cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MENGENAI BAHAYA ALKOHOL DENGAN STROKE Khosuma, Edward; Kembuan, Mieke; Karema, Winifred
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1621

Abstract

Abstract.Stroke or brain circulatory disorders as a major problem in the field of neurology. Not only the number of events is increasing, but also that interfere kemungkinasekuel for a long time, and decreased morbidity and increased mortality. During this time, most people just assume that strokes only happen to people in adulthood or old. In fact, stroke can also occur in teenagers. This study aims to describe the level of knowledge of adolescents about the dangers of alcohol and stroke. This is a descriptive study using survey method.The sample were 81 adolescents aged 15-19 years, whose enrolling study at Kristen 1 Senior High School and Manado Internasional School.Datas were collected by questionnaire and short interview. There are 81% of samples at Sonder Christian Senior High School and 80% of samples atManado International Schoolknew the definition of alchohol. 88% of samples at Sonder Christian 1 Senior High School also 80% of samples at Manado International Schoolknew the definition of stroke.59% of sampelsat Sonder Christian Senior High Schooland 61% of samples at Manado International School knew alchohol was one of the cause in stroke incident.Conclusion: More than 50% of sampelsat both schoolscategorized in the group of people who knew the danger of alchohol in relation with stroke. Keywords: Adolelescents, knowledge, alchohol, stroke  Abstrak.Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan problem utama dibidang neurologi. Bukan hanya angka kejadiannya yang makin meningkat, tapi juga kemungkinan tersisanya sekuel yang menggangu untuk waktu yang lama, serta menurunnya morbiditas serta meningkatnya mortalitas. Selama ini, kebanyakan orang hanya menganggap bahwa stroke hanya dialami oleh mereka pada usia dewasa atau tua. Padahal, stroke juga bias terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja mengenai bahaya alkohol dengan stroke. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei.Sampel adalah 81 remaja berusia 15-19 tahun yang bersekolah di SMA Kristen 1 Sonderdan SMA MIS. Data didapatkan lewat kuesioner dan wawancara singkat. Sebanyak 81% siswaSMA Kr 1 Sonder dan 80% siswa SMA MIS Manado menjawab ya mereka tahu alkohol itu apa. 88% SMA Kr 1 Sonder dan 80% SMA MIS Manado menjawab mereka sudah tahu tentang stroke, dan 59% SMA Kr 1 Sonder serta 61% SMA MIS Manado sudah mengetahui bahwa alkohol merupakan salah satu penyebab stroke.Simpulan: lebih dari50% responden dikedua sekolah paling banyak dikategori ya mereka tahu mengenai bahaya alkohol dengan stroke. Kata kunci: Remaja, pengetahuan, alkohol, stroke
UJI EFEK EKSTRAK GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN Adeline, Friska; Wuisan, Jane; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7501

Abstract

Abstract: Epidemiological study in Manado indicated that the prevalence of Diabetes Melitus (DM) was 6.1%. It is necessary to do scientific assessment of the various species of plants which are thought containing medicinal substances (phytopharmaca). Based on the information from the people living in the subdistrict Pineleng Minahasa red gedi leaves (Abelmoschus manihot L.Medik ) can be used as herbal treatment for lowering blood sugar level. This study aimed to evaluate the effect of red gedi leaves extract in lowering blood sugar level on white male rat induced by aloksan. This study used 15 white male rats of Wistar strain with diabetic induced by 200 mg/kg BW aloksan intraperitoneal. The rats were randomly divided into 5 groups; each group were given aquadest 2,5 ml/ 200 g BW, insulin Novomix 0,9 U/Kg BW, red gedi leaf extract 1.25 mg/200 g BW, 2.5 mg/200 g BW, and 3.75 mg/200 g BW, once daily for 24 hours. Blood sugar levels were measured at 6th, 12th, 18th, and 24 th hours after treatment by using glucometer. The result showed that red gedi leaf extract can lower blood level in diabetic white male rat induced by aloksan.Keywords: red gedi leaf extract, blood glucose, aloksan, diabeticAbstrak: Pada penelitian epidemiologis di kota Manado didapatkan prevalensi penderita DM 6,1 %. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian ilmiah terhadap berbagai spesies tumbuhan yang diduga mengandung zat berkhasiat obat (fitofarmaka). Berdasarkan informasi masyarakat di daerah kecamatan Pineleng kabupaten Minahasa daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.Medik) dapat dimanfaatkan sebagai penanganan herbal untuk menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas ekstrak daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L. Medik) dalam menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Tikus galur Wistar sejumlah 15 dinduksi dengan aloksan intraperitoneal 200 mg/kg BB dan dibagi secara acak dalam 5 kelompok penelitian yaitu kelompok perlakuan dengan aquadest 2,5 ml/200 g BB, insulin Novomix 0,9 U / Kg BB, ekstrak daun gedi merah 1,25 mg/ 200 g BB, 2,5 mg/ 200 g BB dan 3,75 mg/ 200 g BB. Perlakuan diberikan satu kali sehari selama 6 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 2, 4 dan 6 setelah perlakuan menggunakan glukometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan.Kata kunci: ekstrak daun gedi merah, glukosa darah, aloksan, diabetes
Hubungan lingkar pinggang dengan frekuensi napas pada guru SMP Kristen Eben Haezar 1, 2, dan SMA Kristen Eben Haezar Manado Mogi, Jessica G.; Wungouw, Herlina I.S.; Polii, Hedison
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14612

Abstract

Abstract: Waist circumference is a simple method of measuring abdominal fat, which encompasses visceral and subcutaneous fat. Excessive abdominal fat in people with large waist circumference can compress the chest wall and diaphragm mechanically causing an inability of the lungs to expand optimally, which results in shallow and rapid breathing pattern. Teachers are among the high-risk groups to experience an increase in the waist circumference due to the sedentary work pattern. This was an observational study with a cross-sectional design. This study was aimed to obtain the correlation between waist circumference and respiratory rate in teachers. The results showed that there were 84 teachers of Eben Haezar Christian Junior High School 1, 2, and Eben Haezar Christian Senior High School Manado as subjects. Measurements of waist circumference and respiratry rate were performed on all subjects. It was found that the mean waist circumference of female teachers was 89.04 cm meanwhile of male teachers was 92.31 cm. The mean respiratory rate was 21 breaths per minute. The Pearson Bivariate Correlation statistic test showed that there was a significant positive moderate correlation between waist circumference and respiratory rate (r = 0.493; p < 0.05).Keywords: waist circumference, respiratory rate, teachers Abstrak: Lingkar pinggang merupakan suatu metode sederhana yang digunakan untuk mengukur lemak di bagian abdomen, meliputi lemak viseral dan lemak subkutan. Lemak abdominal yang berlebihan menekan dinding dada dan diafragma sehingga paru-paru tidak dapat mengembang secara optimal, menyebabkan pernapasan yang cepat dan dangkal. Guru merupakan kelompok yang berisiko mengalami peningkatan ukuran lingkar pinggang dikarenakan pola pekerjaan yang sedenter. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara lingkar pinggang dan frekuensi napas pada guru-guru. Jenis penelitian ialah observasional dengan desain potong lintang. Terdapat 84 subjek terdiri dari guru-guru yang mengajar di SMP Kristen Eben Haezar 1, 2, dan SMA Kristen Eben Haezar Manado. Pengukuran lingkar pinggang dan frekuensi pernapasan dilakukan secara langsung. Hasil penelitian mendapatkan rerata lingkar pinggang pada guru wanita ialah 89,04 cm dan pada guru pria 92,31 cm, dengan rerata frekuensi napas 21 kali per menit. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Pearson bivariat menunjukkan bahwa ukuran lingkar pinggang memiliki korelasi positif yang bermakna dan cukup kuat dengan frekuensi napas (r = 0,493; p < 0,05). Kata kunci: lingkar pinggang, frekuensi napas, guru
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE Mangayun, Novitasari
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4395

Abstract

Abstract: Identification is one of the most important examinations to determine somebody’s identity. Body length estimation is one of the parameter in forensic anthropology and helps establish a person’s biological profile. Body length can be estimated by long bones measurement, including femur. The objective of this study is to determine the correlation of body length and femur length on adult Sangihe in Madidir Ure. This study is an analytical descriptive using cross-sectional design. This study was conducted in Madidir Ure with a total of 94 subjects consisting of 56 males and 38 females. The samples were chosen with purposive sampling method and analysed with Pearson correlation and simple linear regression. The result showed strong correlation between body length and femur length, with value of  (r)  0537 in total subjects, 0,658 in males and 0,650 in females. Equations that were made from the result of simple linear regression are, Body length = 104,662 + 1,740 x femur length for males, body length = 104,298 + 1,410 x femur length for females and body length = 97,265 + 1,824 x femur length in total subjects. Keyword: Identification, body length, femur length, etnis Sangihe, Madidir Ure.   Abstrak: Identifikasi ialah pemeriksaan penting dalam menentukan kejelasan identitas seseorang. Pengukuran tinggi badan merupakan suatu parameter antropologi forensik dan membantu dalam membangun profil biologis seseorang. Tinggi badan dapat ditentukan dengan tulang panjang, termasuk tulang femur.Peneltian ini bertujuan untuk menentukan hubungan panjang badan dengan panjang tulang femur pada Etnis Sangihe di Madidir Ure. Penelitian ini merupakan penelitin deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional, penelitian ini dilakukan di Madidir Ure dengan sampel berjumlah 94 orang yang terdiri dari 56 orang laki-laki dan 38 orang perempuan. Sampel diambil dengan cara purposive sampling dan dianalisis dengan korelasi pearson serta analisis regresi linier sederhana, dan didapatkan hubungan yang kuat antara panjang badan dengan panjang tulang femur dengan koefisien korelasi  (r) keseluruhan adalah 0,537, pada laki-laki 0,658 dan pada perempuan 0,650. Dari hasil analisis regresi linier sederhana didapatkan rumus PB laki-laki = 104,662 + 1,740 x panjang femur, PB perempuan = 104,298 + 1,410 x panjang femur dan secara keseluruhan PB = 97,265 + 1,824 x panjang femur. Kata kunci: Identifikasi, Tinggi badan, panjang femur, etnis sangihe, madidir ure.
Pengaruh Kelebihan Berat Badan terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Rompis, Swens A.; Tendean, Lydia E.N.; Rumbajan, Janette M.
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.18769

Abstract

Abstract: Overweight men usually had abnormal hormone regulation that can reduce the quality of spermatozoa. This study was aimed to determine the effect of overweight on the spermatozoa quality of Wistar rats (Rattus norvegicus). This was an experimental study with a post-test only control group design. Dependent variable in this study was spermatozoa quality consisting of concentration, motility, and morphology, meanwhile the independent variable was overweight in Wistar rats. Subjects were 10 male Wistar rats divided into two groups: experimental group (P1), which was the group with overweight, and the control group (P0), the group with normal weight. Treatment was given for 50 days. Based on the statistical analysis performed, the results showed significant differences in concentration, motility, and morphology of the spermatozoa between the experimental group and the control group. For all spermatozoa quality parameters, the P-values were less than 0.05. Conclusion: Overweight affected the quality of Wistar rat spermatozoa.Keywords: overweight, spermatozoa quality Abstrak: Pada pria dengan kelebihan berat badan biasanya terjadi regulasi hormon abnormal yang dapat menurunkan parameter kualitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelebihan berat badan terhadap kualitas spermatozoa tikus Wistar (Rattus norvegicus). Jenis penelitian ialah eksperimental dengan post test only control group design. Variabel tergantung dalam penelitian ini ialah kualitas spermatozoa yang meliputi konsentrasi, motilitas, dan morfologi sedangkan variabel bebas ialah kelebihan berat badan pada tikus Wistar. Subjek penelitian sebanyak 10 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan (P1) yang merupakan kelompok dengan kelebihan berat badan dan kelompok kontrol (P0) yang merupakan kelompok dengan berat badan normal. Perlakuan diberikan selama 50 hari. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa kelompok perlakuan dan kontrol, dimana untuk semua parameter kualitas spermatozoa didapatkan nilai P <0,05. Simpulan: Terdapat pengaruh bermakna dari kelebihan berat badan terhadap kualitas spermatozoa tikus Wistar.Kata kunci: kelebihan berat badan, kualitas spermatozoa
Bakteri Resisten Merkuri Pada Urine Pasien Tumpatan Amalgam Poli Gigi Puskesmas Bahu Gagola, Ronald
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.3311

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Berbagai penumpatan yang ada, amalgam merupakan salah satu yang sering dipakai. Merkuri yang merupakan kandungan utama amalgam, merupakan logam berat alamiah yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Merkuri pada amalgam bisa terlepas ke cavum oral, diabsorpsi ke dalam saluran pencernaan, lalu diekskresi melalui urine. Diketahui ada bakteri yang resisten terhadap merkuri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui adakah bakteri yang resisten terhadap merkuri dalam urine. Metode Penelitian: Deskriptif eksploratif dengan mengambil sampel urin pada 5 pasien tumpatan amalgam poli gigi Puskesmas Bahu yang telah menggunakan tumpatan amalgam minimal 5 tahun. Kemudian diuji secara morfologi, fisiologi, dan biokimia di laboratorium bioteknologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Hasil: Dari berbagai uji yang dilakukan ditemukan 6 genus bakteri resisten merkuri yang bertahan sampai 40 ppm, yaitu Alcaligenes, Neisseria, Planococcus, Marinococcus, Streptococcus, dan Morococcus. Kata Kunci: merkuri, amalgam, bakteri, urineABSTRACTBackground: Amalgam is one of the most frequently used material in various existing dental restoration. The main composition of amalgam, mercury, is a heavy metal that can naturally be harmed for human health. Amalgam-mercury may expose to oral cavity, absorped in digestive tract, then excreted through urine. There are bacteria known as resistant to mercury. Therefore, researcher are interested to know is there any bacteria that are resistant to mercury in the human body through the urine. Research Methods: Descriptive explorative by taking urine samples from 5 patients amalgam restoration in dental clinic Puskesmas Bahu. The patients have used amalgam restoration at least for 5 years. Tests morphology, physiology, and biochemistry at the FMIPA Universitas Sam Ratulangi biotechnology lab. Results: The various tests show 6 genera of mercury resistant bacteria which survive up to 40 ppm, namely Alcaligenes, Neisseria, Planococcus, Marinococcus, Streptococcus, and Morococcus.Keywords: mercury, amalgam, bacteria, urine
Hubungan kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi Mantu, Billy G.; Wahongan, Greta J.; Bernadus, Janno B.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11056

Abstract

Abstract: Alergic Rhinitis (AR)is a global health burden and a big problem that can cause disability all over the world. AR prevalence in Asia today has increase approximately 45%, and occurs in poorest and develop country. House Dust Mite (HDM) can cause AR. That’s because HDM is prime allergen that live in dust and grow optimaly in 25-30ºC with humidty above 60%. 100-500 HDM expose is a risk factor for development allergic reaction. This study aimed to know the relationship between the density of HDM with the degree of AR. This was an observational-analitic study with a cross-sectional design. The results showed that the average of HDM in bedroom is 192, and 376 in lounge. There were 17 people that affect AR Intermittent and 13 people that affect AR persistent. For mild symptoms there are 25 people and for moderat-severe symptoms there are 5 people. Conclusion:There is no relationship about density of HDM with the degree of AR.Keywords: House Dust Mite, Allergic RhinitisAbstrak: Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global dan merupakan masalah besar yang dapat menyebabkan disabilitas di seluruh dunia Prevalensi rinitis alergi di Asia terakhir mengalami peningkatan yaitu sekitar 45% dan paling banyak di negara miskin dan berkembang.Salah satu penyebab rinitis alergi adalah Tungau Debu Rumah (TDR). Hal tersebut karena TDR merupakan alergen utama yang terdapat pada debu rumah yang ada dimana-mana, dan berkembang di tempat tidur, bantal, karpet, perabot rumah tangga dengan suhu 25°C-30°C, dan kelembaban tinggi >60%.Pajanan tungau sebanyak 100-500 tungau per gram atau 10 mg Der p 1 per gram debu merupakan faktor risiko terjadinya reaksi alergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional-analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi. Hasil penelitian memperlihatkan rata-rata jumlah kepadatan TDR di kasur sebanyak 192 tungau per gram debu., di sofa sebanyak 376 tungau per gram debu. Untuk derajat rinitis alergi yaitu Intermittent adalah sebanyak 17 orang responden (56,67%) dan Persistent sebanyak 13 orang responden (43,33%). Sedangkan untuk berat gejalanya yaitu ringan adalah sebanyak 25 orang responden (83,33%), sedang-berat adalah sebanyak lima orang responden (16,67%). Simpulan:Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan kepadatan tungau debu rumah dengan derajat rinitis alergi.Kata kunci: Tungau Debu Rumah, Rinitis Alergi
GAMBARAN DENYUT NADI PADA PEMAIN MUSIK DI TOMS YAMAHA MUSIC SCHOOL MANADO Sondakh, Jesica
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.3305

Abstract

Abstract: Music is a multidiscipline coordination of human mental physical action. Playing music will cause a variety of physiological reactions in the body. Systems in the human body run by the rhythms of the body regularly and follow a certain pattern so every sound and rhythm of the music to be heard by the human ear can affect the function of the physical anatomy of the body itself. Playing music including physical activity a person so when playing music will work a lot more heart and pulse rate will be fast. The pulse is the body’s physiological variables that describe the body in a state of static and dinamis. The pulse needs to know because it describes a person’s health condition, if it is too high or low may indicate a health problem. The study is based on observational cross sectional study design. The research sample is a music player with criteria were 30 people aged 11-30 years inclusive, playing music for 30 minutes while the study without stopping, and physically and mentally healthy. The results showed that after playing average music pulse on the subject of men and women has increased. Pulse frequency after playing a musical instrument drum for 30 minutes without stopping more increased than other music devices.Keywords: Playing music, PulseAbstrak: Musik merupakan multidisiplin ilmu yang mengkoordinasi aksi fisik-mental manusia. Bermain musik akan menyebabkan berbagai reaksi fisiologis dalam tubuh. Sistem dalam tubuh manusia dijalankan oleh irama tubuh yang teratur dan mengikuti pola tertentu sehingga setiap bunyi dan irama musik yang didengar oleh telinga jasmani manusia dapat mempengaruhi fungsi anatomi tubuh itu sendiri. Bermain musik termasuk aktivitas fisik seseorang sehingga pada saat bermain musik jantung akan bekerja lebih banyak dan denyut nadi akan semain cepat. Denyut nadi merupakan variabel fisiologis tubuh yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis dan dinamis. Denyut nadi perlu diketahui karena menggambarkan kondisi kesehatan seseorang, jika terlalu tinggi atau rendah dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan. Penelitian ini berdasarkan observasional dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian adalah pemain musik berjumlah 30 orang dengan kriteria inklusi berumur 11-30 tahun, bermain musik selama 30 menit saat penelitian tanpa berhenti, dan sehat jasmani dan rohani. Hasil penelitian menunjukkan setelah bermain musik rata-rata denyut nadi pada subjek laik-laki maupun perempuan mengalami peningkatan. Frekuensi denyut nadi setelah memainkan alat musik drum selama 30 menit tanpa berhenti lebih meningkat daripada alat musik lain.Kata kunci: Bermain musik, Denyut nadi
UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK KULIT BATANG POHON MATOA (Pometia pinnata) PADA MENCIT (Mus musculus) Lumintang, Rafly F.; Wuisan, Jane; Wowor, Pemsy M.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8620

Abstract

Abstract: Pain is an unpleasant sensation that derives from the complex neurochemical processes in the central and peripheral nervous systems. Side effects of drugs inter alia opioids and NSAIDs can cause serious disorders, therefore, it is necessary to find and develop other effective analgesic drugs with low toxicity. In Indonesia, matoa (Pometia pinnata) is known as a typical plant in Papua especially in West Papua. In some countries, parts of matoa plants are used as traditional medicine. This study aimed to determine the analgesic effect of matoa bark extract (Pometia pinnata) on mice Mus musculus. This was an experimental study. Nine male mice weighed 30 g were divided into 3 groups, each consisted of 3 mice. Group I, the negative control group, was given aquadest; group II, the positive control group, was given aspirin solution; and group III, the treated group, was given matoa bark extract. Analgesic effect was determined by counting the mice movements (licking their back legs or jumping) during 1 minute in a beaker with a temperature of 550C. The results showed that after 30 minutes the average number of movements of the treated group decreased from 22 times to 19.3 times, and continued to decrease until 1 movement after 120 minutes. Conclusion: Matoa bark extract showed analgesic effect on mice Mus musculus.Keywords: analgesic effect, matoa bark, miceAbstrak: Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang berasal dari proses neurokimia kompleks di sistem saraf pusat dan perifer. Opioid dan golongan AINS dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat; oleh karena itu, diperlukan obat analgesik yang efektif dengan toksisitas rendah. Di Indonesia, matoa (Pometia pinnata) dikenal sebagai tanaman khas Papua terutama Papua Barat. Di beberapa negara, bagian-bagian dari tanaman matoa telah digunakan sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik ekstrak kulit batang pohon matoa (Pometia pinnata) pada mencit Mus musculus. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Sembilan ekor mencit jantan dengan berat rata-rata 30 g dibagi atas 3 kelompok hewan uji yang masing-masing terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok I yaitu kelompok kontrol negatif diberikan akuades; kelompok II yaitu kelompok kontrol positif diberikan larutan aspirin; dan kelompok III yaitu kelompok perlakuan diberikan ekstrak kulit batang matoa. Efek analgesik berupa jumlah gerakan mencit selama 1 menit saat diletakan di dalam beker dengan suhu tetap 550C. Gerakan yang dihitung berupa gerakan menjilat kaki belakang atau meloncat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada menit ke-30 terjadi penurunan rerata jumlah respon gerakan mencit dari 22 kali menjadi 19,3 kali yang terus berkurang hingga menit ke-120 dimana hanya terdapat 1 gerakan. Simpulan: Ekstrak kulit batang pohon matoa memiliki efek analgesik pada mencit Mus musculus.Kata kunci: efek analgesik, kulit batang matoa, mencit
Gambaran eritrosit urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Sinaga, Gracia S.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14648

Abstract

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains a major global health problem and ranks as the second leading cause of death from an infectious disease worldwide. Anti-tuberculosis drugs, such as streptomycin and rifampicin are nephrotoxic. If the kidney function decreased, especially the glomerulus there can be found blood cells in the urine. A small number of erythrocytes may be found in normal urine, about 0-2 cells per HPF (High Power Field). But more than three erythrocytes per HPF is generally considered hematuria. This study aims to describe about how the urine erythrocytes in adult pulmonary tuberculosis patients at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Research design used is descriptive observational research. Samples were urine samples of all pulmonary tuberculosis patients that suit to inclusion criteria. This study was conducted from October to November 2016. The results of chemical urinalysis of urine erythrocytes are negative in 20 patients and positive in 10 patients, while the results of microscopic urinalysis of urine erythrocytes are normal in 26 patients and hematuria in 4 patients. Conclusion: Hematuria mostly found in males, age 56-65 years old, default tuberculosis type, the first category of anti-tuberculosis drugs, the duration of therapy about 3-4 months, and in patients with comorbid disease.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, hematuria Abstrak: Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian oleh penyakit infeksi di dunia. Obat anti-tuberkulosis seperti streptomisin dan rifampisin memiliki efek nefrotoksik. Apabila fungsi ginjal terutama glomerulus telah rusak maka dapat ditemukan adanya eritrosit dalam urin. Pada urin normal terdapat eritrosit sekitar 0-2 sel/LPB. Jika ditemukan 3 sel/LPB atau lebih, maka disebut hematuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran eritrosit urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional. Sampel penelitian adalah sampel urin sewaktu dari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan sejak Oktober-November 2016. Dari hasil pemeriksaan eritrosit urin secara kimia didapatkan hasil negatif pada 20 pasien dan hasil positif pada 10 pasien, sedangkan pemeriksaan mikroskopis eritrosit urin ditemukan hasil normal pada 26 pasien dan hasil hematuria pada 4 pasien. Simpulan: Hematuria didapatkan lebih banyak pada pasien laki-laki, pada kelompok usia 56-65 tahun, pada jenis kasus putus obat, pada jenis pengobatan kategori 1, pada lama pengobatan 3-4 bulan, dan pada pasien dengan penyakit penyerta. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, hematuria

Page 6 of 88 | Total Record : 879