cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Gambaran kadar protein dalam urin pada pekerja bangunan Jumaydha, Lulu N.; Assa, Youla A.; Mewo, Yanti M.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14621

Abstract

Abstract: Protein in urine or proteinuria is a condition which can happen in people with renal dysfunction, but there is also a physiological condition called transient proteinuria. Transient proteinuria or physiology proteinuria happens temporarily after people doing vigorous physical activity. This proteinuria occurs due to the change of renal blood stream which cause disruption of glomerulus and tubulus function. This situation is not dangerous because it is only occur temporarily and reversible. A construction worker is categorized in vigorous physical activity. One of their main job is to lift heavy weight. The purpose of the present study was to find out the array of proteinuria levels in construction workers. This study was conducted in a cross-sectional descriptive arrangement from the period of August-December 2016 at Medical Faculty of Sam Ratulangi University. The samples were taken using total sampling methods with 30 subjects. Research results showed that one subject (3.33%) showed high protein level in urine and 29 subject (96.67%) showed normal protein level in urine. Conclusion: It can be concluded that most of urine protein levels in construction workers are normal.Keywords: proteinuria, construction workers, vigorous physical activity Abstrak: Protein dalam urin atau yang bisa disebut dengan proteinuria merupakan suatu keadaan yang biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan ginjal, tetapi ada tipe dari proteinuria yang merupakan keadaan fisiologis yang disebut dengan transien proteinuria. Transien proteinuria atau proteinuria yang bersifat sementara bisa terjadi setelah seseorang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas berat. Proteinuria tipe ini dapat terjadi karena perubahan aliran darah pada ginjal yang menyebabkan terganggunya fungsi dari glomerulus dan tubulus ginjal. Keadaan ini tidak berbahaya karena hanya bersifat sementara dan reversibel. Pekerja bangunan merupakan pekerjaan yang termasuk dalam aktivitas fisik dengan intensitas berat. Salah satu contoh pekerjaannya yaitu mengangkat beban yang berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar protein dalam urin pada pekerja buruh bangunan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional yang bersifat dekriptif yang dilakukan pada periode bulan Agustus-Desember 2016 di lokasi pembangunan gedung kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat satu orang (3,33%) dengan kadar protein yang tinggi dan 29 orang (96,67%) dengan kadar protein normal. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar protein dalam urin pada pekerja bangunan sebagian besar normal. Kata kunci: proteinuria, pekerja bangunan, aktivitas fisik berat
PERBANDINGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA OBES 1 DAN OBES 2 Oway, Inri A. H.; Kalangi, Sonny J. R.; Pasiak, Taufik
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4563

Abstract

Abstract. Background. Triglycerides are a type of fat that can be found in blood which are stored the most in human body. Triglycerides are used as an energy source for various metabolic processes. High levels of triglycerides can lead to various health problems. Elevated triglycerides levels can be caused by various things, such as obesity. Obesity results when fat accumulates in body. Obesity and elevated triglycerides levels can affect human health. Objective. The aim for this research was to compare triglyceride levels of obese 1 and obese 2 students of Faculty of Medicine Sam Ratulangi University. Method. An observational method with cross sectional design research was done to compare triglyceride levels in obese 1 and obese 2 students of Faculty of Medicine Sam Ratulangi University  academic year 2010 and 2011. In the number of 49 people, (30 people were obese 1 and 19 people were obese 2). The data were analyzed using SPSS, test of hypothesis used Mann Whitney.  Result. The mean values of triglyceride levels in obese 1 students were 69,00 mg/dL and in obese 2 students were 85,53 mg/dL. Conclusion. There were significant differences on triglyceride levels in obese 1 and obese 2. Keyword: fat, obesity, triglyceride.   Abstrak. Latar Belakang. Trigliserida merupakan jenis lemak yang paling banyak pada tubuh manusia dan dapat ditemukan dalam darah. Trigliserida berguna sebagai sumber energi untuk berbagai proses metabolik tubuh. Akan tetapi jika kadar trigliserida terlalu tinggi maka dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Peningkatan kadar trigliserida dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya karena obesitas. Obesitas terjadi karena peningkatan akumulasi lemak dalam tubuh. Obesitas dan peningkatan kadar trigliserida dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar trigliserida pada mahasiswa obes 1 dan obes 2 Angkatan 2010 dan 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Metode. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional dan desain studi cross sectional untuk membandingkan kadar trigliserida pada mahasiswa obes 1 dan obes 2 Angkatan 2010 dan 2011 di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 49 orang yang terdiri dari 30 orang obes 1 dan 19 orang obes 2. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS dan uji hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Hasil. Kadar trigliserida rata-rata pada obes 1 sebesar 69,00 mg/dL dan kadar trigliserida rata-rata pada obes 2 sebesar 85,53 mg/dL. Kesimpulan. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna kadar trigliserida pada obes 1 dan obes 2. Kata Kunci: lemak, obesitas, trigliserida.
Perbandingan Persentase Lemak Tubuh Sebelum dan Setelah Melakukan Senam Zumba pada Wanita Dewasa Tendean, Brigitta A.; Pangemanan, Damajanty H. C.; Sapulete, Ivonny M.
e-Biomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i2.22110

Abstract

Abstract: Physical activity is a body movement produced by skeletal muscles which requires energy. Lack of physical activity has a negative impact, one of which is an increase in body fat percentage above the normal threshold or often associated with obesity. Zumba is one of the popular aerobic exercises in the form of dancing. This study was aimed to compare the percentage of body fat before and after undertaking Zumba exercise in adult woman. This was an experimental field study with the one group pretest-posttest design. Samples were obtained by using total sampling technique. Zumba exercise was undertaken for 4 weeks, 3 times a week for 60 minutes. The percentage of body fat was measured by using an instrument based on Bioelectrical Impedance Analysis. Data were analyzed with the Wilcoxon Signed Rank test. The results showed that l6 subjects were involved in this study. The mean percentage of body fat percentage before Zumba exercise was 39.300% (SD±8.1041) meanwhile the mean percentage of body fat percentage after Zumba exercise was 39.031% (SD±7.9232). The statistical analysis to compare the body fat percentage before and after doing Zumba exercise obtained a P value of 0.065. Conclusion: There was no significant difference in body fat percentage before and after undertaking 4-week Zumba exercise among adult females.Keywords: body fat percentage, Zumba exercise Abstrak: Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memer-lukan energi. Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga memiliki dampak negatif, salah satunya peningkatan persentase lemak tubuh di atas ambang normal atau obesitas. Olahraga yang sedang popular belakangan ini ialah senam Zumba, yaitu latihan aerobik dalam bentuk tarian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan persentase lemak tubuh sebelum dan setelah melakukan senam zumba pada wanita dewasa. Jenis penelitian ialah eksperimental lapangan dengan desain one group pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan ialah total sampling. Senam Zumba dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu yang berdurasi 60 menit. Persentase lemak tubuh diukur menggunakan alat berbasis bioelectrical impedance analysis. Data penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian mendapatkan 16 subjek. Rerata persentase lemak tubuh sebelum senam Zumba yaitu 39,300% (SD±8,1041). Rerata persentase lemak tubuh setelah senam Zumba yaitu 39,031% (SD±7,9232). Hasil uji perbandingan persentase lemak tubuh sebelum dan setelah melakukan senam zumba menunjukkan nilai P=0,065. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna dari persentase lemak tubuh sebelum dan setelah melakukan senam zumba selama 4 minggu pada wanita dewasa.Kata kunci: persentase lemak tubuh, senam Zumba
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Matayane, Shanon G.; Bolang, Alexander S. L.; Kawengian, Shirley E. S.
e-Biomedik Vol 2, No 3 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i3.5742

Abstract

Abstract: Hemoglobin is the oxygen-carrying compound in red blood cells. Someone hemoglobin level scan be affected by several other factors: age, gender, systemic disease and diet. Nutrient intake plays a role in the formation of redblood cells. Disruption of the formation of redblood cells could be due to lack of food consumed contains essential nutrients such as iron, folic acid, vitamin B12, protein, vitamin C and other important nutrients. This study aims to determine the relation ship between the intake of protein and iron in hemoglobin level student of medical education force in 2013 Sam Ratulangi University School of Medicine. The design is an analytical study using cross-sectional approach. The study sample is determined and carried out systematic random sampling proportional to the gender of men and women and who met the inclusion criteria sample amounted to75 people. Data were collected through questionnaires and food recall by measuring hemoglobin levels, then the data were analyzed using the Spearman rank test. Protein intake is less 52.0%, 16.0% protein and enough protein intake over 32.0%. Iron intake less than 98.7% and 1.3% more protein intake. Normal hemoglobin levels of 93.3% and 6.7% is not normal. Conclusion: The results of the study with Spearman rank test for protein and hemoglobin levels obtained p-value is 0.138 (p>α=0.05) which means that there is no significant relationship between iron intake with hemoglobin levels. For intake of iron and hemoglobin levels obtained p value is 0.198 (p>α=0.05), which means there is nosignificant relationship between iron intake with hemoglobin levels. Keywords: Proteinintake, intake ofIron, Hemoglobin.   Abstrak: Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Kadar hemoglobin seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain: usia, jenis kelamin, penyakit sistemik dan pola makan. Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Rancangan penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini ditentukan secara systematic random sampling dan dilakukan proposional untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner food recall dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji spearman rank. Asupan protein yang kurang 52,0%, asupan protein cukup 16,0% dan asupan protein lebih 32,0%. Asupan zat besi kurang 98,7% dan asupan protein lebih 1,3%. Kadar hemoglobin normal 93,3% dan 6,7% tidak normal. Simpulan: hasil penelitian dengan uji spearman rank untuk asupan protein dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,138 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Untuk asupan zat besi dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,198 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Kata kunci: Asupan Protein, Asupan Zat Besi, Hemoglobin.
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN ALKOHOL TERHADAP DISFUNGSI EREKSI PADA SOPIR PEROKOK DI TERMINAL ANGKUTAN UMUM KAROMBASAN MANADO Rotinsulu, Irene M.; Turalaki, Grace L. A.; Rumbajan, Janette M.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11253

Abstract

Abstract: Consumption of alcoholic beverages in the world led to the deaths of more than 3.3 million people every year, or 5.9% of all deaths, if not preventable, the number of deaths will increase annually in line with the increasing number of drinkers. A smoker who consumes alcoholic beverages can cause a variety of health problems, one of which is erectile dysfunction. The purpose of this study was to find the effect of consumption of alcoholic beverages to the erectile dysfunction in smoker drivers. This study is an analytic survey with cross sectional approach. The study was conducted in Karombasan Public Transport Terminal from October 2015 to January 2016, with a population of 60 smoker drivers. The sampling of this study uses purposive sampling method to determine which sample meets the criteria. The number of samples obtained is 48 people. Erectile function was assessed using IIEF questionnaire (International Index of Erectile Function). This study showed that from 60 smoker drivers who consumes alcohol beverages, 80% of them had sustained erectile dysfunction with the degree of dysfunction at most is mild, i.e. 45%. This shows that there are significant effects of alcohol consumption on erectile dysfunction in smoker drivers with a value of p = 0.001 (p<0.05). It can be concluded that smoker drivers who consumes alcoholic beverages can significantly influence the occurrence of erectile dysfunction.Keywords: erectile dysfunction, consumption of alcoholic beverages, the driver smokersAbstrak: Konsumsi minuman beralkohol di dunia menyebabkan kematian lebih dari 3,3 juta orang setiap tahunnya atau 5,9% dari semua kematian, bila tidak dapat dicegah maka jumlah kematian akan bertambah setiap tahunnya seiring bertambahnya jumlah peminum. Seorang perokok yang mengkonsumsi minuman alkohol dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada tubuh salah satunya adalah disfungsi ereksi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman beralkohol terhadap disfungsi ereksi pada sopir perokok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional.Penelitian dilakukan di Terminal Angkutan Umum Karombasan Manado pada bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016 dengan jumlah populasi 60 sopir perokok.Penentuan sampel penelitian yaitu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik purposive sampling dan jumlah sampel yang didapatkan yaitu 48 orang.Fungsi ereksi dapat dinilai dengan menggunakan kuesioner IIEF (International Index of Erectile Function). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 sopir perokok yang mengkonsumsi minuman beralkohol didapatkan 80% mengalami disfungsi ereksi dengan derajat disfungsi paling banyak terdapat pada disfungsi ringan yaitu sebesar 45%. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konsumsi alkohol terhadap disfungsi ereksi pada sopir perokok dengan nilai p<0,05 atau p=0,001. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sopir perokok yang mengkonsumsi minuman beralkohol dapat berpengaruh signifikanterhadap terjadinya disfungsi ereksi.Kata kunci: disfungsi ereksi, konsumsi minuman beralkohol, sopir perokok
KADAR KLORIDA SERUM PADA LATIHAN FISIK INTENSITAS SEDANG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Johannes, Roy; Purwanto, Diana S.; Kaligis, Stefana H. M.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3589

Abstract

Abstract: Chloride as the major anion in the extracellular fluid plays a role in maintaining fluid and electrolyte balance. One of the factors that influence the levels of serum chloride is sweating during physical exercise. This study aimed to determine  the differenceof serum chloride levels before and after moderate intensity exercise in the students of Faculty of Medicine year 2010 Sam Ratulangi University. This is a pre-exsperimental research with pretest and posttest design with 30 students as samples. The samples were chosen using purposive sampling method and the results were analyzed using paired-sample t-test. The results showed the average levels of serum chloride before and after moderate intensity exercise are 106,10 mEq/L and 107,37 mEq/L while paired-sample t-test significance value (p) is 0,000. From the results can be concluded that there is a significant differences in serum chloride levels before and after moderate intensity exercise in the students of Faculty of Medicine year 2010 Sam Ratulangi University. Keyword: serum chloride, moderate intensity exercise, student of Faculty of Medicine Sam Ratulangi University   Abstrak: Klorida sebagai anion utama dalam cairan ekstraselular berperan dalammemelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar klorida serum yaitu keluarnya keringat saat melakukan latihan fisik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar klorida serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2010. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan pretest-posttest design, dengan jumlah sampel 30 orang. Sampel penelitian dipilih dengan purposive sampling dan dianalisis dengan uji t berpasangan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata kadar klorida serum sebelum melakukan latihan fisik intensitas sedang adalah 106,10mEq/L, sedangkan rata-rata kadar klorida serum sesudah melakukan latihan fisik intensitas sedang adalah 107,37 mEq/L. Nilai signifikansi uji t berpasangan pada penelitian ini adalah p=0,000. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kadar klorida serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas sedang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2010. Kata kunci: klorida serum, latihan fisik intensitas sedang, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
PENGARUH LATIHAN BEBAN PADA LANSIA TERHADAP KADAR TNF-α Kilapong, Russell B. J. D.; Supit, Siantan; Rampengan, J. J. V.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9337

Abstract

Abstract: In elderly, the biological function of the systems in human body will decrease. Physical exercise is a systematical and programmed exercise to increase the body function and skills. Overtraining will influence the inflammatory response marked by the release of proinflammatory cytokines inter alia TNF-α. This was an experimental study with a post test design. Respondents were elderly in Panti Werdha Bethania Lembean trained for physical exercise by using dumbbells of 1-2 kg for 10-15 minutes, 3 times a week. Of 25 respondents, before the physical exercise there were 4 respondents with TNF-α above normal level (>100 pg/ml) and 21 respondents within normal level (10-100 pg/ml). After the 5-week physical exercise, there were 21 respondents with decreased TNF-α level and 4 respondents with increased TNF-α level. Moreover, there were no elderly with TNF-α level <10 pg/ml before and after physical exercise. Conclusion: Among elderly in Panti Werdha Bethania Lembean the averages of TNF-α level before and after physical training were within normal limit. However, there was a decrease of the average level of TNF-α after physical training.Keywords: physical training, elderly, TNF-αAbstrak: Pada lanjut usia (lansia), setiap individu akan mengalami penurunan fungsi biologis dari berbagai sistem dalam tubuh. Latihan fisik merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam meningkatkan fungsional tubuh dan keterampilan. Latihan olahraga berat akan merangsang respon inflamasi yang ditandai dengan pelepasan sitokin pro-inflamasi antara lain TNF-α. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan post test design. Penelitian dilakukan terhadap lansia di Panti Werdha Bethania Lembean selama 5 minggu. Latihan beban 1-2 kg selama 10-15 menit dilakukan 3 kali seminggu. Dari 25 responden, sebelum latihan beban terdapat 4 orang dengan kadar TNF-α di atas batas normal (>100 pg/ml) dan 21 orang dalam batas normal (10-100 pg/ml). Setelah melakukan latihan beban terdapat 21 responden dengan penurunan kadar TNF-α dan 4 responden dengan kenaikan kadar TNF-α. Sebelum dan sesudah latihan beban tidak terdapat responden dengan kadar TNF-α <10 pg/ml. Simpulan: Pada lansia Panti Werdha Bethania Lembean rerata kadar TNF-α sebelum dan sesudah latihan beban masih dalam batas normal. Walaupun demikian, terdapat penurunan rerata kadar TNF-α sesudah latihan beban.Kata kunci: latihan beban, lansia, TNF-α
Efek pemberian metilprednisolon oral terhadap gambaran histopatologik hati tikus wistar (Rattus norvegicus) Rifaldi, Muhammad; Lintong, Poppy M.; Durry, Meilany F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14657

Abstract

Abstract: Drug-induced liver injury (DILI) is an adverse drug reaction which vary in its clinical manifestations, ranging from an asymptomatic increase in liver enzymes to fulminant hepatic failure. Several drugs can cause DILI, one of which is corticosteroid. Methylprednisolone (MT) is a kind of corticosteroid drug which is considered to be a safe drug and it is not believed to cause DILI and often used for the treatment of severe hepatitis. However, there are some reports of DILI in patients treated with high-dose MT. The objectives of this study was to determine the effect of oral administration of MT on liver’s histological changes of witar rats. This study was using 15 rats which were divided into 3 groups; 1 negative control group (group A) and 2 treatment groups (group B and group C). Group B was given a low-dose oral MT, 2 mg/day, while group C was given oral high-dose MT, 4 mg/day for 14 consecutive days. The results showed steatohepatitis features in both low-dose and high-dose MT administration groups. Histopathological features of both treatment groups are similar. Qualitatively, high-dose MT group showed worse histopathological features than the low-dose MT group. Conclusion: Administration of MT by 2mg/day and 4mg/day may induced steatohepatitis in wistar rat’s liver.Keywords: methylprednisolone, liver histopathological features Abstrak: Drug-induced liver injury (DILI) atau cedera hati akibat obat merupakan reaksi efek samping obat dengan manifestasi klinis yang beragam, mulai dari peningkatan enzim-enzim hati yang bersifat asimptomatik sampai dengan timbulnya gagal hati fulminan. Banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan DILI, salah satunya adalah golongan kortikosteroid. Metilprednisolon (MT) adalah obat golongan kortikosteroid yang dianggap sebagai obat yang aman dan tidak diyakini dapat menyebabkan DILI, bahkan sering digunakan untuk terapi pasien hepatitis berat. Akan tetapi, beberapa klinisi melaporkan kasus DILI pada pasien-pasien yang diterapi dengan MT dosis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian MT oral terhadap perubahan histologik hati tikus wistar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik menggunakan 15 ekor tikus yang dibagi dalam 3 kelompok; 1 kelompok kontrol negatif (kelompok A) dan 2 kelompok perlakuan (kelompok B dan kelompok C). Kelompok B diberikan MT oral dosis rendah sebanyak 2 mg/hari sedangkan kelompok C diberikan MT oral dosis tinggi sebanyak 4 mg/hari setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan gambaran yang sama secara mikroskopik pada kedua kelompok perlakuan yaitu terjadinya steatohepatitis. Tetapi secara kualitatif, kelompok tikus yang mendapatkan MT dosis tinggi memberikan gambaran histopatologik yang lebih jelek dibandingkan kelompok yang diberi dosis rendah. Simpulan: Pemberian metilprednisolon dosis 2mg/hari dan dosis 4 mg/hari dapat mencetuskan terjadinya steatohepatitis pada hati tikus wistar. Kata kunci: metilprednisolon, gambaran histopatologik hati
UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN GEDI (Abelmoschus manihot (L.) Medik) PADA MENCIT (Mus musculus) Pratiwi, Ristanti; Posangi, Jimmy; ., Fatimawali
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4601

Abstract

Abstract: The objectives of the research were to find out the analgesic effect of giving Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) leaf ethanol extract orally on the number of writhing after thermal pain induction of mice. This research using 15 mice which is divided into 5 groups consisted of 1 negative control group given by the aquades, 1 positive control group given by the tramadol, and 3 experiment groups. Experiment group given by Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) leaf ethanol extract with the doses which different each other, that is 30 mg/30 g BW, 60 mg/30 g BW and 120 mg/30 g BW. Thermal pain induction was done by placing the mice on hot plate constant temperature of 550C. The mice gave respond in the way of lick its foot or even jumping. The data was collected using table, graphic and analyzed using one direction ANOVA model and it was continued with LSD test to find out the difference every treatment group. The result of analysis showed that gedi’s leaf ethanol extract have the analgesic effect and the maximum effect presented at gedi leaf ethanol extract dosage 60 mg/30 g BW. Keywords: Gedi’s leaf, analgesic effect    Abstrak: Tujuan penelitan ini yaitu menemukan efek analgesik dari pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) peroral pada mencit yang kemudian diamati jumlah geliatnya setelah diinduksi panas. Penelitian ini menggunakan 15 ekor mencit yang dibagi 5 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol negatif yang diberi aquades, 1 kelompok kontrol positif yang diberi tramadol, dan 3 kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberi ekstrak etanol daun gedi dengan dosis yang berbeda-beda, yaitu 30 mg/30 g BB, 60 mg/30 g BB, dan 120 mg/30 g BB. Induksi nyeri berupa panas dilakukan dengan meletakkan mencit pada hot plate dengan suhu 550C . Mencit memberi respon berupa menjilat kaki dan atau melompat. Data disajikan berupa tabel, grafik dan menggunakan analisis statistik ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD untuk menemukan perbedaan dari setiap kelompok. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gedi memiliki efek analgesik dan efek maksimumnya didapatkan pada dosis 60 mg/30 g BB. Kata kunci: Daun gedi, efek analgesik
Hubungan antara Umur dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Lapangan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung Amin, Marsela D.; Kawatu, Paul A. T.; Amisi, Marsella D.
e-Biomedik Vol 7, No 2 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i2.24643

Abstract

Abstract: Work-related fatigue results in decrease of concentration during working. Factors that cause work-related fatigue are inter alia heavy-work activities, work and mental burdens, unergonomic workplaces or tools, lack of concentration resulting in mistakes, work-related stress, work-related illnesses, injuries, and workplace accidents. Field workers at PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung has a variety of works as well as nutritional status. This study was aimed to determine the relationship between age and nutritional status with work-related fatigue among field workers at PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung. This was an observational analytical study with a cross-sectional design. We used purposive sampling and obtained 50 workers as respondents. Data were analyzed by using the Spearman rank test. The results showed that the correlation between age and work-related fatigue obtained a p-value of 0.000 and an r-value of 0.683. Furthermore, the correlation between nutritional status and work-related fatigue obtained a p-value of 0.003 and an r-value of -0.418. In conclusion, there was a strong-positive relationship between age and work-related fatique; and a moderate-negative relationship between nutritional status and work-related fatique among field workers at PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung.Keywords: work-related fatigue, age, nutritional status Abstrak: Kelelahan kerja berdampak pada penurunan konsentrasi saat bekerja. Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja antara lain aktivitas berat, beban kerja dan mental, tempat kerja atau alat yang tidak ergonomis, kurang konsentrasi yang dapat berdampak terjadinya kesalahan, stres akibat kerja, penyakit akibat kerja, cedera, dan kecelakaan kerja. Pekerja lapangan di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan memiliki status gizi yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja lapangan di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 50 orang pekerja. Analisis data menggunakan uji Spearman Rank. Hasil pengujian terhadap hubungan antara umur dengan kelelahan kerja mendapatkan p=0,000 dan r=0,683. Selanjutnya, hasil pengujian terhadap hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja mendapatkan p=0,003 dan r=-0,418. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan positif kuat antara umur dengan kelelahan kerja, serta hubungan negatif sedang antara status nutrisi dan kelelahan kerja pada pekerja lapangan di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Bitung.Kata kunci: kelelahan kerja, umur, status gizi, pekerja lapangan

Page 4 of 88 | Total Record : 879