Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Sintesis Nanofiller Dari Rumput Alang-Alang untuk Pembuatan Film Bioplastik Berbahan Dasar Pati-Kitosan Endang Widiastuti; Ari Marlina
Fluida Vol 15 No 1 (2022): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v15i1.3268

Abstract

Indonesia saat ini menempati urutan ke-2 sebagai negara penghasil sampah plastik. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, penelitian tentang plastik ramah lingkungan yang dikenal sebagai bioplastik sedang digalakkan. Bioplastik yang terbuat dari bahan alam, sifat mekaniknya tidak sebaik plastik jenis LDPE (Low Density Proly Ethylene). Salah satu bioplastik tersebut adalah berbahan dasar pati-kitosan, yaitu pati yang digunakan dari singkong atau disebut tapioka/pati. Pada penelitian ini, campuran pati-kitosan ditambahkan nanoselulosa dari rumput alang-alang sebagai nanofiller. Pertama, nanoselulosa diasetilasi kemudian dicampur dengan pati-kitosan. Bioplastik yang dibuat pada penelitian ini menggunakan perbandingan tapioka dan kitosan yakni 9 : 0,3. Bioplastik yang dibuat dari campuran pati-kitosan-nanoselulosa , memiliki kekuatan tarik 7,01 MPa, modulus Young atau kekuatan luluh 4,69 MPa dan perpanjangan putus 29,72% untuk ketebalan film 0,28 mm. Dari penelitian ini diketahui bahwa penambahan nanoselulosa dapat meningkatkan sifat mekanik bioplastik pati-kitosan, meskipun belum menyamai sifat mekanik bahan plastik LDPE. Indonesia is currently the 2nd largest producer of plastic waste. Therefore, research on environmentally friendly plastics, known as bioplastics, has been promoted in recent years. Bioplastic is made from natural materials, and its mechanical properties are not as good as LDPE (Low-Density Poly Ethylene) plastic. One of the bioplastics is made from starch-chitosan, the starch used from cassava or called tapioca/starch. In this study, a mixture of starch-chitosan was added with nanocellulose from alang-alang grass as a nanofiller. The first, nanocellulose was acetylated and then mixed with starch-chitosan. Bioplastics were made in this study using a tapioca-chitosan ratio of 9: 0.3. Bioplastic Bioplastic made from a mixture of starch-chitosan-nanocellulose has a tensile strength of 7.01 MPa, Young's modulus or yield strength of 4.69 MPa and elongation of break 29.72% for a film thickness of 0.28 mm. This research shows that the addition of nanocellulose can improve the mechanical properties of starch-chitosan bioplastic. However, it has not matched the mechanical properties of LDPE plastic material.
Pengaruh konsentrasi aktivator NaOH terhadap kinerja karbon aktif kulit kacang tanah sebagai adsorben fosfat dalam limbah laundry Nindhytia Anandy Berliany; Nurunnisa Alfi Hidayat; Herawati Budiastuti; Endang Widiastuti
Jurnal Teknik Kimia Vol 29 No 2 (2023): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya in collaboration with Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v29i2.1148

Abstract

Salah satu pencemar pada air limbah laundry yaitu fosfat dari detergen, senyawa tersebut dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan eutrofikasi. Kinerja karbon aktif kulit kacang tanah diteliti untuk digunakan sebagai adsorben untuk menyerap senyawa fosfat air limbah artifisial dan air limbah laundry. Kandungan selulosa yang tinggi dalam kulit kacang tanah berpotensi untuk diolah menjadi adsorben. Aktivator yang digunakan adalah NaOH 0,3; 0,5; dan 0,7 M. Dosis adsorben divariasikan 4, 8, 12, dan 16 g/L. Waktu karbonisasi 1 jam dengan suhu 450 oC. Ukuran karbon aktif ±100 mesh dan waktu aktivasi 24 jam. Karakterisasi dilakukan melalui analisis kadar air, abu, zat menguap, karbon aktif murni, daya serap iod, dan uji SEM-EDX. Diperoleh karbon dengan karakteristik terbaik, yaitu karbon teraktivasi NaOH 0,3 M. Karakteristik yang diperoleh yaitu kadar air 0,8 %, abu 18,2 %, zat menguap 42,1 %, karbon aktif murni 38,8 %, dan daya serap iod 361,33 mg/g. Adsorpsi fosfat karbon teraktivasi 0,3 M dalam air limbah artifisial sodium tripolyphosphate (STPP) menghasilkan efisiensi penyisihan 60 % dengan dosis terbaik 16 g/L. Adsorpsi fosfat karbon teraktivasi 0,3 M dalam limbah laundry diperoleh efisiensi penyisihan 37 % dengan dosis terbaik 16 g/L.
PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING FACTORY PADA MODUL PRAKTIKUM SAPONIFIKASI (PEMBUATAN SABUN HERBAL) Kardian Rinaldi; Riniati Riniati; Endang Widiastuti
Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/dl.v7i1.14113

Abstract

Modul saponifikasi (pembuatan sabun) adalah modul yang relevan untuk dikembangkan dalam bentuk teaching factory. Proses pembuatan sabun memuat tahapan perencanaan, persiapan alat dan bahan, produksi, karakterisasi produk, pengemasan, pelabelan, hingga pemasaran. Pada penelitian ini, implementasi pembelajaran berbasis teaching factory pada modul saponifikasi diawali dengan tahap perencanaan dan preparasi, optimasi prosedur percobaan (ekstraksi senyawa aktif, pembuatan, dan karakterisasi sabun herbal), dan implementasi metode pembelajaran. Produk sabun herbal dibuat dengan penambahan ekstrak bahan alam antibakteri, yaitu lengkuas merah, ketepeng cina, dan bunga telang. Optimasi prosedur percobaan menghasilkan modul praktikum sebagai panduan pembelajaran. Implementasi pembelajaran dilakukan terhadap 61 mahasiswa Program Studi D-III Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung pada mata kuliah Praktikum Kimia Organik. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 98,36% mahasiswa tertarik dengan metode praktikum yang diterapkan serta dapat meningkatkan keterampilan dalam percobaan saponifikasi. Metode pembelajaran ini juga dapat diimplementasikan pada mata kuliah lain yang berkaitan.
Pemanfaatan Bunga Kecombrang Sebagai Antioksidan dalam Pembuatan Plastik Film yang Edible Ari Marlina; Endang Widiastuti; Harita N Chamidy; Ninik Lintang; Avina Vidiati; Pebkristina Halawa
Jurnal Serambi Engineering Vol. 9 No. 2 (2024): April 2024
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The era of globalization and current technological developments towards a packaging need, one of which is edible plastic packaging that can be consumed. Antioxidants are compounds that can prevent and repair damage to body cells from free radicals. This study aims to determine the antioxidant activity value (% inhibition) of the Kecombrang flower extract before it becomes edible plastic and after it becomes edible plastic, then the finished edible plastic product characterizes its physical and chemical properties, and applies it to apples. From the test results obtained the best concentration is edible plastic Kecombrang flower extract 25% from the maceration extraction process. The tests carried out obtained % inhibition from the extract by 58% and from edible plastic finished products by 55%, the tensile strength value of 22.11 MPa, the value of water resistance of 18.64%, the detection of FT-IR contains many functional groups of phenols and flavonoids, and the application of apples for 12 hours did not change / the condition of the apples remained fresh.
PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS TEACHING FACTORY PADA MODUL PRAKTIKUM SAPONIFIKASI (PEMBUATAN SABUN HERBAL) Kardian Rinaldi; Riniati Riniati; Endang Widiastuti
Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia Vol 7, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/dl.v7i1.14113

Abstract

Modul saponifikasi (pembuatan sabun) adalah modul yang relevan untuk dikembangkan dalam bentuk teaching factory. Proses pembuatan sabun memuat tahapan perencanaan, persiapan alat dan bahan, produksi, karakterisasi produk, pengemasan, pelabelan, hingga pemasaran. Pada penelitian ini, implementasi pembelajaran berbasis teaching factory pada modul saponifikasi diawali dengan tahap perencanaan dan preparasi, optimasi prosedur percobaan (ekstraksi senyawa aktif, pembuatan, dan karakterisasi sabun herbal), dan implementasi metode pembelajaran. Produk sabun herbal dibuat dengan penambahan ekstrak bahan alam antibakteri, yaitu lengkuas merah, ketepeng cina, dan bunga telang. Optimasi prosedur percobaan menghasilkan modul praktikum sebagai panduan pembelajaran. Implementasi pembelajaran dilakukan terhadap 61 mahasiswa Program Studi D-III Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung pada mata kuliah Praktikum Kimia Organik. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 98,36% mahasiswa tertarik dengan metode praktikum yang diterapkan serta dapat meningkatkan keterampilan dalam percobaan saponifikasi. Metode pembelajaran ini juga dapat diimplementasikan pada mata kuliah lain yang berkaitan.
Efficiency of Tannin Reduction in Stevia Extract by Coagulation with Lime and Adsorption with ion Exchange Resin Polban, Riniati; Sudrajat Harris Abdulloh; Endang Widiastuti; Ari Marlina
EKSAKTA: Journal of Sciences and Data Analysis VOLUME 6, ISSUE 1, April 2025
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/EKSAKTA.vol6.iss1.art2

Abstract

Stevia, a plant commonly used as a natural sweetener, has the potential to be used as a sugar substitute because the stevioside content provides high sweetness and has a low caloric value. On the other hand, stevia contains tannins that can give it a bitter taste. To reduce the tannin content in stevia extract, tannin is coagulated with calcium metal ions from lime and then passed into a ion exchange resin column. The purpose of this study was to determine the effect of lime concentration on the reduction of tannin levels and the efficiency of resin columns in reducing tannin levels. However, it is expected that the extract still has a high level of sweetness. Extraction was carried out on dried stevia leaves using water solvent in a ratio of 1:30 (w/v). After coagulation with lime, the extract was filtered and then passed to the resin column to bind the remaining calcium ions. The concentration of lime was varied: 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 5; 6 %. The tannin content in the extract, before and after the process was tested by spectrophotometric method using Folin Ciocalteu reagent. The sweetness level of the extract was tested by measuring the % brix value using a brix refractometer. The results showed that the high efficiency of significant tannin content reduction was 99.98% with a minimum sweetness level reduction of 47.1% at 2% (w/v) lime addition.