MUDRA Jurnal Seni Budaya
AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal will be able to vibrate the breath of art knowledge to its audience, both academics, and professionals. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches. SCOPE MUDRA, as the Journal of art and culture, is dedicated as a scientific dialectic vehicle that accommodates quality original articles covering the development of knowledge about art, ideas, concepts, phenomena originating from the results of scientific research, creation, presentation of fine arts, performing arts and new media from researchers, artists, academics, and students covering areas of study: Performing Arts: dance, puppetry, ethnomusicology, music, theater,performing arts education, performing arts management Fine Arts: fine arts, sculpture, craft art, fine arts education,fine arts management, including new media arts Design: interior design, graphic communication design, fashion design,product design, accessories and/or jewelry design Recording Media : photography, film, television, documentary, video art, animation,game Culture : linguistic, architecture, verbal tradition, as well as other communal tradition The object of research is explored in a variety of topics that are unique, relevant, and contextual with environmental and sustainability aspects, local wisdom, humanity and safety factors. In addition to that, the topic of research needs to be original, creative, innovative, excellence, and competitive.
Articles
12 Documents
Search results for
, issue
"Vol 31 No 2 (2016): Mei"
:
12 Documents
clear
Visualisasi Identitas Islam Dalam Komunitas Virtual Palanta Urang Awak Minangkabau
Elda Franzia;
Yasraf Amir Piliang;
Acep Iwan Saidi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.26
Palanta Urang Awak Minangkabau merupakan salah satu komunitas virtual masyarakat etnis Minangkabau yang terbentuk di jejaring sosial Facebook. Komunitas virtual ini terbentuk sehagai ruang berkumpul dan bercakap di dunia maya, yang diperuntukkan untuk memupuk persaudaraan bagi masyarakat Minangkabau di mana pun berada. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah atau adat yang berlandaskan agama Islam dan Al Qur’an dideklarasikan sebagai identitas etnis masyarakat Minangkabau. Sebagai identitas etnis, nilai-nilai Islami menjadi landasan kehidupan pribadi dan sosial. Penelitian ini clilakukan untuk memahami bentuk-bentuk visualisasi identitas Islam yang terwujud di ruang virtual khususnya dalam komunitas Palanta UrangAwak Minangkabau. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan cultural studies dan metode analisis semiotik. Penggunaan tanda-tanda visual menjadi wujud visualisasi identitas Islam dalam ruang virtual jejaring sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi virtual foto profil anggota komunitas Palanta Urung Awak Minangkabau, untuk mengidentifikasi identitas Islam yang muncul di dalam komunitas virtual tersebut. Hasil penelitian menunjukkan ragam tanda visual yang digunakan untuk membentuk identitas Islam melalui foto profil anggota komunitas virtual Palant Urang Awak Minangkabau di jejaring sosial Facebook.
Ragam Hias Beberapa Masjid di Jawa: Kajian Sejarah Kebudayaan dan Semiotika
Edi Sunaryo;
Nur Sahid;
Akhmad Nizam
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.27
Penelitian ini bertujuan mengkaji perkembangan transformasi bentuk ragam hias sejak Zaman Hindu-Budha hingga Zaman Islam di Jawa. Obyek penelitian ini berupa ragam hias yang ada di masjid Demak, Mantingan Iepara, Menara Kudus, dan Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Kajian ini menggunakan pendekatan sejarah kebudayaan dan semiotika. Pendekatan sejarah kebudayaan dipergunakan untuk mengkaji perkembangan ragam hias di keempat masjid. Sedangkan teori semiotika dipergunakan untukmenganalisis makna ragam hias. Ragam hias pengaruh Hindu - Budha menemukan bentuk ekspresinya di Jawa dan Bali, sedangkan seni Islam berkembang di daerah kekuasaan raja Islam di Sumatera, Jawa dan Madura. Seni Islam dibentuk dengan mengadopsi tradisi seni Indonesia Hindu yang disesuaikan dengan kebudayaan Islam pada Waktu itu. Kesenian Islam mendorong semakin subumya teknik penggayaan atau stilasi, dengan menghindari penggambaran obyek secara realistik. Kekayaan ragam hias, bentuk dan maknanya menjadi garda depan untuk mencari ciri khas bentuk kesenian Indonesia. Stilasi jika dimaknai sebagai pengalihan atau pengganti, maka cara ini sudah dilakukan sejak masa Hindu dengan paradigma ‘apa saja yang mempunyai persamaan sifat dianggap sama pula dalam hakekatnya‘.
Teori Adaptasi Sebuah Pendekatan dalam Penciptaan Film
Deny Tri Hardianto
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.28
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan ï¬lm-ï¬lm hasil adaptasi dari karya sastra (novel) dalammemikat hati penonton dan menguasai pasar perfilman dunia. Untuk itu perlu kiranya diketahui bagaimana teori adaptasi itu digunakan dan bekerja dalam mentransformasi struktur teks naskah menjadi struktur visual ï¬lm. Dari beberapa model adaptasi yang dikemukakan oleh para pakar, dapat diketahui bahwa adaptasi terhadap karya sastra (novel) menjadi film dapat dilakukan melalaui dua cara yaitu pertama, menitikberatkan pada kesetiaan (ï¬delity) pada sumber adaptasi; dan kedua, kontekstualitas-intertekstualitas sumber adaptasi.
Membangun Karakter Berbasis Pendidikan Seni Budaya di Sekolah
I Gusti Lanang Jelantik
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.29
Kajian pendidikan seni budaya dalam membangun karakter didasarkan atas pertimbangan bahwa Bali dikenal sebagai Pulau Dewata yang masyarakatnya memiliki peradaban tinggi dan berbudaya luhur yang berpedoman pada nilai»nilai Weda. Corak budaya yang khas ini menjadi pendukung pembangunan karakter peserta didik di sekolah. Namun sejalan dengan perkembangan jaman kadang mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan mentalitas akibat penurunan karakter sebagai masyarakat beradab. Karakteristik masyarakat seolah tercabut dari akar budayanya, indikasinya sering terjadi tinclakan kekerasan dan penyimpangan prilaku pada generasi muda. Karenanya pendidikan seni budaya menjadi sangat penting sebagai strategi kebudayaan untuk membentuk watak atau karakter peserta didik di sekolah dengan sistem pembelajaran yang diarahkan untuk mentrans/‘er of value, transfer of knowledge, dan transfer of training (skill) dalam mengembangkan berbagai potensi peserta didik atau daya cipta, karsa, dan karya yang menjadi inti proses budaya. Untuk meningkatkan kualitas system pembelajaran kegiatannya diarahkan berpusat pada peserta didik untuk meningkatkan kreatifitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, tolerensi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak atau karakter serta meningkatkan peradaban. Materi ajarannya banyak mengangkat muatan lokal atau kearifan lokal sehingga karakter yang terbentuk dapat menjadi pelestari, pencipta, dan pengembangan seni dan budaya. Untuk menguatkan karakter peserta didik sering dilakukan studi karya seni budaya dan praktek berkarya seni budaya,
Wayang Kulit Cenk Blonk Dalam Konteks Promo
I Made Marajaya
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.30
Penelitian ini mengkaji pertunjukan Wayang kulit Cenk Blank (WKCB) dalam konteks promo barang dan jasa di era globalisasi dari perspektifkajian budaya. Penelitian ini menyangkut realitas dan fenomena baru dalam kancah seni pewayangan Bali. Bahwasannya, pertunjukan wayang kulit yang tidak terikat oleh Pakem Pewayangan clan Dharma Pewayangan justru disukai oleh orang banyak. Keberanian dalang Nardayana mendekonstruksi unsur-unsur estetika pertunjukan Wayang kulit tradisional menjadi seni kemasan baru bergaya populer menyebabkan banyak pihak untuk tertarik mementaskannya dalam konteks promo barang danjasa. Adapun yang dibahas dalam penelitian ini ada dua hal yaitu : (1) Wujud WKCB dalam konteks promo barang dan jasa ; (2) makna WKCB dalam konteks promo barang dan jasa bagi masyarakat. Persoalan tersebut dibahas dengan menggunakan teori budaya populer, teori dekonstruksi, dan teori Wacana. Teori diaplikasikan secara eklektik dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya dan data diolah dengan metode analisis deskriptif kualitatif interpretatif. Penelitian ini mcnghasilkan wujud WKCB dalam konteks promo Telkomsel, promo Kopi ABC, Promo Sepeda Motor Yamaha, dan promo Obat Antangin JRG. Makna yang terkandung dalam penelitian ini yaitu makna sosial, makna ekonomi, makna iklan, dan makna hiburan.
Inovasi Bentuk Lukisan Wayang Kamasan
I Wayan Mudana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.31
Lukisan wayang Kamasan (LWK) merupakan seni tradisional yang tumbuh dan berkembang di Desa Kamasan, Klungkung, Bali, memiliki identitas sangat khas dan unik. Secara tradisi lukisan wayang Kamasan memiliki identitas yang sangat khas dan unik digunakan sebagai sarana persembahan dalam ritual agama Hindu. Kekhasan LWK terikat oleh pakem, nilai, norma, dan ketentuan yang bersifat mengikat dan baku, Sedangkan keunikannya, masih dikerjakan secara kolektif dan komunal dengan menggunakan bahan dan peralatan yang diambil dari alam serta diolah dengan teknik-teknik tradisional. Secara visual LWK juga memiliki estetika yang sangat artistik, di dalamnya terkandung nilai-nilai filsafat yang bersifat simbolik yang sering digunakan sebagai pencerahan dan bayangan dalam kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Pada perkembangannya LWK diinovasi menjadi seni kemasan pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hukum seni pasar, Keith Tester (2003) mengatakan; konsumen dengan kekuatan modal beserta agen-agennya sudah mampu mengatur dan mengendalikan pelukis untuk menciptakan produk-produk baru yang semu. Lebih lanjut, modal dapat digolongkan menjadi, modal kapital, modal simbolik, modal budaya, dan modal sosial.Fenomena lukisan Wayang Kamasan (LWK) sebagai seni kemasan pasar menarik untuk dikaji secara kritis dengan menggunakan pendekatan culture studies terfokus pada tiga masalah. Pertama, mengapakah terjadi inovasi pada lukisan wayang Kamasan? Kedua, bagaimanakah bentuk inovasi lukisan Wayang Kamasan sebagai seni kemasan pasar 7 dan Ketiga, bagaimanakah implikasi inovasi lukisan wayang Kamasan menjadi seni kemasan pasar di Klungkung Bali? Pengkajian terhadap masalah tersebut bersifat ekletik menggunakan teori praktik dengan rumus generatzf (habitus x modal) + ranah = praktik, teori komodiï¬kasi, dan teori estetika postmodern‘ Metode yang digunakan mengkaji penelitan LWK adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris dengan data wawancara secara mendalam, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut, Pertama, LWK sudah mengalami inovasi menjadi produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Faktor-faktor pendorong terjadinya inovasi, yaitu (1) motivasi ekonomi, (2) identitas diri, (3) kreativitas melukis (4) globalisasi, dan (5) pariwisata. Kedua, bentuk inovasi LWK berupa produk soevenir, yaitu berupa barang dagangan untuk didistribusikan ke pasar. Ketiga, implikasi dari inovasi LWK bersifat positif dan negatif. Sifat positif LWK dapat meningkatkan kesejahteraan, meluasnya distribusi dan konsumsi sosial, munculnya pelukis perempuan, dan berkembangnya industri kreatif. Sifat negatifnya, LWK yang bersifat simbolik diprofanisasi menjadi produk massa sehingga terj adi desakralisasi yang berimplikasi melunturnya nilai-nilai tradisi lokal dan berkembangnya industri kreatif di Klungkung Bali.
Karakteristik Visual Busana Kebaya Ibu Negara Indonesia
S Suciati;
Agus Sachari;
Kahfiati Kahdar;
Achmad Syarif
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.32
Busana Ibu Negara mempresentasikan citra perempuan Indonesia. Busana Kebaya Ibu Negara merupakan Busana Nasional yang keberadaannya sebagai salah satu identitas visual yang memiliki karakteristik tertentu sebagai identitas visual nasional. Tujuan penelitian ini, mendeskripsikan secara visual karakteristik Busana Kebaya Ibu Negara sebagai busana nasional. Metode penelitian historis (latar belakang budaya, pendidikan, dan lingkungan pergaulan) digunakan sebagai cara untuk mengungkapkan karakteristik Busana Kebaya Ibu Negara Indonesia. Kajian ini menunjukkan adanya karakteristik Busana Kebaya Ibu Negara yang meliputi hair do, make up, busana bagian atas (kebaya nasional), busana bagian bawah (kain panjang/kain tradisional daerah Indonesia), beserta pemakaian aksessories dan millincriesnya. Karakteristik Busana Kebaya Ibu Negara meliputi karakteristik bentuk ï¬sik, ragam hias, bahan, ukuran, dan cara pakai. Kesimpulan dari kajian ini adalah adanya pengelompokkan jenis busana kebaya dari berbagai busanakebaya yang popular di Indonesia, dan adanya ciri-ciri tertentu pada busana kebaya untuk Ibu Negara yang umumnya menunjukkan Busana Nasional perempuan Indonesia.
Diversiï¬kasi Bahan dan Teknik Penciptaan Perhiasan Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Gaya Hidup Masyarakat di Era Postmodern
I Ketut Sidaarsa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.33
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan baku baru yang dapat digunakan untuk memproduksi perhiasan. Pada konteks ini, diversifikasi bahan baku perhiasan dengan menggunakan kuningan telah menghasilkan perhiasan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam menciptakan produk kerajinan berupa perhiasan, ada tiga tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yakni tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Observasi lapangan dan eksperimen terhadap bahan baku dilakukan dengan tujuan mengetahui kebutuhan konsumen serta campuran yang tepat untuk menghasilkan perhiasan yang berkualitas. Harga perhiasan berbahan baku kuningan yang murah akhirnya menjadi pilihan bagi masyarakat, tidak saja masyarakat kelas menengah ke bawah, tetapi kelas atas pun menyukainya. Pada penelitian ini juga dipelajari jenis—jenis perhiasan yang beredar di pasaran serta yang paling diminati oleh konsumen. Berdasarkan temuan di lapangan, perhiasan jenis bros paling laris karena selain bentuknya yang relatif menonjoljuga karena aman karena tidak tersentuh kulit, dalam hal ini bros di pasang di baju. Memahami tingginya permintaan konsumen terhadap perhiasan berbahan baku kuningan, membuat pengrajin emas dan perak kini memproduksi perhiasan berbahan baku kuningan dengan teknik casting. Bahkan limbah kuningan yang di campur dengan kuningan murni pun bisa menghasilkan kualitas perhiasan yang bagus dengan campuran 1:10. Dengan demikian diversifikasiperhiasan berbahan baku kuningan tidak saja memberikan keuntungan bagi produsen, tetapi juga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk bergaya serta limbah kuningan yang diolah menjadi perhiasan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari logam.
Dimensi Ruang Dalam Karya Rupa (Studi Interdisiplin Terhadap Seni Instalasi Oksigen Jawa Karya Hanafi)
Acep Iwan Saidi;
Aminudin TH Siregar
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.34
Penelitian ini bertajuk Dimensi Ruang dalam Karya Rupa: Studi Interdisiplin Terhadap Seni Instalasi Oksigen Jawa karya Hanaï¬. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan metode interdisiplin. Cara kerja pendekatan dan metode tersebut adalah dengan memosisikan karya rupa (objek riset) sebagai artefak kebudayaan yang bersifat keseharian, yakni sebagai ekspresi yang renik dan kompleks. Berdasarkan sikap ini, objek dianalisis dengan menempatkan disiplin seni rupa dan desain sebagai basis ontologis yang didukung oleh berbagai disiliplin lain yang relevan. Dari model kerja demikian dapat ditemukan sebentuk rumusan yang menarik, antara lain, bahwa Oksigen Jawa adalah karya rupa multiperspektif yang dengan demikian juga menjadi multikode. Karya ini menjadi representasi dari upaya seniman untuk merangkai kembali narasi kebudayaan dan kemanusiaan yang sejauh ini telah terputus karena spesialisasi disiplin, Karya semacam ini tercipta dari seorang seniman yang memiliki kesadaran tentang sejarah, Sejarah dipahami sebagai kausalitas yang dengan begitu menjadi akar peradaban. Kehidupan manusia tidak pernah keluar dari benang merah sejarah sedemikian. Bonus demografidi masa depan, yang menjadi motivasi tematik penciptaan Oksigen Jawa, hanya akan tercapai jika pembangunan manusia hari ini dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai dan karakteristik masyarakat yang telah mengakar dari sejarah sebagai basis identitas.
Rekayasa Teknologi Pewarnaan Airbrush Untuk Peningkatan Kualitas Tekstil Menjadi High Fashion
Mursidah Waty;
H Hasmah;
H Hariana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 2 (2016): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v31i2.36
Tujuan jangka panjang penelitian ini menghasilkan bahan-bahan tekstil berkualitas high fashion dari rekayasa teknologi pewarnaaan airbrush pada bahan tekstil berkualitas rendah atau tekstil limbah. Guna peningkatan mutu produk serta seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahan dasar tekstil kulitas rendah atau tekstil limbah tersebut direkayasa menjadi produk baru dengan teknik pewarnaan airbrush. Teknik pewarnaan airbrush yang tadinya mempercantik tampilan di dunia otomotif, akan diaplikasikan pada bahan dasar tekstil tersebut sehingga menghasilkan bahan baku alternatif yang nantinya didesain berdasarkan kondisi bahan. Adapun metode yang dipakaiadalah eksperimen dan target khususnya adalah teridentifikasinya potensi—potensi daerah Gorontalo yang dapat dijadikan sumber-sumber ide baru penciptaan seni kriya serta terciptanya desainalternatif produk kriya tekstil dari hasil rekayasa tekstil. Untuk mencapai target tersebut,langkah nyata yang akan dilakukan adalah (1) eksplorasi dengan cara penggalian sumber—sumber ide baru dari berbagai produk kriya tekstil, melalui penelusuran data-data pustaka, data visual, dan data material, kemudian hasilnya digunakan sebagai dasar pembuatan dcsain; (2) perancangan yakni memvisualisasikan ide-ide kedalam bentuk desain atau gambar kerja;(3) perwujudan yaitu merealisasikan desain kedalam karya nyata dengan merekayasa tekstil berkualitas rendah atau tekstil limbah sebagai bahan utama berprospektif menjadi bahan high fashion yang berciri budaya Gorontalo.