Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Dampak Pemeliharaan terhadap Struktur dan Komposisi Tegakan Hutan Alam pada Areal Petak Ukur Permanen: Studi Kasus pada HPH PT. Mangtip III Pulau Taliabu, Maluku Utara Kasman Drakel; Samin Botanri; Sedek Karepesina; Fitriyanti Kaliky; Baltazar Erbabley
Jurnal Agrohut Vol 13 No 1 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i1.125

Abstract

Pemeliharaan atau perawatan berkala jarang ditemukan pada kegiatan pemanenan di hutan produksi. Padahal telah umum diketahui, bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk peremajaan tanaman. Sebuah penelitian dilakukan untuk menganalisis struktur dan komposisi tegakan hutan alam pada hutan produksi di Maluku Utara. Pengamatan dilakukan pada Petak Ukur Permanen HPH PT. Mangtip III Pulau Taliabu, Maluku Utara. Metode yang digunakan adalah mengamati struktur pohon, tiang, sapihan dan semai pada petak ukur yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 61 jenis tingkat semai dan 45 jenis tingkat sapihan. Tingkat tiang dan pohon masing masing 36 dan 38 jenis. Riap diameter pada kawasan yang di rawat lebih baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat. Penelitian ini merekomendasikan bahwa perawatan penting untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas tegakan
PENGARUH SKARIFIKASI DAN LAMA PENYIMPANAN BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH KAYU KUKU (Pericopsis mooniana[Thw]Thw.) Husna Husna; Andi Mahmud; Faisal Danu Tuheteru; Asrianti Arif; Albasri Albasri; Basrudin Basrudin; Wiwin Rahmawati Nurdin; Sedek Karepesina
Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia Vol 1, No 1 (2020): Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.515 KB) | DOI: 10.33772/jc.v1i1.12347

Abstract

Abstrak: Kayu kuku (Pericopsis mooniana [Thw] Thw.) merupakan jenis dari famili Fabaceae. Kayu kuku dilaporkan termasuk dalam jenis kayu lokal sulawesi yang saat ini masuk kategori terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas benih kayu yang dipengaruhi pengikiran dan lama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) cabang Sulawesi Tenggara selama 1 bulan (Mei). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (Ral Faktorial) dengan tiga kali ulangan dan tiap unit 50 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih tanpa skarifikasi memiliki nilai tertinggi pada peubah rata-rata waktu untuk berkecambah yaitu 10.58 hari. Penyimpanan benih 1 tahun mempunyai nilai tertinggi pada peubah persentase kecambah = 67,50%, daya kecambah = 66,50% dan rata-rata benih berkecambah perhari = 1,12 benih dan tidak berpengaruh signifikan terhadap perkecambahan benih. Perlakuan skarifikasi signifikan terhadap persen kecambah = 91.33%, daya kecambah = 91.00%, dan rata-rata benih berkecambah perhari = 1.52 benih. Benih kayu kuku perlu diskarifikasi sebelum dikecambahkan untuk mempercepat perkecambahan. Kata Kunci: kayu kuku, skarifikasi, perkecambahan The Effect of Scarification and Seed Storage Duration on The Viability of Kuku Wood Seeds (Pericopsis mooniana[Thw]Thw.)Abstract: Kayu kuku [Pericopsis mooniana (Thw) Thw.] is one of the species in the family Fabaceae. Kayu kuku is reportedly included in the local Sulawesi timber species which is currently in endangered category. This study aims to determine the viability of kayu kuku seeds which influences by scarification and the length of seed storage. This research carried out at the Indonesian Mycorrhiza Association greenhouse in the Southeast Sulawesi for one month (May 2019). This study used a completely randomized design on Factorial Ral with three replications and each unit of 50 seeds.The results showed that the seed without scarification had the highest value on the average time to germinate variable, which was 10.58 days. One year seed storage has the highest value on the variable percentage of germination = 67.50%, sprouts power = 66.50% and the average germination rate per day = 1.12 seeds and no significant effect on seed germination.Significant scarification treatment of sprout percent = 91.33%, germination power = 91.00%, and average germinating seeds per day = 1.52 seeds. The seed of Kayu Kuku needs to be clarified before germination to accelerate germination. Key words: Kayu kuku, scarification, Germination
Inventarisasi Populasi dan Karakteristik Habitat Burung Gosong Kelam (Megapodius freycinet) di Suaka Margasatwa (SM) Pulau Kassa Kabupaten Seram Bagian Barat Kacuk Setyo Purwanto; Fitriyanti Kaliky; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol. 14 No. 2 (2023): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v14i2.183

Abstract

Pulau Kassa merupakan salah satu kawasan suaka alam yang di dominasi tipe hutan pantai dengan keunikan berupa jenis satwa endemik pulau berupa burung Gosong /Maleo (Famili Megapodiidae). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi dan karakteristik habitat Burung Gosong Kelam (Megapodius freycinet). Pengambilan data jumlah sarang burung gosong di lokasi penelitian dilakukan dengan cara sensus yang di kombinasikan dengan metode jalur garis transek. Karakteristik habitat yang di nilai adalah jumlah sarang, karakteristik fisik dan kimia tempat bertelur, kondisi vegetasi sekitar sarang, bentuk dan dimensi sarang, sifat tanah, suhu dan kelembaban. Dari hasil penghitungan sarang di lokasi penelitian ditemukan sebanyak 86 buah gundukan sarang burung Gosong Kelam yang terbagi menjadi dua jenis sarang yaitu sarang aktif sebanyak 59 sarang dan sarang tidak aktif 27 sarang. Perkiraan jumlah populasi burung Gosong Kelam sebanyak 118 ekor. Vegetasi dominan untuk tingkat pohon yaitu jenis Besi Pantai (Pongamia pinnata) sedangkan vegetasi tingkat tiang, pancang dan semai di dominasi oleh jenis Eboni (Diospyros celebica). Parameter karakteristik fisik dan kimia sarang burung memiliki pengaruh nyata terhadap suhu di dalam sarang, ancaman dan gangguan yang terjadi pada kawasan ini cukup tinggi yaitu berupa gangguan habitat oleh aktifitas manusia, perburuan satwa dan introduksi jenis eksotik.
The Role of Albizia Saman to Improving Soil Properties in Oil Mining Areas: Improving Soil Properties in Oil Mining Areas ohorella, syarif; Karepesina, Sedek; Tueka, Fadila
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 16 No. 2 (2023): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v16i2.1900

Abstract

Perubahan sifat kimia tanah bekas lahan pertambangan berdampak pada kondisi air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan serta merubah iklim mikro yang disebabkan perubahan oleh kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah yang mengakibatkan tanah menjadi tandus atau gundul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pohon trembesi dalam memperbaiki sifat fisik tanah di lahan pertambangan minyak. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, inventarisasi serta uji laboratorium terhadap sampel tanah berbeda yakni tanah yang diambil dari lokasi yang di tanami pohon trembesi dan yang tidak di tanami pohon trmbesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon Trembesi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah di daerah penghasil minyak. Terbukti antara lokasi pohon asam jawa dan lokasi yang tidak ditanam pohon Trembesi mempunyai tingkat perbedaan sifat fisik tanah yang signifikan pohon Trembesi dimana hanya mampu tumbuh pada daerah minyak dan debu yang mengandung bahan organik, mempunyai berat volume tanah kecil, kepadatan partikel tanah rendah, porositas tanah tinggi dan kadar air tinggi. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa pohon Trembesi mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah di ladang minyak. Hal ini juga terlihat dari manfaat pohon asam jawa sendiri sebagai pohon yang paling banyak menyerap emisi karbon dan mempunyai jaringan akar yang luas yang menyebar sehingga mampu memperbaiki sifat fisik lahan di ladang minyak.
Additional Records of Macroscopic Fungi at IPB University Campus Forest and Their Potential Use Karepesina, Sedek; Putri, Kurniawati Purwaka; Rumondang, Amandita Lintang; Putra, Ivan Permana
BERKALA SAINSTEK Vol. 12 No. 4 (2024)
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bst.v12i4.47438

Abstract

Fungi are heterotrophic organisms and become decomposers in various types of environments. In Indonesia, fungi have a high level of diversity, but not all of them have been properly identified. The type of ecosystem that can grow mushrooms includes forests, due to high levels of humidity so fungi can easily adapt. The IPB Campus Forest is an area planted with various types of trees with the aim of being a conservation and protection area for flora and fauna. IPB forests have various types of higher plants, ferns, undergrowth, and various types of fungi (microscopic and macroscopic). This research aimed to increase information on the diversity of mushroom types in the IPB Campus Forest to serve as a basis for their use in the future. Fungal exploration was carried out using the random roaming method. Fruiting bodies were identified based on macroscopic and microscopic characters, then isolated on PDA media. This research confirmed the occurrence of 3 types of fungi, namely Lentinus arcularius, Pycnoporus sanguineus, and Marasmius sp. All three are members of the phylum Basidiomycota. L. arcularius is found on wooden twigs, has a brown pileus with white edges, a smooth surface and serrated edges, a concave pileus, transparent and oval-shaped spores, hyphae aerial, colony white to cream from upper view. P. sanguineus grows on a substrate of dead tree branches that have fallen to the ground, the basidiomata are red mixed with orange and almost semi-circular in shape, the edge of the cap is rounded and flat with a yellowish color, the pseudostipe is directly attached to the substrate, the hymenophore is pore-shaped with a red and orange color, overlapping and pigmented hyphae, colony radial, hyphae aerial, colony white from upper view. Marasmius sp. grows gregariously in the litter, the pileus is shaped like an inverted bowl and is orange in color, the edges of the cap are flat with small-serrated cap margins, the hymenophore is in the form of lamellae with an adnexed attachment, the hyphae are club-shaped with the sterigma shaped like a root, the colonies are cream, the surface is smooth. All fungi from this study have the potential to be used as medicinal ingredients and sources of other secondary metabolites. The results of this research add to data regarding the diversity of fungi in Indonesia and can be used as literature for subsequent research. Further works should consider not only the diversity but also the bioprospection potency of wild mushroom.