara. Keluhan muskuloskeletal dilaporkan memiliki prevalensi yang tinggi di antara pekerja pertambangan, namun terdapat kekurangan dalam hal pendataan dan kurangnya kesadaran akan masalah tersebut. Postur kerja merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian gangguan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada penambang emas di Sekotong. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 53 orang didapatkan dengan teknik consecutive sampling. Penilaian risiko postur kerja menggunakan lembar kerja REBA dan keluhan muskuloskeletal menggunakan Standardised Nordic Questionnaire. Data dianalisis dengan uji korelasi koefisien kontingensi. Hasil: Dari 53 subyek penelitian, terdapat 31 orang (58,5%) dengan risiko postur kerja sedang, 16 orang (30,2%) risiko tinggi, dan 6 orang (11,3%) risiko sangat tinggi. Responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal berjumlah 38 orang (71,7%). Berdasarkan uji koefisien kontingensi diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada penambang (p=0,028), terutama keluhan pada bahu, punggung, dan pinggang Kesimpulan: Terdapat hubungan antara postur kerja yang tidak ergonomis dengan keluhan muskuloskeletal pada penambang emas di Sekotong, Lombok Barat
CORRELATION BETWEEN MATERNAL FACTOR AND STUNTING AMONG CHILDREN OF 6-12 MONTHS OLD IN CENTRAL LOMBOK Qurani, Ratu M.; Karuniawaty, Titi Pambudi; John, Ristania Ellya; Wangiyana, Ni Komang Ayu Swanitri; Setiadi, Qisthinadia Hazhiyah; Tengkawan, Jeslyn; Septisari, Ayu Anandhika; Ihyauddin, Zulfikar
Journal of Public Health Research and Community Health Development Vol. 5 No. 2 (2022): March
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA), Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jphrecode.v5i2.23525

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting is a child growth and development disorder that has been one of the nutritional problem in children living in developing countries until now. Maternal factor might be one of the risk factors of stunting. Method: This was an analytical observational study with cross sectional design that aimed to identify the correlation between the maternal factor and stunting, especially in children aged 6-12 months in 3 villages in Central Lombok. Result: There were 21,9% (33 of 151) of children suffering from stunting. Based on the maternal factor in stunting children, there were 6,1% of mothers who had low body mass index (BMI), 27,3% of mothers who had low arm circumference, 61% of mothers who had low weight gain during the pregnancy, and 39,4% of mothers who had height <150 cm. Maternal height was the only factor that significantly associated to the incidence of stunting (p = 0.044, OR = 2.3). Conclusion: Based on analysis of several maternal factors, there is a significant correlation between mother's height and stunting (p<0,05 and OR=2,3).  ABSTRAKLatar Belakang: Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah gizi anak terutama di negara berkembang. Faktor maternal adalah salah satu faktor risiko stunting. Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor maternal dan stunting pada anak usia 6-12 bulan di 3 desa di Lombok Tengah. Hasil: Terdapat 21,9% (33 dari 151) anak yang mengalami stunting. Berdasarkan faktor maternal pada anak dengan stunting, sebanyak 6,1% memiliki ibu dengan indeks masa tubuh (IMT) rendah, 27,3% memiliki ibu dengan lingkar lengan atas rendah, 61% memiliki ibu dengan peningkatan berat badan yang rendah selama kehamilan, dan 39,4% memiliki ibu dengan tinggi badan <150 cm. Faktor tinggi badan ibu merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p=0,044, OR=2,3). Kesimpulan: Berdasarkan analisis beberapa faktor maternal, terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dan stunting (p<0,05 dan OR=2,3).
PRAKTIK PEMBERIAN MP-ASI TERHADAP RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 6-12 BULAN DI LOMBOK TENGAH [THE COMPLEMENTARY FEEDING PRACTICE AND RISK OF STUNTING AMONG CHILDREN AGED 6-12 MONTHS IN CENTRAL LOMBOK] Ni Komang Ayu Swanitri Wangiyana; Titi Pambudi Karuniawaty; Ristania Ellya John; Ratu Missa Qurani; Jeslyn Tengkawan; Ayu Anandhika Septisari; Zulfikar Ihyauddin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 43 No. 2 (2020): PGM VOL 43 NO 2 TAHUN 2020
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v43i2.4118

Abstract

ABSTRACT Improper complementary feeding practice practice is one of the problems that often occurs in developing countries. This problem can lead to inadequate nutrient intake, especially protein intake which is associated with physical growth problems in children under five years, including stunting. This study was an observational analytic study with a cross-sectional design which aims to determine the association between complementary feeding practice and stunting incidence among children aged 6-12 months in Central Lombok. A total of 206 children with a mean age of 9,3 months was selected for this study by cluster sampling. Most of them were female. In this study, we analyzed 4 parameters of complementary feeding practice, namely age of indroduction of complementary foods, texture of complementary foods given, frequency of complementary feeding, and amount of complementary foods given. This study found that there was a significant association between frequency of complementary feeding (p = 0.047, 95% CI) and amount of complementary foods given (p = 0.020, 95% CI) with stunting incidence. Meanwhile, other parameters namely age of indroduction of complementary food and texture of complementary foods given did not have a significant association with stunting incidence. Keywords: complementary feeding practice, short stature, stunting ABSTRAK Praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di negara berkembang. Hal tersebut dapat menyebabkan asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari protein yang berhubungan dengan masalah gangguan pertumbuhan fisik pada anak balita, termasuk stunting. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan praktik pemberian MPASI terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-12 bulan di Lombok Tengah. Sebanyak 206 anak dengan rerata usia 9,3 bulan terpolih menjadi subjek penelitian ini menggunakan cluster sampling. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Pada penelitian ini, kami menganalisa 4 parameter praktik pemberian MPASI, yaitu usia pertama mendapatkan MPASI, bentuk MPASI yang diberikan, frekuensi MPASI, dan jumlah MPASI yang diberikan. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi MPASI (p=0,047, 95% CI) dan jumlah MPASI yang diberikan (p=0,020, 95% CI) dengan kejadian stunting pada anak. Sedangkan parameter lainnya seperti usia memulai MPASI dan tekstur MPASI, tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Kata Kunci: perawakan pendek, praktik pemberian MPASI, stunting