cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
GAMBARAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA LAKI- LAKI USIA 40-59 TAHUN Djakani, Hindri; Masinem, Theresia; Mewo, Yanti M.`
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.1165

Abstract

Abstract: Glucose is a universal fuel of human cells and functions as a source of carbon for the synthesis of most of other compounds. Blood glucose level is used as a parameter of the successful metabolism in the body. In certain circumstances with respect to the blood glucose levels in the body, hypoglycemia or hyperglycemia can occur.  The aim of this study was to find out a profile of fasting blood sugar levels (FBS) in males aged 40-59. The method used was consecutive sampling with the number of subjects was as many as 46 males who lived in Malalayang Manado. Of the 46 subjects, there were three who did not meet the criteria. The results of this study showed that four subjects had low levels of FBS, four subjects had high FBS, and 35 subjects had normal FBS. Conclusion: In this study most males aged 40-59 years who lived in Malalayang Manado had normal fasting blood sugar levels. Key words: males, fasting blood sugar     Abstrak: Glukosa merupakan bahan bakar universal bagi sel-sel tubuh manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya. Kadar glukosa dipergunakan sebagai parameter keberhasilan metabolisme dalam tubuh. Dalam keadaan tertentu sehubungan dengan kadar glukosa di dalam tubuh, dapat terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar gula darah puasa (GDP) pada laki-laki berusia 40-59 tahun. Metode yang digunakan ialah consecutive sampling dengan jumlah subjek sebanyak 46 orang yang berdomisili di Kecamatan Malalayang Manado. Dari 46 subjek, terdapat tiga orang yang tidak memenuhi criteria. Hasil penelitian memeperlihatkan empat subjek memiliki kadar GDP rendah, empat subjek memiliki kadar GDP tinggi, dan 35 subjek memiliki GDP normal. Simpulan: Dalam penelitian ini sebagian besar laki-laki berusia 40-59 tahun yang berdomisili di Malalayang memiliki kadar gula darah puasa normal. Kata kunci: laki-laki, kadar gula darah puasa
UJI EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PETAI CINA (LEUCAENA LEUCOCHEPALA L) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIINDUKSI DENGAN ALOKSAN Utami, Mahesti; Wowor, Mona P.; Mambo, Christi
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.7408

Abstract

Abstract: Public believes that Lead Tree seeds (Leucaena leucochepala L) as a kind of medicinal plant that have capability of treating a lot of diseases, among them is diabetes. This study aimed to test whether the Lead tree seeds extract can reduce blood glucose levels of Wistar rats (R. norvegicus) which has induced alloxan. The subjects in these research were male wistar rat with total of 18 samples divided into six groups consisting of a negative control group and five groups induced by alloxan with dose 130 mg/kgBW of rat, which can cause wistar rats in hyperglycemic state. Hyperglycemic rats were given lead tree seed extract at a dose of 0,14 mg/200 gBW, 0,3 mg/200 gBW, and 0,6 mg/200 gBW, positive control group was given insulin analogue, and one group was given alloxan. Data obtained from the examination of blood glucose levels in all groups of Wistar rats on day zero, day one and day two every six hours on 0, 6, 12, 18, and 24. The results showed that giving lead tree seed extract does not have the effect to reduce blood glucose levels Wistar rats.Keywords: leucaena leucochepala L., lead tree seed, bood glucose level, alloxanAbstrak: Biji petai cina (Leucaena leucochepala L)diyakini masyarakat sebagai salah satu tanaman obat yang mampu mengobati berbagai penyakit, salah satunya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pemberian ekstrak biji petai cina dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar (R. norvegicus) yang diinduksi aloksan. Subjek penelitian berupa tikus Wistar jantan berjumlah 18 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok, terdiri atas satu kelompok kontrol negatif dan lima kelompok tikus Wistar yang diberi aloksan dengan dosis 130 mg/kgBB yang menyebabkan tikus Wistar dalam keadaan hiperglikemik. Tikus hiperglikemik diberi ekstrak biji petai cina dengan dosis 0,14 mg/200 gBB tikus, 0,3 mg/200 gBB tikus, dan 0,6 mg/200 gBB tikus, kelompok kontrol positif diberi analog insulin, dan satu kelompok hanya diberi aloksan. Data diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah pada semua kelompok tikus Wistar pada hari ke nol, pertama, dan kedua pada jam ke-0, 6, 12, 18, dan 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji petai tidak mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah tikus Wistar.Kata kunci: leucaena leucochepala L., biji petai cina, kadar gula darah, aloksan
Gambaran disfungsi ereksi pada pasien dengan benign prostatic hyperplasia (BPH) di Klinik Advent Tikala Manado Tawale, Michael B.; Tendean, Lydia; Setiawati, Lusiana
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14013

Abstract

Abstract: Erectile dysfunction (ED) is an inability to achieve an erection sufficient for intercourse with his partner which causes dissatisfaction for both of them. The etiology of ED is classified as psychogenic, organic, drug abuse, and also by post-surgery. Benign prostatic hyperplasia (BPH) is a disease caused by aging. BPH clinical signs usually appear in more than 50% of men aged ≥50 years. This was a survey-descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using purposive sampling technique. Respondents were patients at Efrata Adventist Clinic in Manado. The instrument in this study was modified IIEF-5 questionnaire. The results showed that based on the duration of BPH, respondents who suffered from BPH >3 years were as many as 75.0% and <1 year were 7.1%. Based on the ages, respondents of 61-70 years were 46.5 and of 41-50 years were 7.1%. The erectile dysfunction of respondents was classified as moderate 42.9%, mild-moderate 32.1%, severe 17.9%, and mild 7.1%. Conclusion: Most of the erectile dysfunction with BPH >3 years was classified as moderate.Keywords: erectile dysfunction, BPH Abstrak: Disfungsi ereksi (DE) yaitu suatu ketidakmampuan untuk mencapai ereksi yang cukup untuk melakukan senggama bersama pasangannya sehingga menimbulkan ketidakpuasan diantara keduanya. Etiologi DE diklasifikasikan menjadi psikogenik, organik, penyalahgunaan obat-obatan dan juga oleh pasca tindakan bedah. Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun ke atas. Jenis penelitian ialah survei deskriptif-observasional dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling pada seluruh pasien di Klinik Advent Efrata Tikala Manado. Variabel penelitian ialah pasien BPH di Klinik Advent Tikala Manado. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IIEF-5 yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian mendapatkan berdasarkan lama menderita BPH, responden yang menderita BPH >3 tahun sebesar 75,0%; 1-2 tahun sebesar 17,9%; dan <1 tahun sebesar 7,1%. Berdasarkan usia responden berusia 61-70 tahun sebesar 46,5% dan 41-50 tahun sebesar 7,1%. DE pada BPH paling banyak termasuk klasifikasi sedang (42,9%), diikuti ringan-sedang (32,1%), berat (17,9%) dan ringan (7,1%). Simpulan: Sebagian besar pasien DE dengan BPH >3 tahun termasuk dalam klasifikasi sedang. Kata kunci: disfungsi ereksi, BPH
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KADAR HS-CRP SERUM PADA MAHASISWA OBES DAN TIDAK OBES DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Aprilianti, Fajar; Kawengian, Shirley E.S.; Bolang, Alexander S. L.
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4355

Abstract

Abstract: Fat consumption is now a growing thing in the notice due to changes lifestyle. Excessive fat will increase the risk of obesity and accounted for heart disease. Fat is the most dense source of energy, which produces 9 kcal / gram with the the total dietary fat consumption which is good for health should be 20-30% of the total energy needs. High sensitive C-reactive protein (hs CRP) is a very sensitive test for the detection of cardiovascular risk, coronary heart disease (CHD). The objective of this study was to examine the association between dietary fat intake and levels of hs CRP among the medical students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado. This study was an analytical cross-sectional design, conducted in November - December 2012 with 59 respondents. Using the Mann Whitney test, the result showed that there was no difference in dietary fat intake of obes and non-obes (p = 0.85 > 0.05  with z =  -0,19). Levels of hs-CRP serum obes and non-obes showed that there was difference (p = 0.00 < 0.05 with z= -3,55). Spearman rank test, the result showed that there was no significant association between dietary fat intake and levels of hs-CRP among the medical students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. Manado (p = 0,61 > 0,05 with r = 0,06). Keywords: Dietary fat intake, hs-CRP levels, CHD, Obesity. Abstrak: Konsumsi lemak saat ini merupakan hal yang semakin di perhatikan karena perubahan gaya hidup. Lemak yang berlebihan akan meningkatkan obesitas dan menyumbang resiko penyakit jantung. Lemak menghasilkan 9 kkal/gram dengan konsumsi yang dianjurkan sebanyak 20-30% dari total kebutuhan energi. High sensitive-C reactive protein (hs-CRP) merupakan uji yang sangat sensitive  untuk mendeteksi resiko kardiovaskular,penyakit jantung koroner (PJK). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan antara asupan lemak dengan kadar hs CRP mahasiswa obes dengan tidak obes pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Desain penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. Hasil penelitian perbedaan asupan lemak obes dan non obes  menggunakan uji Mann Whitney dengan nilai p=0,85 >0,05 menunjukan tidak adanya perbedaan asupan lemak mahasiswa obes dengan tidak obes. Nilai p=0,00 < 0,05 menunjukan ada perbedaan kadar hs-CRP mahasiswa obes dan tidak obes. Uji Spearman rank dengan nilai p = 0,61 > 0.05 dengan nilai r = 0,06 menunjukan ada hubungan positif yang lemah tetapi tidak bermakna antara asupan lemak dengan kadar hs-CRP pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Asupan lemak, hs-CRP, PJK, Obesitas.
Hubungan Merokok dan Kadar Leukosit pada Perokok Kronik Sirih, Gabrielle E.; Engka, Joice N.; Marunduh, Sylvia M
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.18481

Abstract

Abstract: Smoking is one of the leading causes of health problems in the world. The World Health Organization (WHO) shows that Indonesia is in third place with the largest number of smokers that reached 146.860.000 inhabitants. In North Sulawesi, almost one-third of the population aged ≥10 years are chronic active smokers with the average number of cigarettes smoked 10 cigarettes per day. WHO classifies smokers into mild, moderate, and severe smokers. Some studies found that cigarette smoking could affect the values of various blood parameters. This study was aimed to determine whether there was a relationship between chronic smoking and leukocyte levels in adult smokers. This was an analytical descriptive study with a cross-sectional design conducted on 30 students of Mechanical Engineering Faculty of Sam Ratulangi University Manado. Data were statistically analyzed with Kruskal-Wallis test on leukocyte, basophil, eosinophil, stem neutrophil, and monocyte meanwhile the One Way Anova on neutrophil segments, and lymphocytes. The Kruskal-Wallis test and the One Way Anova obtained all P values >0.05. Respondents had average leukocyte counts and normal white blood cell differential counts. Conclusion: There was no significant relationship between smoking andd leukocyte levels in chronic smokers.Keywords: chronic smokers, leukocyte level, white blood cell differential count Abstrak: Merokok merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) menyebutkan Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah perokok terbanyak yang mencapai 146.860.000 jiwa. Untuk daerah Sulawesi Utara, hampir sepertiga penduduk berusia ≥10 tahun merupakan perokok aktif kronik dengan rerata jumlah rokok yang dihisap 10 batang per hari. WHO menglasifikasikan perokok menjadi perokok ringan, sedang, dan berat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rokok dapat memengaruhi nilai dari berbagai parameter darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara merokok dan kadar leukosit pada perokok kronik. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 30 mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado. Uji statistik Kruskal- Wallis dilakukan pada kadar leukosit, basofil, eosinofil, neutrofil batang, monosit sedangkan One Way Anova pada neutrofil segmen, dan limfosit. Baik pada uji Kruskal-Wallis maupun One Way Anova didapatkan semua nilai P >0,05. Responden memiliki rerata kadar leukosit dan hitung jenis leukosit yang normal. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara merokok dan kadar leukosit pada perokok kronikKata kunci: merokok kronik, kadar leukosit, hitung jenis leukosit
PENGARUH PEMBERIAN Lactobacillus TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS MUKOSA USUS HALUS TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINFEKSI DENGAN Escherichia coli Towoliu, Steviany
eBiomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.2.2013.5480

Abstract

Abstract: E. coli is part of the normal flora of the human and animal intestine and is commonly non pathogenic. However, one of the serotypes of this bacteria, which is enteropathogenic E. coli (EPEC), can cause primary infection on the intestine such diarrhea.  The growth of pathogenic bacteria in diarrheal patients can be inhibited by Lactobacillus.  Lactobacillus can function as probiotic which can affect the immune system of the digestive canals.  In addition, Lactobacillus also produce mucus  which can act as barrier to the pathogens.  The objective of this study was to reveal the effects of the administration of Lactobacillus on the microscopic features of the mucosa of the intestine of wistar rats infected by Escherichia coli.  This study was a laboratory experimental research employing 16 wistar rats divided into the control group (4 rats) and three treatment groups (12 rats) consisting of 4 rats each.  Results showed that; in group I the histological features were normal, in group II part of the epithelium of the mucosa showed erosion, dilatation of the capillary vessels, and many lymphosites were observed, in group III the epithelium of the mucosa was intact and the number of lymphosites was liitle, and in group IV the surface of the epithelium was intact, the presence of cell regeneration indicated by the increase number of goblet cells and a small number of  lymphocyes. Conclusions: The administration of after infection by E. coli has benefial effects indicated by the improvement of epithelial cells and the absence of denudation of the epithelium of the intestine. Keywords: E.coli, Lactobacillus, intestinal mucosa.   Abstrak: E.coli merupakan flora normal usus halus manusia dan hewan umumnya tidak menyebabkan penyakit.  Namun salah satu serotipe E.coli yaitu E.coli Enteropatogenik (EPEK) bersifat patogen dan dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare.  Pertumbuhan bakteri patogen pada pasien diare dapat dihambat oleh Lactobacillus. Lactobacillus merupakan probiotik yang akan mempengaruhi sistem imun saluran cerna serta memproduksi mukus yang berfungsi sebagai penghalang saluran cerna terhadap bakteri patogen.  Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian Lactobacillus terhadap gambaran mikroskopis mukosa usus halus tikus wistar yang diinfeksi dengan Escherichia coli.  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.  Subjek penelitian terdiri dari 16 ekor tikur wistar yang dibagi dalam kelompok kontrol (4 ekor) dan kelompok  perlakuan (12 ekor) dibagi dalam 3 kelompok masing-masing 4 ekor.  Hasil penelitian kelompok I dengan gambaran histologik jaringan usus normal, kelompok II sebagian epitel mukosa usus halus terlihat erosi,  ada pelebaran pembuluh darah kapiler, dan banyak limfosit, kelompok III dengan permukaan epitel mukosa yang utuh dan jumlah limfosit sedikit, dan kelompok IV dengan permukaan epitel yang utuh, adanya regenerasi sel ditandai dengan bertambahnya sel goblet, dan sedikit limfosit.  Simpulan: Pemberian Lactobacillus setelah diberikan E.coli memberi efek yang baik berupa perbaikan sel epitel permukaan dan tidak terlihat denudasi epitel permukaan usus halus. Kata Kunci: E.coli, Lactobacillus, mukosa usus halus.
Pengaruh Susu Kacang Kedelai (GLYCINE MAX (L.) MERR.) Terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Madianung, Valentine; Satiawati, Lusiana; Tendean, Lydia
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10864

Abstract

Abstract: The effects of soy beans on spermatozoa still been a controversial thing. Soy is one of the source of the Fitoestrogen because the structure isoflavon of soy is similar with the structure of estrogen molecule, so it can confound the balancial of hormone. Soy also as a source of protein that rich of amino acid arginin. The study was carried out to find the effects of soy bean milk on spermatozoa qualities. This experimental study was conducted to nine wistar rats weighing from 200 to 250 grams. These nine wistar rats were divide into 3 groups. Consists of control group (K) that did not gives the soy bean milk, the group 1 (P1) that gives the soy bean milk with dose 500mg/kg BB/day and the group 2 (P2) with dose 780mg/kg BB/day. Treatment carried out for 60 days. As a result, there is an improvement in consentration and morphology of spermatozoa which are statistically significant (p<0,05) in group 1 (P1) and group 2 (P2). Spermatozoa motility have a tendency to rise, but statistically meaningless (p>0,05). Conclusion: The higher dose of soy bean milk may rise the concentration, morphology and motility of spermatozoa wistar rats.Keywords: soy bean, soy bean milk, qualities of spermatozoa.Abstrak: Pengaruh kacang kedelai terhadap kualitas spermatozoa masih menimbulkan kontroversi. Kedelai merupakan salah satu sumber fitoestrogen karena struktur isoflavon kedelai mirip dengan struktur molekul estrogen sehingga dapat mengacaukan keseimbangan hormon. Kedelai juga sebagai sumber protein yang kaya akan asam amino arginin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari susu kacang kedelai terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar. Penelitian ini menggunakan 9 ekor wistar yang terbagi secara acak ke dalam 3 kelompok. Terdiri dari Kelompok kontrol yang tidak diberikan susu kacang kedelai, kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberi susu kacang kacang kedelai dengan dosis 500mg/kgBB/hari dan kelompok perlakuan 2 (P2) dengan dosis 780mg/kgBB/hari. Pemberian perlakuan berlangsung selama 60 hari. Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan konsentrasi dan morfologi spermatozoa yang signifikan secara statistik (p<0,05) antara kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2). Motilitas spermatozoa pada kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) mempunyai kecenderungan meningkat, tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Simpulan: Makin tinggi dosis susu kacang kedelai yang diberikan, dapat meningkatkan konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa tikus wistar.Kata kunci: kacang kedelai, susu kacang kedelai, kualitas spermatozoa.
UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica pepaya (L.)) PADA MENCIT (Mus musculus) Lasarus, Agnesi
eBiomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.2.2013.3244

Abstract

AbstractBackground : The natural medicine has been known and used throughout of the world for thousands of the years. One of them is papaya. efficacy papaya leave provide efficacy as fever, appetite enhancer, launsed menstruation and relieve pain. This study aims to determine whether the extract of papaya leaves have analgesic effects on mice by using the method of thermal stimulation.Methods : This study is an experimental study using nine mice. This animals were divided into three groups where each group consisting of three mice. Papaya leaves, tramadol, and aquades were give to each group as test substances and comparative solution. Observations were carried out for 1 minute using the method of thermal stimulation was a decreases of protection mechanism of the mice in of licking and or flicking responses after the administration of test substances.Results : There was a decrease of the response of mice to lick feet and or jump to the heat stimuli were given after administration of papaya leaf extract.Conclusion : The extract of papaya leaves has an analgesic effect on mice.Keyword : Analgesic, papaya leaf extract, heat stimulationAbstrakLatar Belakang: Tanaman obat sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu. Salah satu jenis tanaman obat yang sering digunakan yaitu pepaya. Khasiat daun pepaya memberikan khasiat sebagai penurun demam, penambah nafsu makan, melancarkan haid dan meredakan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgesik dari ekstrak daun pepaya pada mencit dengan menggunakan metode rangsang panas.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan 9 ekor mencit. Hewan ini dibagi dalam tiga kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 3 ekor mencit. Bahan uji yang dingunakan yaitu ekstrak daun pepaya, obat analgesik tramadol, dan aquades yang diberikan pada masing-masing kelompok. Pengamatan dilakukan selama 1 menit dengan menggunakan metode rangsang panas berupa penurunan respon menjilat dan atau melompat setelah perlakuan.Hasil: Terjadi penurunan respon mencit menjilat kaki dan atau melompat terhadap rangsang panas yang diberikan setelah pemberian ekstrak daun pepaya.Kesimpulan: Ekstrak daun pepaya memiliki efek analgesik pada mencit.Kata kunci: Analgesik, ekstrak daun pepaya, rangsang panas.
Profil Resistensi Antimikroba dari Flora Normal dalam Kavum Nasi Petugas Kamar Operasi Bedah Jantung dan Petugas Pasca Operasi Intensive Coronary Care Unit RSUP H. Adam Malik Medan Irma, Fani A.; Loesnihari, Ricke; Akbar, Nizam
eBiomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.7.1.2019.23535

Abstract

Abstract: Nosocomial infection often occurs in hospitalized patients due to microbial contamination. This study was aimed to obtain the profile of microbes in nasal cavities of hospital personnel by identification the microbial pattern, therefore, the microbial resistance to several antimicrobial groups could be determined. This was an observational analytical study with a cross sectional design. Subjects were hospital personnel at the Cardiac Surgery room and at the Intensive Coronary Care Unit (ICCU) room of H. Adam Malik General Hospital, Medan. Specimens of nasal cavity swabs were taken from all subjects, and then were cultured and tested for antimicrobial sensitivity. From 37 subjects, the most common bacteria found were S. epidermidis (40%), S. saprophyticus (21%), and S. aureus (12%). The antimicrobial susceptibility test showed that sufamethoxsazole had the highest resistance while erythomycin still had good sensitivity. At the ICCU room, amikacin showed better sensitivity than doxycyclin. Amoxiclav had the highest sensitivity, meanwhile from the floroquinolone class, norfloxacin had better sensitivity than ciprofloxacin. The microbes were still sensitive to cephalosporin class but were resistant to vancomycin. Conclusion: S. epidermidis, S. saprothyticus, and S. aureus were the most commonly found microbes in the nasal cavities of hospital personnel. The nasal cavity microbes were still sensitive to erythromycin, amikacin, amoxiclav, norfloxacin, and cephalosporin group.Keywords: nosocomial infection, nasal cavity, antimicrobial resistance, antimicrobial sensitivity Abstrak: Infeksi nosokomial sering terjadi pada saat pasien dirawat di rumah sakit akibat adanya kontaminasi mikroba yang berada di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola mikroba kavum nasi dari petugas rumah sakit melalui identifikasi mikroba sehingga dapat ditentukan pola resistensi mikroba terhadap berbagai macam golongan antimikroba. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah petugas di kamar operasi bedah jantung dan ruang pasca operasi ICCU di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengambilan spesimen swab kavum nasi dilakukan pada semua subyek, dilanjutkan dengan pembiakan serta uji resistensi antimikroba. Dari 37 subyek didapatkan bakteri terbanyak yaitu S. epidermidis (40%), diikuti oleh S. saprothyticus (21%), dan S. aureus (12%). Uji sensitivitas terhadap antimikroba lini pertama mendapatkan sulfametoksasol merupakan antimikroba yang paling tinggi resistensinya sedangkan eritromisin merupakan antimikroba yang masih baik sensitivitasnya. Untuk ruang ICCU, sensitivitas terhadap amikasin masih lebih baik dibandingkan doksisiklin. Amoksiklav merupakan antimikroba yang sensitivitasnya sangat baik, sedangkan dari golongan florokuinolon, norfloksasin memiliki sensitivitas yang lebih baik dibanding siprofloksasin. Golongan sefalosporin masih memiliki sensitifitas yang baik, sedangkan vankomisin sudah resisten. Simpulan: Bakteri terbanyak didapatkan dalam kavum nasi ialah S. epidermidis, S. saprothyticus, dan S. aureus. Antimikroba yang masih sensitif yaitu eritromisin, amikasin, amoksiklav, norfloksasin, dan golongan sefalosporin.Kata kunci: infeksi nosokomial, kavum nasi, resistensi antimikroba, sensitivitas antimikroba
Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi Kumesan, Okky; Ticoalu, Shane H.R.; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14619

Abstract

Abstract: Obesity is defined as abnormal or excessive fat accumulation which detrimental to health. In 2014, more than 1.9 billion adults are overweight and over 600 million of them are obese. Various methods of anthropometry can be used to determine the occurrence of obesity, these methods include measurement of body mass index (BMI), waist circumference, hip circumference, arm circumference and neck circumference, body mass index mostly used as an indicator of obesity to estimate the body fat composition. Based on research conducted by Lu et al in China, upper arm circumference has been one of the indicators to identify overweight and obesity in children aged 7-12 years. Objective: To determine the relation between upper arms circumference with obesity of students in Faculty of Medicine, Universitas Sam Ratulangi. Method: This research is descriptive analytic observational study conducted in February 2016. The samples were students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi, class 2013, 2014, 2015, who were eligible. The data was obtained by the measurement of upper arm circumference, weight, and height that used in the method of body mass index. Result: The samples in this research were 63 people consisting of 35 men and 28 women with an average age is 19 years old. On BMI measurements obtained an average male’s BMI is 29.8 kg/m2 and women’s BMI is 28.6 kg/m2. On the measurements of upper arm, the average male’s upper arm is 33,6cm and women’s upper arm is 30,7cm. Spearman correlation values between the Upper Arm Circumference and BMI for the all sample is 0,711. Conclusion: There is strong correlations between the Upper Arm Circumference (MUAC) with obesity that were measured with Body Mass Index (BMI).Keywords: obesity, body mass index, upper arm circumference, student Abstrak: Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan lebih dari 600 juta orang diantaranya mengalami obesitas. Berbagai macam metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya obesitas, metode-metode tersebut antara lain pengukuran indeks masa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar pinggul, lingkar lengan, serta lingkar leher, indeks masa tubuh merupakan indikator kegemukan yang banyak dilakukan untuk memperkirakan komposisi lemak tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lu dkk di Cina, lingkar lengan atas telah merupakan salah satu indikator untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada anak-anak usia 7-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkar lengan atas dengan terjadinya obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional analitik yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, angkatan 2013, 2014, 2015 yang memenuhi kriteria. Data penelitian didapatkan melalui pengukuran lingkar lengan atas, berat badan, serta tinggi badan yang digunakan dalam metode indeks masa tubuh. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 63 orang yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dengan rata-rata umur sampel 19 tahun. Pada pengukuran IMT didapatkan rata-rata IMT laki-laki 29,8 kg/m2 dan IMT Perempuan 28,6 kg/m2. Pada pengukuran LiLA didapatkan rata-rata LiLA laki-laki 33,6 cm dan LiLA perempuan 30,7 cm. Nilai korelasi Spearman antara Lingkar Lengan Atas dan IMT untuk seluruh sampel sebesar 0,711. Simpulan: Didapatkan hubungan yang kuat antara Lingkar Lengan Atas (LiLA) dengan obesitas yang diukur meggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)Kata kunci: obesitas, indeks masa tubuh, lingkar lengan atas, mahasiwa