cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bangkalan,
Jawa timur
INDONESIA
Al-Ibrah : Jurnal Pendidikan dan Keilmuan Islam
ISSN : 20881886     EISSN : 25800663     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 133 Documents
PERAYAAN MITOS DALAM FILM HOROR INDONESIA Achmad Nur
AL - IBRAH Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.974 KB)

Abstract

Tulisan ini mengkaji film Indonesia genre horor dengan tiga judul film yang terdiri dari simanis jembatan ancol, beranak dalam kubur, malam satu suro. Ketertarikan akademik yang mengawali tulisan ini adalah terciptanyanya mitos dalam masyarakat jawa tentang bangkitnya arwah bergentayangan yang meneror bahkan mengancam keselamatan masyarakat. Pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimana citra suatu mitos ditampilkan dan bagaimana budaya direpresentasikan dalam narasi film. Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan digunakanstrukturalisme Claud Levi-Strauss yang menekankan pada pelacakan struktur dalam film dan cultural studies dengan konsep representasi Stuart Hall yang menekankan pada pencarian makna dibalik struktur. Setelah dilakukan analisis, tampak dalam narasi film suatu pemantapan mitos mitos tentang arwah sebagai representasi budaya jawa yang menganut paham animisme dan dinamisme. Dialtar lain, film horor sebagaimana tiga judul dalam tulisan ini, menunjukkan bahwa perbuatan jelek yang dilakukan akan berdampak jelek pada dirinya. Secara historis religius fenomena tersebut bertentangan dengan agama Islam, Namun secara sosiologis memiliki makna self evaluation dalam menentukan sikap dan prilaku, sebagaimana terjadi pada awal masuknya islam di tanah jawa.
PEMBERIAN HUKUMAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Fauzi
AL - IBRAH Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.448 KB)

Abstract

Education is a maturing process of learning a very complex learners systematically through a curriculum that is applied in the educational unit that is useful to explore the potential of students from various facets of the life of society, nation and state. To realize these goals much needed discipline and sense of responsibility in the learning process. Consistency discipline and sense of responsibility in the learning process, then the required method or preventive measures, one such method is the provision of a penalty or punishment in educational units aimed accompany the learning process in order to achieve educational goals that had been expected. We need to know the substance rather than reward and punishment will not be separated in the educational process as well as the essence of good and bad are both always go hand in hand at the wheel of life. Therefore, punishment in the educational process must be in accordance with Islamic education that directs learners to always berakhlaqul karimah able to distinguish between good and bad behavior in daily life both in the school environment and society in general.
DIMENSI SOSIOKULTURAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM; ANALISIS KONSEP motasim motasim
AL - IBRAH Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.296 KB)

Abstract

Penelitian ini adalah studi pustaka untuk menjawab suatu masalah mengenai bagaimana dimensi sosiokultural pendidikan Islam. Penelitian menyimpulkan bahwa Pendidikan Agma Islam menekankan pada pentingnya interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang, pengembangnnya terjadi di lingkungan di mana individu tersebut berada, dan akan berlangsung seumur hidup seiring dengan perubahan-perubahan yang ada di lingkungannya tersebut sehingga akan membentuk kepribadian dan pola pikir seseorang. Pendidikan Islam memandang bahwa interaksi sosial hanya merupakan sebagian dari pendekatan-pendekatan yang haus diperhatikan dalam proses pembelajaran, lebih dari itu pendidikan Islam mengutamakan pembinaan semangat dan sikap keagamaan, yaitu berusaha mengembangkan semua daya dan aspek yang ada pada manusia demi tercapainya tujuan akhir pendidikan yaitu membentuk manusia seutuhnya (insan kamil). Pendidikan Islam dalam proses pembelajaran memandang bahwa interaksi sosial dan budaya merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena hal itu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan pola pikir individu dalam proses pembelajaran. Pendidikan Islam menekankan pada keseimbangan antara duniwi dan ukhrawi, artinya disamping memperhatikan subjek-subjek kebudayaan, latihan-latihan praktis dan pemikiran, pendidikan Islam mengutamakan pembinaan semangat dan sikap keagamaan, dan proses pengembangan kependidikannya ada tujuan akhirnya yaitu penghambaan diri kepada Allah, yakni sebagai insan kamil.
PESANTREN DARUL LUGHO WA DAKWA (DALWA) DAN STRUKTUR SOSIAL DI ERA GLOBALISASI Dewi Masita
AL - IBRAH Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.207 KB)

Abstract

Pesantren selama ini dikenal sebagai institusi pengusung utama masalah-masalah keagamaan. Dalam sejarahnya pesantren dianggap sebagai lembaga Islam tradisional dengan ‘Trade mark’nya pengkajian kitab-kitab kuning. Seiring arus globalisasi yang merupakan suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial, lambat laun banyak pesantren yang mengalami perubahan mendasar dalam perjalanannya. Perubahan corak pesantren akibat globalisasi adalah dari tradisional ke modern. Kenyataan itu mendikotomikan pesantren menjadi pesantren tradisional yang dikenal memakai sistem salafi (mengkaji kitab kuning) dan pesantren modern yang tidak lagi mengajarkan kitab-kitab Islam klasik. Ekses globalisasi tidak lantas menjadikan pesantren kehilangan orientasinya. Tetapi pesantren, terutama yang modern melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan aturan-aturan modernitas. Pesantren moderen di Pasuruan sangatlah banyak jumlanhya dan bersaing kualitasnya mulai salah satunya Darul Lugho Wa Dakwa Bangil, Dari permasalahan inilah penulis meneliti Pesantren Darul Lugho Wa Dakwah Bangil Pasuruan dan struktur sosial di erah Globalisasi. Karena sangat penting mengungkap apakah Pesantren dengan pendidikan yang agamis, fasilitas bagus bisa sosialis dengan segala struktur lapisan masyarakat bisa nyantri dengan masyarakat ekonomi bawah. Artinya tidak menjadi pesantren profit oriented.
MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN PERMASALAHANNYA abd wahed
AL - IBRAH Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.06 KB)

Abstract

Dalam dinamika dunia pendidikan madrasah, kepemimpinan kepala madrasah sangat berperan dan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah. Kepala madrasah harus memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan proses persekolahan. Berdasarkan penelitian ini, peneliti tertarik mengangkat Artikel madrasah tentang “Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Permasalahannya”.Salah satu model kerja kepemimpinan kepala madrasah yang ideal adalah demokratis dengan menggunakan 10 prinsip pokok, yaitu: kepala madrasah sebagai menejer, pemimpin, wirausahawan, pencipta iklim kerja, pendidik, pembina ketatausahaan, penyedia, media penghubung, agen perubahan dan hubungan. Permasalahan kepemimpinan yang dihadapi kepala madrasah adalah terdiri dari beberapa aspek bidang garapan, yaitu kurikulum, kesiswaan, serta sarana dan prasarana. Solusi mengatasi permasalahan tersebut menempuh enam langkah, yaitu identifikasi dan memilih masalah, analisis masalah, membangkitkan solusi potensial, memilih dan merencanakan solusi, menerapakan solusi, dan mengevaluasi solusi.
LGBT DALAM PERSPEKTIF AGAMA Suhaimi Razak
AL - IBRAH Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.533 KB)

Abstract

Manusia identik dengan seksulitas, atau seksualitas merupakan kebutuhan biologis yang tak bisa dihindari oleh manusia manapun-selama normal- dan dimanapun dia menjalani hidup. Seksualitas sebagai keniscayaan untuk mempertahankan eksistensi spesies manusia itu sendiri dimuka bumi. Tanpa seksualitas sulitnya kiranya manusia bisa mempertahankan dirinya sebagai khalifatullah di planet bumi.[1]Islam mengakui adanya nafsu birahi seksualitas manusia sebagai bagian tak terpisahkan dari esensi kemanusiaan. Pemenuhan kebutuhan biologis harus sejalan dengan ketentuan agama, yakni seksualitas hanya dibenarkan bila dilakukan dengan lawan jenis dan melalui mekanisme pernikahan.Dalam era moderen ini Seks dengan sama jenis atau yang kini mashur dengan sebutan lgbt marak terjadi di negara indonesia ini bahkan kini menjadi isu nasional lantas bagaimana islam menanggapinya.
PENDEKATAN SAINTIFIK PEMBELAJARAN PAI PERSPEKTIF JEAN PEAGET Moh Ridhoi
AL - IBRAH Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.424 KB)

Abstract

Dalam berbagai pandangan para ahli, pembelajaran yang berlangsung saat ini terkesan masih lebih banyak dipersipakan untuk ujian semata, sehingga dalam prosesnya sering terlihat, peserta didik lebih banyak diberi tahu oleh gurunya bukan mencari tahu sendiri. Pembelajaran seperti ini terjadi baik di sekolah maupun di madrasah. Pendidikan Agama Islam (PAI) sendiripun masih belum bisa mengembangkan potensi afektif dan psikomotorik siswa secara maksimal, karena pembelajarn PAI lebih banyak berkutat pada kisaran kognitif. Pendidikan agama masih dilihat dari dimensi ritual saja dan jauh dari pengayaan spiritual, etik dan moral sehingga peserta didik secara verbal dapat memahami ajaran Islam serta terampil melaksanakannya, akan tetapi kurang menghayati kedalaman maknanya. Dalam proses pembelajaran PAI di sekolah, juga masih terpaku pada model konvensional yang lebih menekankan pada ceramah yang monolog dan doktrinatif. Praktek-praktek di atas menjadikan pembelajaran yang berlangsung seperti tidak bermakna, tidak mendidik dan tidak menjadikan siswa/siswi aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan harapan. Solusi hal ini antara lain, perlunya alternatif dan strategi baru seperti pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching learning, inquiry, problem solving dan active learning diterapkan. Dengan demikian, peserta didik dibiarkan melakukan perambahan intelektual sendiri, sehingga menemukan dalam dirinya kedewasaan dalam beragama, baik dalam hal afeksi religiusnya maupun dimensi intelektualnya
MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN PESANTREN KAMPUS Muksin Muksin
AL - IBRAH Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.836 KB)

Abstract

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia merupakan lembaga pendidikan untuk mengkaji agama (at-tafaqquh fi ad-din). Artinya, pesantren adalah lembaga pendidikan untuk mengkaji ilmu-ilmu keagamaan yang disertai penanaman moralitas kehidupan (akhlaq) kepada santri-santrinya. Dalam perkembangannya, pesantren ternyata tetap eksis dan bertahan dengan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan keislaman meskipun banyak mengalami tekanan dan cobaan di zaman era globalisasi ini. Karena itulah, kepercayaan masyarakat terhadap pesantren tidak pernah luntur bahkan dianggap mampu untuk menjadi solusi alternatif bagi pendidikan para siswa saat ini ditengah semakin tergerusnya moral spritual mereka. Untuk menghadapi tantangan-tantangan di era ini, perguruan tinggi Islam khususnya, perlu menerapkan sistem pesantren kampus sebagai salah satu solusi meminimalisir segala kemungkinan yang berbau negatif yang selama ini melekat pada pendidikan perguruan tinggi, disamping sebagai upaya untuk memaksimalisasi segala kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa untuk mendapatkan output berupa sarjana muslim yang kaffah (sarjana yang mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni dan profesional yang multiterampil). Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, bisa dilakukan lewat pesantren kampus program intensif. Dengan adanya pendidikan perguruan tinggi berbasis pesantren kampus ini, akan lahir generasi penerus bangsa yang benar-benar mumpuni serta berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman
ANALISIS HISTORIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI MASA KH.A.WAHID HASYIM Evi Fatimatur Rusydiyah
AL - IBRAH Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.228 KB)

Abstract

Lingkup pembahasan tulisan ini pada kebijakan pendidikan Islam di Indonesia, baik konsep ataupun praksis. Sebagai fondasi, maka penulis meninjau pemikiran dan kebijakan KH.A.Wahid Hasyim ketika menjadi Menteri Agama. Politik pendidikan Islam dalam pandangan Kiai Wahid ini akan disandingankan dengan kajian historis, mulai zaman kolonial, kemerdekaan dan revolusi, orde baru hingga reformasi. Dalam konteks sejarah, terdapat perubahan sistem pemerintahan di Indonesia - yang berimplikasi terhadap dinamika pendidikan Islam. Perubahan pemerintahan, pemimpin, sistem akan diiringi perubahan dalam pengambilan kebijakan. Kemudian dalam kurun waktu yang sangat panjang, kita ketahui bahwa pada masa revolusi mulai diberikan arah yang jelas mengenai pendidikan Islam. Ini terbukti dengan pemerintah membentuk Departemen Agama sebagai wadah untuk mereformulasi kebijakan dan penentu arah juang misi ajaran Islam. Dalam perkembangan berbangsa dan bernegara, politik sebagai kebijakan telah melahirkan pembaharuan dalam dunia pendidikan Islam. Core idea yang dapat penulis jabarkan adalah kebijakan tentang politik pendidikan Islam pada masa KH.A.Wahid Hasyim sebagai tokoh pendidikan sekaligus Menteri Agama yakni diterapkannya konsep modern dengan desain kurikulum baru di lembaga pendidikan Islam (seperti pesantren dan madrasah). Selanjutnya Kiai Wahid menghilangkan dikotomi dalam dunia pendidikan, sehingga terjadi sitesa dan integrasi antara pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Untuk mengembangkan konsep ini, maka dikeluarkan beberapa kebijakan, yang di antaranya adalah penggunaan bahasa Indonesia di madrasah dan berdirinya IAIN Jakarta sebagai wadah pengembangan kelimuan yang terintegrasi.
MANAJEMEN PEMBIAYAAN SEKOLAH Moh Jamaluddin Imron
AL - IBRAH Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.241 KB)

Abstract

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara( UU Sisdiknas, 2003 pasal 1 ayat 1).Pada awalnya pendidikan masih jarang mendapatkan perhatian namun beberapa ahli ekonomi mulai memperhatikan pendidikan, karena a) peranan pendidikan dalam ekonomi nasional dinilai relatif kecil, b) adanya pola pikir yang memandang kemakmuran merupakan sesuatu yang bersifat material dan fisik, dan c) hasil dari riset ekonomi diperoleh bahwa pendidikan merupakan sektor yang paling banyak mengeluarkan biaya pajak yang cukup besar dari pemerintah.Ekonomi dapat dipahami sebagai suatu studi bagaimana orang atau masyarakat memilih dalam menggunakan uang dan sumber lain yang sifatnya terbatas atau langka untuk menghasilkan atau mencapai keinginan yang sifatnya tidak terbatas.Satu hal yang penting terhadap pemikiran baru bahwa pendidikan dianggap sebagai salah satu bentuk investasi (Human Invesment). Dimana konsep ini menyatakan bahwa orang yang memiliki keterampilan tertentu, kebiasaan dan pengetahuan dapat mereka jual dalam bentuk pekerjaan untuk memperoleh upah atau gaji, sehingga dapat diperankan sebagai sumber selama hidup mereka. Lebih jauh “human capital” ini dapat dianalogikan sebagai modal fisik karena kedua-duanya digunakan untuk menghasilkan pendapatan tetap bertahun-tahun lamanya.Sekolah sebagai salah satu lembaga yang melakukan kegiatan pendidikan merupakan proses produksi yang menghasilkan lulusan yang bermutu sehingga diperlukan pengelolaan pembiayaan agar mutu dari lulusan dapat bersaing memperoleh kehidupan yang layak ditengah tengah masyarakat. Pengelolaan dana atau biaya pendidikan pada sebuah Lembaga harus mampu meningkatkan mutu lulusan dan mampu bersaing dengan sekolah lainnya dengan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik sesuai dengan bunyi pasal 48 ayat 1 UU Sisdiknas Tahun 2003.

Page 2 of 14 | Total Record : 133