cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
MEDIA MATRASAIN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 253 Documents
REKAYASA MATERIAL PLASTIK BANNER UNTUK TEKNOLOGI KULIT BANGUNAN (SECONDARY FACADE) Amijaya, Sita Yuliastuti
MEDIA MATRASAIN Vol 16, No 1 (2019)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit bangunan merupakan bagian terluar dari sebuah bangunan yang secara terus-menerus berinteraksi dengan kondisi iklim dan cuaca di lingkungan bangunan tersebut berdiri. Konsep secondary skin atau ‘kulit kedua’ pada bangunan tropis menjadi penting jika dikaitkan dengan fungsinya untuk mengurangi paparan langsung dari kulit luar bangunan terhadap kondisi di luar bangunan tersebut. Plastik banner merupakan material limbah bekas dari kegiatan promosi yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini penggunaannya masih terbatas dalam wujud yang masih sama dengan material dasarnya. Melalui inovasi dan teknologi, material tertentu dapat memberikan keuntungan, sehingga bahan banner bekas dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai material penutup untuk pembuatan secondary skin. Teknik pengolahan dipilih yang mudah dan ekonomis serta tidak memerlukan peralatan yang mahal. Penggunaan teknik tekan dingin dan panas dilakukan pada penelitian ini untuk membentuk modul lembaran sebagai bahan dasar kulit bangunan. Selain itu inovasi dalam desain dan bentuk juga merupakan aspek yang terkait dengan pemilihan teknik tekan yang sesuai, sehingga dibutuhkan maket model untuk mempertimbangkan aspek kemudahan pada rancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan metode dingin dan panas pada pelakuan material. Lembaran modul banner bekas ini akan diaplikasikan pada desain kulit bangunan yang bisa bergerak, sehingga memungkinkan untuk dirancang sebagai ‘kulit kedua’ pada fasad bangunan.
EKSPRESI BUDAYA PADA FACADE BANGUNAN TINGGI Study Kasus: Menara Da Vinci Siregar, Frits O. P.
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 3 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPencerminan ekspresi dimulai melalui kebudayaan. Rancangan bangunan primitip menampilkan bentuk-bentuk dan pola-pola berdasarkan pengertian mistik dan religius. Selanjutnya penerapan sisi religius pada perancangan bangunan mengalami perkembangan dan memberi pengaruh kepada kebudayaan lain. Arsitektur Yunani menyebarkan pengaruh kepada arsitektur Roma dan kemudian terhadap Renaisance dan seterusnya.Dalam cara-cara seperti inilah gaya kearsitekturan terbentuk.Gaya (style) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam suatu bentuk-bentuk yang dapat mengingatkan kepada suatu periode ataupun wilayah tertentu. Di Indonesia kelatahan ini telah terjadi dimana cukup banyak bangunan (terutama perumahan) yang mengikuti gaya klasik yang berasal dari Eropa yang sebenarnya tidak cocok untuk kondisi iklim di Indonesia yang tropis lembab.Sistem ekpresif dalam arsitektur merupakan salah satu metode yang digunakan para kritikus dalam membuat kritik interpretif pada suatu karya arsitektur.Salah satu sumber esensial kebudayaan barat adalah kebudayaan Yunani klasik dan untuk memahami manusia Barat beserta arsitekturnya adalah harus memahami tentang buah-buah pikir maupun seni Yunani klasiknya yang dimana salah satu bentuk ekspresinya adalah neoklasik.Fasade bangunan Menara Da Vinci mengekspresikan nuansa neo klasik terbagi dalam tiga bagian utama. Pertama base dari lantai 1 hingga 13, lalu body dari lantai 14 sampai 29 dan roof, yaitu kombinansi grand penthouse, royal penthouse dengan tiga kubah perunggu berwarna turquoise yang terinspirasi dari kubah Basilika St. Peter.Kata kunci; ekspresi, budaya, kebudayaan, neoklasik
DARI PUISI MENUJU RUANG DAN BENTUK : THE RITES OF THE BALI AGA (Metafora Konsep Desain Arsitektur melalui Telaah Strukturalisme-Semiologis Karya Sastra) Sihotang, Jonathan Hans Yoas
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur dan sastra memiliki kesetaraan sebagai sebuah produk budaya, yang karenanya, dapat saling memberikan inspirasi dalam proses kreasi meski berbeda wujud. Kesetaraan ini yang memungkinkan kita menggali ide ruang melalui karya lain, dalam hal ini karya sastra puisi sebagai pemampatan ide dalam bentuk karya tulisan. Melalui kanal metafora, sebuah karya sastra dapat ‘dibedah’ strukturnya untuk memberikan pengertian yang lebih dalam terhadap sebuah tulisan dan ide yang disampaikan, untuk kemudian sari dan strukturnya dijadikan sebagai inspirasi bagi karya lain tanpa perlu terjebak dalam kenaifan.Melalui sebuah studi kualitatif untuk melihat makna dan struktur penyampaian sebuah karya, maka perpaduan pendekatan strukturalis – semiologis dipakai sebagai alat analisa. Pendekatan strukturalis dipakai untuk melihat sesuatu sebagai sebuah struktur yang otonom, dan pendekatan semiologis dipakai untuk melihat tanda dan makna yang terkonvensi; sehingga  pembacaan sebuah karya, sebelum dipakai sebagai bahan metafora bagi karya lain, akan lengkap.The Rites of the Bali Aga, sebuah puisi karya sastrawan angkatan 60 Indonesia: Sitor Situmorang dipilih untuk dijadikan bahan kaji, setahun setelah kepergiannya. Karya ini erat dengan romantisme ‘place’ dan budaya lokal Bali meski disampaikan dengan bahasa Inggris, serta sarat dengan permainan kata yang kompleks namun tersaji dalam kesederhanaan struktur penyampaian, khas Sitor. Olahan struktur pikir dan makna ini diterjamahkan ke dalam konsep fungsi-bentuk, peruntukan bangunan, urutan ruang, irama, suasana, serta konsep artikulasi bentuk, sesuai analisa pembacaan puisi yang didapat.Dengan prinsip ‘memandang sesuatu sebagai sesuatu yang lain, dapat membuka kesempatan untuk memperkaya desain arsitektur tanpa harus terbelenggu fungsi semata serta tetap mengakar pada esensi. Pendekatan ini memanfaatkan kesetaraan produk budaya sebagai alat menggali ide dan menyampaikan makna.Kata Kunci: metodologi desain, metafora, strukturalisme, semiologi, sastra, konsep.
KLASIFIKASI RUANG TERITORI PUBLIK PADA RUMAH-RUMAH DI KAMPUNG JAWA TONDANO Studi Kasus di Lingkungan III Soukotta, Dwars; Waani, Judy O.; Rogi, Octavianus H.A.
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kampung Jawa Tondano memiliki permukiman yang unik dan berbeda dengan lokasi disekitarnya. Hampir sebagian besar rumah warga disana tidak menggunakan batas pekarangan yang tegas. Tujuannya agar hubungan silahturahmi selalu terjalin baik. Imbasnya warga bebas keluar masuk pekarangan yang bukan miliknya. Lantas, sebatas manakah warga mengelompokan ruang-ruang pada rumah mereka yang masuk teritori publik saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi ruang-ruang pada rumah warga di Lingkungan III Kampung Jawa-Tondano yang terkategori teritori publik saja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan rasionalistik. informan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kategori informan terdiri dari keluarga dan objek kasus. Jumlah informan sebanyak 11 kepala keluarga. Kasus objek dalam penelitian berjumlah 9 rumah. Sampel lokasi yakni lingkungan III. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah triangulasi, dimana teknik observasi menjadi teknik utama, sedangkan wawancara dan dokumentasi merupakan teknik pendukungnya. Teknik analisis data ialah memaknai hasil uji reflektif antara kerangka teoritik dengan pemaknaan indikasi empirik (Muhadjir, 1996). Ditunjang dengan kemampuan peneliti berargumentasi secara logik (Muhadjir 2002:80). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengklasifikasian ruang-ruang pada rumah warga menurut zona teritori publik  meliputi ruang teras depan, pekarangan/halaman rumah, warung dan toilet (KM/WC). Kata Kunci : Ruang, Teritori Publik, Keluarga
TUMATENDEN PARK. Sustainable Architecture Ferdine, Debora; Egam, Pingkan Peggy; Moniaga, Ingerid L.
MEDIA MATRASAIN Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah keberlanjutan (sustainability issues) telah merambah di semua bidang kehidupan manusia, dimana pada kenyataanya perancangan suatu bangunan sering sekali kurang memperhatikan keselarasan antara bangunannya dengan lingkungan alam sekitarnya baik dalam hal pemanfaatan sumber daya alam maupun dalam hal penggunaan teknologi yang tidak ramah terhadap lingkungan. Disamping itu, Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta keragaman budaya, ras, dan suku bangsa. Namun pada zaman modern sekarang, budaya yang mewujudkan identitas suatu daerah banyak yang telah ditinggalkan atau mengalami pengikisan seiring dengan berkembangnya zaman. Kabupaten Minahasa Utara adalah salah satu dari 15 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Utara yang memiliki potensi pariwisata dan budaya yang dapat dikembangkan, salah satunya yang terkenal adalah legenda Tumatenden. Namun, untuk fasilitas rekreasi berupa Taman (Park) tematik yang mengandung unsur budaya berupa cerita rakyat tersebut, masih belum ada untuk di kabupaten Minahasa Utara itu sendiri, sehingga keberadaan bangunan ini perlu untuk dihadirkan, dimana selain dapat meningkatkan tingkat pariwisata di Minahasa Utara, tetapi juga dapat digunakan sebagai wadah untuk mengangkat atau memberlanjutkan kembali identitas atau ciri khas yaitu Tumatenden yang ada di Minahasa Utara secara khusus kecamatan Airmadidi. Konsep Sustainable Architecture dirasa sangat cocok untuk diterapkan pada objek perancangan, dimana bukan hanya ingin menciptakan bangunan yang berkonsep alami namun juga dapat menjaga kelangsungan ekosistem, kelestarian alam serta tetap menjaga budaya yang ada agar tetap terus terjaga dari generasi ke generasi. Kata Kunci : Tumatenden Park, Sustainable Architecture
ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Tumimomor, Inggrid A.G.; Poli, Hanny
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 1 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTema bioklimatik merupakan salah satu langkah menuju ke arah yang lebih baik dan sehat, dengan menerapkan perancangan yang baik yang memiliki Keindahan/Estetika (venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari tahun 1990-an. Arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim. Arsitektur Bioklimatik merupakan pencerminan kembali arsitektur Frank Lloyd Wright yang terkenal dengan Arsitektur yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang di pentingkan tapi juga ketenangan, keselarasan, kebijaksanaan dan kekuatan bangunan sesuai dengan bangunannya. Dalam merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan desain bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat. Penghematan energi dengan melihat kondisi yang ada di sekitar maupun berdampak baik pada kesehatan. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak menkonsumsi energi. Kebutuhan energi perkapita dan nasional dapat di tekan jika secara nasional bangunan di rancang dengan konsep hemat energi. Selain itu yang dapat kita temui pada bangunan bioklimatik yaitu mempunyai ventilasi alami agar udara yang dihasilkan alami, Tumbuhan dan lanskap membuat bangunan lebih sejuk serta memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2, dan pelepasan CO2, demikian juga dengan adanya Solar window atau solar collector heat di tempatkan didepan fisik gedung untuk menyerap panas matahari. Maka muncullah desain yang benar2 menerapkan desain hemat energi. Tulisan ini merupakan perancangan yang tidak menyebabkan meningkatnya konsumsi energi dan kerusakan lingkungan, berupa polusi udara, polusi suara, melainkan menciptakan rancangan arsitektur yang ramah lingkungan serta arsitektur yang alami.Kata kunci: Bioklimatik, Ramah Lingkungan, Desain Arsitekur Alami
EKSPRESIONISME SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Supardjo, Surijadi
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekspresionisme sebagai aliran dalam seni memiliki paham: “Art is an expression of human feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Perintis aliran ini Benedeto Croce (1866-1952) menyatakan:  “Art is expression of impression” atau seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan, yaitu sebagai aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan kearah suasana emosional seniman seperti kesedihan, kekerasan, atau tekanan batin yang berat. Pelukisan obyek secara ekspresionis mengizinkan baik bentuk maupun warnanya diubah sehingga menunjang suasana yang dimaksudkan, dari pada menurut realitas yang semestinya. Arsitektur ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai cita-cita yang kompleks. Yang dicirikan sebagai irasional, emosional, antropomorfik, romantik dan monumental. Gerakan ini kerap diyakini sebagai ide ruang, dimana bagian-bagian utama dari komposisi arsitektural biasanya terdiri dari masa bangunan yang sifatnya sentral, dominan dan menjulang. Kata kunci: Ekspresi,  Emosional, Irasional.
REPRESENTASI RUANG TARI MAENGKET PADA DESAIN ARSITEKTUR MANADO ART CENTER Mangantar, Horalto V.; Waani, Judy O.; Sangkertadi, .
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian tesis desain ini bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu metode rancangan arsitektur berdasarkan Teori Dekonstruksi Derrida yang memandang struktur ruang sebagai sesuatu yang dinamis, yang harus selalu dibuka dan digerakkan menurut prinsip-prinsip differance, trace,dan decentring. Model penelitian perancangan ini adalah berdasarkan teori mediasi Hersberger (Lang,1987), yaitu dengan cara melakukan architectural meaning (pemaknaaan arsitektural) terhadap struktur ruang Tari Maengket kontemporer, dan selanjutnya pemaknaan tersebut direpresentasikan menjadi struktur ruang arsitektur, dan pengujian terhadap temuan metode ini dilakukan melalui rancangan objek arsitektur Manado Art Center.Melalui  penelitian ini penulis menemukan suatu metode rancangan arsitektur yang unik serta suatu rancangan arsitektur yang lebih kreatif dan dinamis karena didasari oleh suatu sistem berpikir yang menganalis struktur ruang secara lebih kreatif dan tidak konvensional.Temuan metode rancangan ini diharapkan menjadi pilihan yang lain bagi para arsitek, mahasiswa arsitektur, dan pelaku perancangan lainnya dalam melakukan praktik rancangan arsitektur. Kata Kunci: metode rancangan arsitektur, teori dekonstruksi Derrida, architectural meaning, struktur ruang, tari Maengket kontemporer
PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO Suryono, .
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakResiko kebakaran pada bangunan dan lingkungan di Indonesia umumnya masih relatif tinggi, bahkan kebakaran bangunan seringkali terjadi secara massal, karena penjalaran api dari bangunan satu ke bangunan di sekitarnya. Barang tentu menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa hilangnya harta benda, dokumen bahkan keselamatan jiwa.Peraturan tentang pencegahan  dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran kebanyakan membahas hal-hal yang sifatnya umum. Kondisi topografi di Manado dan Indonesia Timur pada umumnya merupakan perbukitan dan lembah, hingga kini nyaris belum dibahas. Penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau seberapa besar “pengaruh topografi pada kinerja pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan dan lingkungan di Kota Manado”.Fenomena pembangunan pada lahan dengan kemiringan diatas 30% masih terus berlangsung, padahal lahan tersebut seharusnya diperuntukkan bagi konservasi lahan. Walaupun aturanya sudah jelas, namun kenyataan di lapangan masih sering terjadi pelanggaran karena terbatasnya lahan yang datar. Pada lahan dengan kemiringan di atas 30%  diperkirakan besarnya resiko kebakaran lebih tinggi karena sulitnya akses mobil pemadam kebakaran untuk menjangkau lokasi tersebut karena jalan yang  terjal. Sedangkan pada lahan dengan range kemiringan 30 % hingga 0 %,besarnya resiko kebakaran lebih banyak disebabkan oleh kepadatan bangunan.Kata Kunci: topografi, resiko kebakaran, bangunan dan lingkungan
STRATEGI PENATAAN JALUR PEDESTRIAN PENGHUBUNG ANTAR SPOT WISATA DI KAWASAN PUSAT KOTA MANADO (BENTUK IMPLEMENTASI PENGELOLAAN URBAN TOURISM YANG RAMAH LINGKUNGAN) Christian, Petra
MEDIA MATRASAIN Vol 15, No 1 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata kota atau urban tourism merupakan salah satu bentuk wisata yang mulai banyak dikembangkan di kota-kota Indonesia, termasuk kota Manado. Dengan obsesi yang hendak menjadikan kota Manado sebagai kota destinasi wisata, berikut ditawarkan suatu bentuk implementasi pengelolaan urban tourism yang ramah lingkungan.  Dari banyak aspek yang berkaitan dengan hal tersebut, pemberdayaan jalur pedestrian penghubung antar spot wisata dikawasan pusat kota merupakan salah satu bentuk implementasi sederhananya. Selain memiliki peranan penting dalam mendukung mobilitas wisatawan, jarak antar spot wisata dikawasan kota yang rata-rata masih dalam jangkauan berjalan kaki merupakan modal dasar dalam memberdayakan dengan menata ulang jalur pedestrian.. Dengan metoda 4C sebagai kriteria dasar “living streets movement “ serta walkability analysis atau analisa kelayakan/kapabilitas suatu jalur pedestrian untuk dilalui; akan dilakukan studi untuk menggali strengths, weaknesses, opportunities, threaths kondisi eksisting jalur pedestrian. Melalui studi ini akan dirumuskan bentuk strategi yang terbagi dalam 4 kelompok yakni: (1) penggunaan strength untuk memanfaatkan peluang; (2) penanggulangan weakness dengan memanfaatkan peluang; (3) penggunaan strength untuk menghindari threats (4) meminimalkan weakness dan menghindari threats. Selanjutnya dengan rumusan strategi yang diperoleh, diharapkan dapat menjadi masukan bagi perumusan kebijakan secara spesifik pada penataan sistim pejalan kaki sebagai bentuk implementasi pengelolaan urban tourism yang ramah lingkungan.

Page 11 of 26 | Total Record : 253