cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 482 Documents
Community Structure of Pomacentridae fish in Coastal Waters on Malalayang Dua Village of Manado Gulf Valdino M E Rungkat; Jan FWS Tamanampo; Jhon L Tombokan
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 3 (2013): EDISI MEY - AGUSTUS 2013
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.3.2013.2570

Abstract

ABSTRACT This study was conducted to determine the species composition and commu-nity structure of Pomacentridae (relative density, diversity, dominance and even-ness of species). This research was conducted in waters of the Manado Bay, at Kelurahan Malalayang Dua shore, on August 14th, 2012. The studies was conduc-ted on 2 sites, one has 3 meters depth (01o27'40.5" NL 124o47'32.5" EL) and ano-ther at 10 meters depth (01o27'43.6" NL 124o47'27.8" EL). The results and analysis of data, the total number of species found at a depth of 2 points is 15 species, in which was found at a depth of 3 meters at a depth of 10 species and 15 species discovered 10 meters. The species most commonly found is Pomacentrus brachial and Dascyllus reticulatus. The highest relative density values at a depth of 3 meters is Dascyllus reticulatus (22%) and at depth10 meters is Pomacentrus brachialis (18%). Diversity index at 3 meters depth is 1.941 while at 10 meters is 2.326. The result showed that diversity of Pomacentridae is low at 3 meters depth and average at 10 meters depth which means moderate community hability. At both depths, there was no species dominance and the avenness was stable.   Keywords : Community Structure, Pomacentridae, Manado Gulf   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas ikan Pomacentridae (kepadatan relatif, keanekaragaman, dominasi dan kemerataan spesies). Lokasi penelitian di Teluk Manado, tepatnya di perairan depan Kelurahan Malalayang Dua. Penelitian dilakukan pada 2 titik kedalaman yaitu kedalaman 3 meter (01o27’40.5” LU 124 o47’32.5” BT) dan kedalaman 10 meter pada koordinat (01o27’43.6” LU 124 o47’27.8” BT). Metode yang digunakan adalah metode sensus visual, dengan penentuan jalur mengunakan penanda me-teran sepanjang 50 meter yang diletakkan di daerah terumbu karang yang sejajar garis pantai. Hasil penelitian dan analisis data, jumlah total spesies yang ditemu-kan pada 2 titik kedalaman adalah 15 spesies, di mana pada kedalaman 3 meter ditemukan 10 spesies dan pada kedalaman 10 meter ditemukan 15 spesies. Spe-sies yang paling banyak ditemukan adalah Pomacentrus brachialis dan Dascyllus reticulatus. Nilai kepadatan relatif tertinggi pada kedalaman 3 meter ada-lah spe-sies Dascyllus reticulatus 22% dan pada kedalaman 10 meter adalah Pomacentrus brachialis 18%. Indeks keanekaragaman pada kedalaman 3 meter adalah 1,941 sedangkan pada kedalaman 10  meter  dengan  nilai 2,326. Hal  ini  menunjukkanbahwa keanekaragaman ikan Pomacentridae pada kedalaman 3 meter adalah rendah dan pada kedalaman 10 meter keanekaragamannya adalah sedang dengan kestabilan komunitas sedang. Pada ke dua kedalaman ini tidak ada spesies dominasi dan kemerataannya adalah stabil. Kata kunci : struktur komunitas, Pomacentridae, Teluk Manado 1Bagian dari skripsi 2Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-UNSRAT
Study Of Fish Layang Otolith, Decapterus akaadsi, Abe 1958 from Amurang Bay Sandra Baweleng; Fransine B Manginsela; Joudy R.R. Sangari
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 6 No. 2 (2018): ISSUE JULY-DECEMBER 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.2.2018.20630

Abstract

Fish otolith is a product of biomineralization in the fish body. In several studies, otolith ha been used to estimate fish age that is a crucial parameter to describe fish population and sustainable management of the fish stock. Otolith occurs in all teleosts, i.e. sagitta, utrikulus, and lagena. Until now, the morphometric characteristics of Decapterus akaadsi, Carangidae, otolith have not been described yet, particularly its microstructure, such as length, width, area, perimeer, and biomineral element.The otolith of D. akaadsi was studied on sagittal pair samples (left and right) of 29 males and 22 females. The image of these otoliths was assessed using ImageJ application to describe length, width, perimeter, and area of the otolith. Total body length of D.akaadsi samples was found not significant to determine the major descriptor of the otolith. Morphomeric variations of length (2.24 mm) and width (5.26 mm) did not show difference between left otolith and right otolith as between male and female otoliths.Growth pattern analysis found t cal.  > t tab. meaning that males, females, and  male-female mixture had allometric growth.Keyword: scad, Decapterus akaadsi, otolith, morphometric, growth patten.ABSTRAKOtolith atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolith digunakan untuk mengestimasi umur ikan serta struktur. Otolith dimiliki oleh semua ikan teleost dengan tiga (3) organ otolith antara lain sagitta, utrikulus dan lagena. Hingga kini jenis Decapterus akaadsi family Carangidae, belum pernah diungkapkan karakteristik morfometrik otolithnya, demikian halnya dengan struktur mikro dari morfologi Panjang, lebar, area, keliling otolith dan elemen biomineralnya.Otolith ikan layang, Decapterus akaadsi telah ditelaah dari sampel pasangan otolith sagita (kiri dan kanan) sebanyak 29 ikan jantan dan 22 ikan betina. Citra foto otolith ini ditafsirkan dengan piranti ImageJ untuk mendeskripsikan panjang, lebar, perimeter, dan luas otolith Panjang total tubuh Decapterus akaadsi contoh ditemukann non signifikan menentukan descriptor utama otolith. Sementara variasi morfometrik panjang otolith (2,24 mm) dan lebar (5,26 mm) tidak menunjukkan perbedaan baik antara otolith kiri dan otolith kanan, seperti juga antara otolith dari ikan betina dan ikan jantan.Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan, uji t terhadap nilai b ikan layang, Decapterus akaadsi jantan memiliki t hit  > t tabe  maka dari itu H1 diterima (alometrik) dan betina t hit > t tabel serta gambungkan (jantan-betina) t hit > t tabel   dimana hipotesis H1 diterima (alometrik).Kata kunci: ikan layang, Decapterus akaadsi, otolith, Karaktistik Morfometrik, Pola Pertumbuhan
Coral Fishes in Coral Reef Waters of Sub District Maba, East Halmahera egency North Maluku Province Ari Rondonuwu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 2 No. 1 (2014): Edisi Januari - April 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.2.1.2014.4403

Abstract

This study aims to determine the distribution and abundance of reef fish in coral reef waters of Sub District Maba and was conducted at 10 stations. Data were collected by conducting visual census on the 50-meter transect line at 5 meters depth. In addition to revealing the number of species and abundance of coral fishes, data were analyzed to determine the diversity index (Shannon-Wiener). Based on field observations, most of the reef fishes  found in the Sub-district of Maba surrounding waters are being categorized to have less potential category (50%);  fair potential (41.67%); potential (8:33%); and  there is no population being classified in very potential category. Several locations have the potential reef fish condition were Jara-jara Cape, Gee Island, and Para-para Island.  Based on the existence of the target species population, in term of species richness and abundance, it is assumed that largely dominated by the target fish species that has low economic value. On the other hand target fish that has high economic value only consists of few species such as grouper, jacks, sweetlips, and snappers.   Keywords : coral fishes,  coral reef, sub district maba ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan ikan karang di perairan terumbu karang Kecamatan Maba. Penelitian dilakukan di 10 lokasi. Pengambilan data dilakukan dengan metode sensus visual pada transek garis sepanjang 50 meter, kedalaman 5 meter. Selain mengungkapkan jumlah spesies dan kelimpahan individu, analisis data diarahkan untuk mengetahui indeks keanekeragaman (Shannon-Wiener).  Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar sumberdaya ikan karang di wilayah Kecamatan Maba, telah masuk dalam kategori kurang potensial (50 %); cukup potensial (41,67 %); potensial (8.33%); dan tidak ada yang tergolong dalam kategori sangat potensial.  Lokasi-lokasi yang memiliki kondisi ikan karang yang potensial,  Tanjung Jara-jara, Pulau Gee, dan Pulau  Para-para. Keberadaan populasi spesies target, baik kekayaan spesies maupun kelimpahan individu, ternyata sebagian besar didominasi oleh jenis ikan target yang bernilai ekonomi/pasar rendah.  Beberapa jenis ikan yang memiliki nilai ekonimis penting ditemukan  seperti, kerapu, Sweetlips (bibir manis), Bobara, dan kakap. Keywords : coral fishes,  coral reef, sub district maba
The Distribution of Genus Favia (Oken, 1815) at the Reef Flats of Likupang Kampung Ambong Village Minahasa Utara . Reskiwati; Laurentius Th. X. Lalamentik; Unstain N.W.J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.22597

Abstract

Six species of Favia were found in this study i.e, Favia pallida (Dana, 1846), Favia speciosa (Dana, 1846), Favia favus (Forskål, 1775), Favia truncatus (Veron, 2000), Favia rotundata (Veron and Pichon, 1977) and Favia matthaii (Vaughan, 1918). The species with the highest percentage of coral cover was Favia pallida (0,386 %). The values of Dominance Index showed that there were no dominant Favia species on Kampung Ambong coral reef flats. Diversity Index (H’) of Favia was 1,47. There are two distribution patterns shown by Favia on Kampung Ambong coral reef flats area, which are clumped and uniformed.Keywords: Favia, Distribution  ABSTRAKDalam penelitian ini ditemukan 6 spesies karang genus Favia, yaitu Favia pallida (Dana, 1846), Favia speciosa (Dana, 1846), Favia favus (Forskål, 1775), Favia truncatus (Veron, 2000), Favia rotundata (Veron and Pichon, 1977) dan Favia matthaii (Vaughan, 1918). Spesies dengan persentase tutupan karang tertinggi adalah Favia pallida (0,37 %). Nilai Indeks Dominasi menunjukkan tidak ada spesies karang genus Favia yang dominan pada rataan terumbu Kampung Ambong. Indeks keanekaragaman karang genus Favia menunjukkan nilai H’ = 1,47. Terdapat dua Pola distribusi yang diperoleh dari karang genus Favia di rataan terumbu Kampung Ambong, yaitu mengelompok dan seragam.Kata Kunci : Favia, Distribusi
Growth Potential of Mangrove Crab (Scylla serrata) in Mantehage Island Waters, Bunaken National Park, North Sulawesi Joudy R. R Sangari; Boyke H. Toloh
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.13213

Abstract

Scylla serrata is one of the dominant muddy crabs caught in Mantehage Island coastal waters, North Sulawesi. The study was aim to determine the temporal distribution of S. serrata condition i based on carapace length - weight relationship and its condition factors. Data carapace width and weight of muddy crabs collected by enumerators from Oktober 2014 to April 2015. The results showed that b value of male (2.219 – 2.835) and female (1.264-2.352) were significantly different (P<0.05). Male and female crabs have a negative allometric growth pattern with b value of males tend to be larger than females. Range of values for K and Kn male crabs longer than females that male crabs tend to be fatter. Temporal distribution of this mangrove crab condition factors is assumed to be related with the reproductive cycle. The value is increasing since October to a peak season in January which estimated related to a peak of the muddy crabs spawning season in Mantehage Island coastal waters.   Key words: growth potential, Mantehage Island coastal waters, Scylla serrata _____________________________________________________________________ 1Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT A b s t r a k   Scylla serrata merupakan salah satu jenis kepiting bakau yang dominan tertangkap di perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pertumbuhan kepiting bakau ditinjau dari hubungan panjang karapas dengan berat. Data panjang karapas dan berat kepiting bakau dikumpulkan melalui nelayan setempat sebagai enumerator sejak Oktober hingga April  2015. Hasil menunjukkan nilai b antara kepiting jantan (2,219 – 2,835) dan betina (1,264 - 2,352) berbeda nyata (P<0,05). Keduanya memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b kepiting jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina. Kisaran nilai K dan Kn menunjukkan kepiting jantan lebih panjang dibandingkan betina sehingga kepiting jantan cenderung lebih gemuk. Sebaran faktor kondisi kepiting bakau diduga terkait dengan siklus reproduksinya. Nilai faktor kondisi meningkat sejak bulan Oktober 2014 hingga puncaknya pada bulan Januari 2015yang diduga pada saat tersebut merupakan puncak musim pemijahan kepiting bakau di perairan P. Mantehage. Kata kunci: potensi pertumbuhan, perairan P. Mantehage, Scylla serrata
Coral Fishes of Chaetodontidae in North Salawaty and South Batanta Districts, Raja Ampat Regency, West Papua Province Ari B. Rondonuwu; Lawrence J. L. Lumingas; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.15809

Abstract

The objective of this study was to examine the general condition of Chaetodontidae fish in North Salawati and South Batanta Districts, i.e. species composition and number of species, abundance and density of individuals, as well as ecological indices.  Data were collected by using Visual Census method with a 70 m-transect, width 2.5 m to the left and 2.5 m to the right. Therefore, the total area observed was 350 m2. This study found 6 (six) genera with 32 species and total abundance of 791 individuals, Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys and Forcipiger.  Based on number of species, the studied area had highly diverse coral fish species.  Chaetodon lunulatus and C. kleinii were the most species found with the highest number of individuals. Station KBS01 had highest number of species and individual abundance. Diversity index was 2 < H’ < 3 meaning that the coral fish communities in both districts were stable.Keywords : Coral Fishes, Chaetodontidae, Raja Ampat Island. Abstrak Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji kondisi existing ikan karang famili chaetodontidae di Kecamatan Salawati Utara dan Kecamatan Batanta Selatan, yaitu komposisi dan jumlah spesies, kelimpahan individu, dan indeks ekologi. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode Sensus Visual dengan panjang garis transek 70 m, lebar pengamatan 2,5 meter ke kiri dan 2,5 meter ke kanan.  Dengan demikian, luas areal pengamatan adalah 350 m2. Penelitian ini menemukan  6 (enam) genera dengan 32 spesies dan kelimpahan individu total 791 individu terdiri dari Chaetodon, Chelmon, Coradion, Heniochus, Hemitaurichthys dan Forcipiger dengan 32 spesies. Oleh Karena itu, wilayah ini  memiliki keanekaragaman jenis ikan karang yang tinggi dimana Chaetodon lunulatus dan C. kleinii  paling sering ditemukan dengan jumlah individu tertinggi.   Stasiun KBS01 memiliki jumlah spesies dan kelimpahan individu tertinggi. Nilai indeks keanekaragaman berada pada kisaran    2 < H’< 3 yang berarti bahwa komunitas ikan karang di kecamatan ini  dinyatakan stabil.  
Simbiosis Zooxanthellae dan Karang Sebagai Indikator Kualitas Ekosistem Terumbu Karang Unstain N W J Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 1 No. 1 (2012): (Edisi September - Desember 2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.1.1.2012.502

Abstract

TINJAUAN TEORITIS SIMBIOSIS ZOOXANTHELLAE DAN KARANG SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS EKOSISTEM TERUMBU KARANG   Unstain NWJ Rembet1   ABSTRACT   A symbiotic process between zooxanthellae and corals can support the adaptative factors in terms of natural vulnerability criteria. The proposed consideration are 1) the symbiosis between zooxanthellae and corals provides phenomenal contributions to coral evolutionary process and 2) the criteria used by Gomez and Yap have been merely based on live coral cover that is still becoming key tools for the evaluation of coral reef health status measure. These criteria have been weaker and weaker due to neglecting the feature of intra- and interspesific relationship in coral biota itself. Therefore, the use of zooxanthellae and coral symbiotic relationship is thought of being able to complete the coral reef quality evaluation since its information could address this relationship feature beside on the basis of response to environmental pressures.     Keywords : symbiotic, zooxanthellae, coral.   ABSTRAK Proses simbiosis antara zooxanthellae dengan karang dapat memberikan suatu support terhadap faktor penyesuai dalam hal ini dari segi kriteria kerentanan alami. Pertimbangan yang diajukan adalah (1) simbiosis antara karang dengan zooxanthellae memberikan konstribusi fenomenal dalam proses evolusi karang dan (2) kriteria yang dipergunakan saat ini dari analisis Gomez dan Yap hanya didasarkan atas tutupan karang hidup yang sampai sekarang menjadi acuan bagi evaluasi tingkat status kesehatan terumbu. Kriteria tersebut dipandang mengalami kelemahan karena mengabaikan sifat hubungan intra dan ekstraspesifik dari biota karang itu sendiri. Atas dasar hal tersebut, maka penggunaan hubungan simbiosis zoxanthellae dan karang dipandang dapat melengkapi evaluasi kualitas terumbu karang karena informasinya dapat menjelaskan sifat hubungan intra dan ekstra spesifik, disamping atas dasar respon terhadap tekanan lingkungan.     Kata kunci : simbiosis, zooxanthellae, karang.       1 Laboratorium Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, FPIK UNSRAT
The biodiversity of macroalgae in the coastal waters of Blongko Village, Sub-District of Sinonsayang, District of South Minahasa Kepel, Rene Charles; Mantiri, Desy M. H.; Rumengan, Anton; Nasprianto, .
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.19583

Abstract

This study was carried out in coastal waters of Blongko Vilage, Sub-District of Sinonsayang, District of South Minahasa with an objective of knowing the taxa composition of macroalgae through morphological studies. Data collection used exploring survey. Results found 14 species that consisted 8 species of green algae, 2 species of brown algae, and 4 species of red algae.Keyword: Macroalgae, Blongko.  Abstrak Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Blongko, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi taksa makroalga melalui pendekatan morfologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Survei Jelajah. Hasil penelitian menemukan 14 spesies, yang terdiri dari 8 spesies alga hijau, 2 spesies alga cokelat dan 4 spesies alga merah.Kata Kunci: makroalga, Blongko.
Some Biological Aspects of Freshwater Lobsters, Cherax quadricarinatus, in Ralik River of Southeast Minahasa and in Tondano Lake of Minahasa Rinaldi Kuhu; Rose O.S.E Mantiri; John L. Tombokan
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.21444

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between the length of weight, the growth patterns and the biological conditions of freshwater crayfish, Cherax quadricarinatus, in two different locations namely river and lake.  Sampling in Ralik river of Southeast Minahasa, used a sibu-sibu fishing gear (salapa) by traversing the river (opposite the current) from the point of the pick up location until the sampling point taken. As for sampling at Tondano Lake of Minahasa, it was carried out by buying directly from local fishermen who used bubu as a fishing tool. Furthermore, samples from these two locations were analyzed at the Freshwater Bioecology Laboratory of FPIK UNSRAT Manado.The results obtained from this study are the linear equation of the relationship of the length of weight in the river for male lobsters W = -1.761049+ 3.1153 log L, and W = -1.647836 + 2.957268 log L for female lobsters; in the lake W = -1,494 + 2,8495 log L for males and females W = -1,388 + 2,7198 log L. The growth pattern of male and female lobsters in river and males in the lake is isometric; whereas females in allometric lakes. The value of the biological condition of the river male losbters ranged from 0.90 to 1.14 with an average value of 1.004 ± 0.06, whereas in lake male lobster the value of the condition factor ranged from 0.83 to 1.23 with an average value of 1.004 ± 0.09. The value of the condition of river female lobsters with a range between 0.82-1.18 with an average value of 1.004 ± 0.89 and the condition factor of lake female lobsters ranged from 0.90 to 1.11 with an average value of 1.001 ± 0.06. This shows that the body condition of a fat lobsters were good enough. Keywords: Freshwater Lobster, Long-weight, Growth pattern, Factor of biological conditions. ABSTAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang berat, pola pertumbuhan faktor kondisi biologis dari lobster air tawar Cherax quadricarinatus di dua lokasi berbeda yaitu sungai dan danau. Pengambilan sampel di Sungai Ralik, Minahasa Tenggara menggunakan alat tangkap sibu-sibu (salapa) dengan cara menyusuri sungai (berlawanan arus) dari titik lokasi pengambilan sampai batas pengambilan sampel dilakukan. Adapun pengambilan sampel di Danau Tondano Minahasa, dilakukan dengan cara membeli langsung dari nelayan lokal yang memakai bubu sebagai alat tangkap. Sampel-sampel yang diperoleh selanjutnya dianalisis di Laboratorium Bioekologi Perairan Tawar FPIK UNSRAT Manado.Hasil yang didapat dari penelitian ini yakni persamaan linier hubungan panjang berat di sungai untuk jantan W = -1,761049+ 3.1153 log L, dan W = -1,647836 + 2,957268 log L untuk betina; di danau W = -1,494 + 2,8495 log L untuk jantan dan betina W = -1,388 + 2,7198 log L. Pola pertumbuhan lobster jantan dan betina di sungai dan jantan di danau adalah  isometrik; sedangkan betina di danau allometrik. Nilai faktor kondisi biologis lobster jantan sungai berkisar antara 0,90-1,14 dengan nilai rata- rata 1,004±0,06, sedangkan lobster jantan danau berkisar antara 0,83-1,23 dengan nilai rata-rata 1,004±0,09. Nilai faktor kondisi lobster betina sungai berkisar antara 0.82-1.18 dengan nilai rata-rata 1,004±0,89 dan lobster betina danau berkisar antara 0,90-1,11 dengan nilai rata-rata 1,001±0,06. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi badan lobster cukup baik. Kata kunci : Lobster air tawar, Panjang-berat, Pola pertumbuhan, Faktor kondisi biologis.
Study on Public Facilities Zone Development Strategy asTourism Support in Manado Bay Ronald S. A. Posundu; Rene Ch. Kepel; Stephanus V. Mandagi; Flora P. Kalalo; Carolus P. Paruntu; Winda M. Mingkit; Farnis B. Boneka
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.23404

Abstract

Four urban villages in the administrative area of Tuminting District, i.e. Sindulang Satu, Sindulang Dua, Bitung Karangria and Maasing based on North Sulawesi Provincial Regulation Number 1 of 2017 concerning Coastal Zone Zoning Plans and Small Islands (RZWP-3-K) of Prov. North Sulawesi 2017-2037, will be used as a location to establish tourism supporting infrastructures. The purpose of this study is to determine the key factors for the success of the strategy for public facilities zone construction in Manado Bay, by taking into account the environmental, economic and social aspects. The study was conducted from September 2018 to March 2019. Data collection was carried out through in-depth interviewing techniques to 15 key people selected based on pentahelix. Data analysis employed SWOT and Strategic Analysis and Choice (SAC) to determine the alternative strategy. The results found six priority strategies as follows: (1) synchronizing the regulations for Coastal Zone spatial planning, (2) evaluating the coastal spatial planning regulations with regional development planning documents, (3) conducting socialization for coastal communities, (4) increasing the prosperity through small-scaled fishermen empowerment ( 5) developing 3A (increase, accessibility, and amenity) to support the tourism by increasing tourists’ visit, and (6) Improving the quality of human resources.Key words: RZWP-3-K, Public Facilities Zone, Pentahelix, SWOT. ABSTRAKEmpat kelurahan yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tuminting yaitu: Sindulang Satu, Sindulang Dua, Bitung Karangria, dan Maasing berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Prov. Sulut Tahun 2017-2037, akan dimanfaatkan sebagai lokasi pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata. Tujuan penelitian ini untuk menentukan faktor-faktor kunci keberhasilan sebagai strategi prioritas untuk pembangunan zona fasilitas umum penunjang pariwisata di Teluk Manado, dengan memperhatikan aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial. Penelitian dilakukan dari bulan September 2018 sampai Maret 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara secara mendalam (in depth interview) kepada 15 key persons dipilih berdasarkan pentahelix. Metode analisis data untuk menentukan strategi alternatif dengan menggunakan SWOT dan Strategic Analysis and Choice (SAC). Hasil penelitian menunjukan ada enam strategi prioritas yaitu: (1) melakukan sinkronisasi peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang daerah pesisir, (2) melakukan sinkronisasi peraturan penataan ruang daerah pesisir dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah, (3) melakukan sosialisasi kepada masyarakat pesisir, (4) meningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan nelayan kecil, (5) meningkatkan 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) sebagai penunjang pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, (6) peningkatan kualitas sumber daya manusia.      Kata Kunci: RZWP-3-K, Zona Fasilitas Umum, Pentahelix, SWOT.

Page 2 of 49 | Total Record : 482