Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Mengungkap ideologi kesadaran kelas novel Orang-Orang Proyek dalam perspektif analisis wacana kritis Teun A. van Dijk Febriyanti, Afifah; Firdaus, Yuli Ardila Nahla; Setiawati, Eti; Widagdo, Titis Bayu
Sintesis Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v19i1.9130

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk wacana kesadaran kelas dan ideologi novel Orang-Orang Proyek berdasarkan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan novel Orang-Orang Proyek sebagai sumber data. Data penelitian berupa monolog, dialog dan narasi mengenai fenomena kesadaran kelas yang dimuat dalam novel Orang-Orang Proyek. Data dianalisis menggunakan model analisis wacana kritis Van Dijk. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Adapun hasil penelitian ini adalah wujud wacana kesadaran kelas pada novel Orang-Orang Proyek yang tersaji dalam beberapa elemen. Elemen teks, analisis struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris), menghasilkan temuan latar (keadaan sosial zaman Orde Baru), detail (ketidakberdayaan kelas proletar), maksud (penyimpangan pada masa Orde baru), kata ganti, koherensi, leksikon, grafis, dan metafora. Pada sub elemen superstruktur ditemukan interpretasi makna dari unsur pendahuluan, isi, dan penutup. Selanjutnya pada sub elemen struktur makro ditemukan makna umum teks yakni kritik ketimpangan kelas sosial yang terjadi pada masa Orde Baru. Elemen kognisi dan konteks sosial mengungkapkan pemikiran Ahmad Tohari mengenai suara kaum proletar terhadap kaum borjuis. Analisis wacana kritis model Van Dijk menghasilkan temuan ideologi novel Orang-Orang Proyek yakni ideologi kesadaran kelas yang berpihak pada kaum proletar, mendukung kebebasan berpendapat, dan menghapus penindasan.
SUARA RELIGIUS NASIONALIS IJO-ABANG TOKOH BESUT PADA KESENIAN BESUTAN Firdaus, Yuli Ardila Nahla; Sukmawan, Sony
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 21 No 1 (2025): Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fon.v21i1.11010

Abstract

Besut is the main character of the Besutan arts, which was made by the Jombang Regency Government as a cultural icon. The naming of Besut is taken from the Javanese acronym 'mbeto maksut' which means 'bring the meaning'. In connection with that, this study aims to identify the 'intent' based on symbolic meaning of the existence Besut character using Peirce's semiotic theory, to reveal the expression of the value of religiosity and nationalism as a reflection of the ijo-abang character of the Jombang people. That way, the background of the symbolization of Besut figures as cultural icons can be identified. This research uses a qualitative method based on descriptive interpretive, with the main data in the form of speech (words), movements and gestures, along iwth costumes of Besut figures, which contain religious-nationalist values. The results of data analysis show that the symbolization of the Besut figure as a cultural icon of Jombang, is based on the meaning of signs that reflect the character of the ijo-abang, namely from the dimensions of religiosity values; (1) Religious belief, (2) Religious felling, along with (3) Religious effect, and aspects of nationalist values; (1) love for the homeland, (2) unity and intergrity, along with (3) courage and responsibility.
Pemertahanan Bahasa Daerah dalam Film Yowis Ben 2: Kajian Sosiolinguistik Hamidah, Latifah Winda; Firdaus, Yuli Ardila Nahla; Damayanti, Mutiara; Scogati, Tio Elsan Dewa; Sarah, Naswa; Putri, Salsabilla Juliana; Ardhian, Dany
Jurnal Budaya Vol. 5 No. 1 (2024): JURNAL BUDAYA
Publisher : Department of Language and Literature, Faculty of Cultural Studies, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Indonesia kaya akan keanekaragaman bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan salah satu aset budaya yang berharga di Indonesia. .Namun, akhir-akhir ini bahasa daerah mulai dimunculkan lagi pada media-media lokal ataupun nasional sebagai bentuk pelestarian bahasa daerah.film menjadi alat yang sangat efektif dalam mengampanyekan dan melestarikan bahasa daerah, atau sebaliknya, menggantikannya dengan bahasa yang lebih dominan. Salah satunya melalui Film Yowis Ben 2, Film ini terkenal karena menghadirkan bahasa daerah, terutama bahasa Jawa, dalam dialognya. Keberhasilan film ini dalam mempertahankan bahasa daerah dalam konteks perfilman menjadi fokus utama penelitian ini.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan teknik simak bebas libat cakap dan catat.Hasil penelitian menunjukkan setidaknya terdapat 4 data dalam bahasa Sunda dan 8 data dalam bahasa Jawa yang dapat diklasifikasikan sebagai upaya pemertahanan bahasa. Bentuk pemertahanan bahasa Sunda dalam film Yowis Ben 2 diindikasikan dari penggunaan beberapa pepatah dalam bahasa Sunda dan kosa kata yang memang menjadi ciri khas dari tindak tutur masyarakat Sunda. Sedangkan dalam bahasa Jawa,upaya pemertahanan bahasa yang terdapat dalam film Yowis Ben 2 adalah dimasukkannya bahasa Walikan yang merupakan ciri khas bahasa orang Malang, parikan yang menjadi ciri khas ludruk Jawa Timur, serta tembung entar dan penggunaan bahasa krama inggil yang menjadi khas dalam acara sakral budaya Jawa. Kata kunci: pemertahanan bahasa, Yowis Ben 2, film, sosiolinguistik Abstract Indonesia is rich in regional linguistic diversity. Regional languages are one of Indonesia's most valuable cultural assets. Recently, however, regional languages have begun to reappear in local or national media as a form of regional language preservation. Films have become a very effective tool in campaigning and preserving regional languages, or conversely, replacing them with more dominant languages. One of them is Yowis Ben 2, this movie is famous for featuring regional languages, especially Javanese, in its dialogues. The success of this film in preserving local languages in the context of cinema is the main focus of this research.This research uses a qualitative descriptive method with the techniques of free listening and note taking.The results show that there are at least 4 data in Sundanese and 8 data in Javanese that can be classified as language preservation efforts. The form of Sundanese language preservation in the film Yowis Ben 2 is indicated by the use of several Sundanese proverbs and vocabulary characteristic of Sundanese speech acts. In Javanese, on the other hand, the language preservation efforts contained in Yowis Ben 2 are the inclusion of Walikan, which is characteristic of the language of the Malang people, Parikan, which is characteristic of East Javanese ludruk, as well as tembung entar and the use of krama inggil language, which is typical of Javanese cultural sacred events. Keywords: language preservation, Yowis Ben 2, film, sociolinguistics