cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
MEDIA MATRASAIN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 253 Documents
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MINAHASA MEMBANGUN RUMAH TINGGAL YANG HIJAU DAN NYAMAN Gosal, Pierre Holy
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Minahasa menempati rumah dalam berbagai bentuk dan jenis. Seiring perjalanan waktu, dan dengan semakin majunya teknologi terutama dalam teknologi informatika telah merembet jauh dalam pemikiran manusia sampai pada cara-cara membangun rumah baik model, penggunaan material dan cara membangun.  Sesungguhnya Masyarakat Minahasa memiliki kearifan dalam membangun rumah tinggal. Kearifan lokal ini pernah penurunan dijaman kolonial karena kesalah persepsi terhadap budaya Eropa, tetapi sekarang telah mulai menguat kembali serta tumbuh dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan kembali semakin digemarinya Rumah Kayu Minahasa dan produksinya meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir ini. Rumah kayu saat ini tidak lagi dianggap bangunan nomor 2 sesudah rumah beton tetapi rumah ini dilihat sangat seksi dan eksotik bila dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Kata kunci: kearifan lokal, minahasa, tradisional, rumah kayu, kenyamanan
PELESTARIAN LANSEKAP BUDAYA INDONESIA : MENDOKUMENTASIKAN LANSEKAP VERNAKULAR ETNIS MINAHASA DI WILAYAH PERDESAAN PESISIR PANTAI KECAMATAN KEMA, SULAWESI UTARA Wuisang, Cynthia E.V.; Rengkung, Joseph; Rondonuwu, Dwight M.
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 3 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji lansekap budaya etnis Minahasa, yang difokuskan pada permukiman masyarakat di wilayah perdesaan. Perdesaan di Tana Minahasa (The Greater Minahasa Region terdiri dari beberapa kabupaten seperti Kabupaten Minahasa Utara, kabupaten Minahasa Induk, Kabupaten Minahasa Selatan dan kabupaten Minahasa Tenggara) memiliki ciri dan karakter lokal yang unik dan bervariasi. Filosofi dan pandangan hidup masyarakat Minahasa telah berakar ratusan tahun dan di ekspresikan secara vertikal dalam  hubungan lansekap-manusia dengan Tuhan penciptanya, dalam hubungan horizontal dengan masyarakat lainnya  dan hubungan masyarakat dengan lingkungannya. Setiap desa memiliki perbedaan signifikan dalam budaya dan tradisi lokalnya yang tercermin dalam perilaku dan praktek hidup sehari-hari. Penelitian Lansekap Budaya khususnya lansekap vernakular  pada masyarakat Minahasa akan dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik lingkungan fisik dan originalitas perspektif /pandangan hidup masa lalu dan sekarang. Rekam jejak budaya Minahasa telah terdokumentasikan dalam berbagai arsip daerah, nasional dan internasional sejak pertama kali didatangi bangsa Eropa di abad 15 dan etnis Minahasa mengalami periodisasi perubahan budaya secara drastis sejak kolonisasi Belanda. Ancaman kehilangan identitas dan  tradisinya mendorong untuk dilakukan penelitian dengan menemukan kembali dan memperbaharui tradisi dan budaya asli yang pernah berkembang dengan menggali nilai-nilai tangible dan intangible dalam lansekap budaya pada masyarakat etnis Minahasa yang hidup pada jaman sekarang  melalui tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki. Riset dilakukan dengan pendekatan etnografi yang secara deskriptif mengkaji pola permukiman (desa)  dan ciri arsitektur vernakular yang masih bertahan hingga saat in. Penelitian ini juga menganalisis norma tradisional, kepercayaan dan nilai-nilai hidup yang mendukung praktek perencanaan, desain dan pengelolaan lansekap permukiman berdasarkan  konstruksi filosofi mempertahankan dan mengkonservasi lansekap budaya. Hasil riset membuktikan lansekap budaya Minahasa khususnya yang terdokumentasi di Kecamatan Kema masih bertahan dalam tekanan globalisasi dan modernisasi namun masih sangat membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Untuk itu perlu adanya pengelolaan Konservasi Budaya secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan.
SUSTAINABLE URBAN WATERFRONT REDEVELOPMENT : CHALLENGE AND KEY ISSUES Pramesti, Rochana Esti
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urban waterfronts as complex bioregions by nature and also socio-economical hubs by their history provide a real challenge for planning institutions in capturing and responding to the trends and dynamic of the development. In the perspective of being competitive, cities are exercising urban practises to attract investment and resources by rediscovering urban tradition and culture fundamental to build attractive urban identity. Tertiary industry including urban tourism is being developed in attractive and strategic places by revitalizing the city centre and the waterfronts.Understanding the challenge and key issues of urban waterfront redevelopment is crucial in the planning for sustainable future for the waterfront. This article descripts the challenge and issues found in the urban waterfront redevelopment; the problems that are integrally linked with the history of planning of the surrounding urban region, and the opportunity abound to be addressed as integral character of the city’s future growth. The approach to sustainable urban waterfront redevelopment differs from locale to locale, but the study cases show some challenge and key issues in the urban waterfront redevelopment are quite similar.Four cases of urban waterfront redevelopment plan located in Toronto Central Waterfront, Dalian Waterfront, Zanzibar’s Stone Town and Jakarta’s Waterfront are compared to understand the scope of the planning sector, the challenge characteristic to urban waterfront redevelopment, and the approach used in planning toward sustainable waterfront design. The objective of the case review is to find good examples of theory implementation : what are the destination of the future waterfronts, the planning approach and institutional and sectoral cooperations. The reason for choosing the cases is based on the difference of geographical location and culture, the difference approach and the possible difference of waterfront characteristic.  Zanzibar and Jakarta are located in developing countries and the two cases present a characteristic challenge; tackling urban problems including urban poverty as one of the main goals. Toronto and Dalian’s location in more developed world (Canada and China), provided some insight of difference and similarities with those in developing countries.The result shows that urban waterfront is indeed challenging environment where urban planning is constantly challenged by three pillar sectors; the economy, social and ecology. The evidence from case studies shows that major challenge found in the urban waterfront redevelopment should be addressed sustainably, requiring multi-sectoral and multi-scale institutional approach. Key issues and challenge in addressing urban waterfronts redevelopment include economic diversity, social identity, shifting land use made possible by urban policy, reconciling conflict of interests, local institutional capacity and the planning system and delivery mechanism implemented.Keywords : urban waterfront, sustainability, urban redevelopment, sustainable spatial planning
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Maria, Runtukahu Pricylia; Sangkertadi, .; Supardjo, Suryadi
MEDIA MATRASAIN Vol 15, No 2 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daya dukung lahan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah, agar mampu mendukung aktivitas pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. perbedaan daya dukung dan daya tampung adalah daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan sedangkan daya tampung merupakan kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energy, dan komponen lain. Perkembangan penduduk perkotaan atau wilayah di Indonesia yang sangat pesat sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang serius. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai daya dukung dan daya tampung lahan untuk mengetahui ketersediaan lahan efektif untuk mendukung lahan bermasalah yang ada di kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif  dengan melakukan analisis spasial. Sesuai dengan analisis tersebut, maka dalam  menganalisis daya dukung dan daya tampung lahan  dilakukan proses overlay atau tumpang tindih peta tematik untuk mengetahui daya dukung dan daya tampung, serta total luasan lahan efektif yang dimiliki tiap kelurahan yang ada di kecamatan Malalayang. Tujuan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya pemanfaatan lahan, sebaran fungsi lahan terencana dan tidak terencana dan mengetahui kapasitas dan kemampuan lahan dalam tingkat kelas lahan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, serta lahan efektif (daya dukung dan daya tampung) yang dapat direkomendasi untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya yang ada di kecamatan Malalayang. Kata Kunci : Daya Dukung Lahan, Daya Tampung Lahan
ARSITEKTUR MODERN RETRO Kuta, Mirza A. P.; Rengkung, Michael Moldy
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 1 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakBagi sebagian orang, masa lalu menarik perhatian untuk dikenang dan ditampilkan kembali. Fenomena mengulang trend yang lalu atau disebut dengan Retro menjadi bagian aplikasi dari desain rancangan pada masa kini.Dalam hal ini Retro yang merupakan produk masa lalu diasimilasikan dengan kebaruan yang merupakan produk kontemporer, tidak hanya mengusung semangat eklektik, revival, historisisme, rekonstruksi, dan duplikasi namun juga retro merupakan sinergi unik untuk menarik perhatian.Tulisan ini menyoroti tentang retro atau pengulangan yang dihadirkan kembali dalam era modern ini, yang beragam defenisinya baik sebagai bagian dari masa lalu maupun sebagai gejolak kreatif di era pasca modernisme. Modern Retro dapat didefenisikan menjadi beragam makna, member defenisi baru, menunjukkan nilai baru dengan meperbaiki yang lama, memulihkan dari konsep semula.Kata Kunci: Retro, Modern, Post-Modernisme
TEORI MAKNA LINGKUNGAN DAN ARSITEKTUR Waani, Judy O.
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya memahami makna, merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan tidak terkecuali, arsitektur dan lingkungan. Pengertian makna menurut ilmu komunikasi yaitu proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Menurut Spradley (1997) makna adalah menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat. Berbeda dengan pengertian di atas, Prieto (dalam Martinet, 2010) menyatakan bahwa makna adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal diantara sang emisor dan reseptor ketika tindakan semik sedang berlangsung. Dalam pandangan yang lain, menurut Eco (1976), makna adalah sebuah wahana tanda (sign-vechicle) adalah satu kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lain serta, secara semantik mempertunjukkan pula ketidak-tergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya.  Ogden dan Richard (dalam Leech, 2003) menyatakan bahwa terdapat dua puluh dua definisi tentang makna, beranjak dari titik tolak non-teoritis atau yang teoritis. Beberapa di antaranya adalah (1) suatu sifat intrinsik; (2) kata-kata lain yang dihubungkan dengan sebuah kata dalam kamus; (3) konotasi suatu kata; (4) tempat sesuatu dalam sistem; (5) akibat praktis dari suatu hal di dalam pengalaman untuk masa depan; (6) sesuatu yang benar-benar diacu oleh pemakai lambang; (7) sesuatu yang oleh penafsir lambang: (a) diacu; (b) diyakini bahwa ia sendiri mengacu padanya dan (c) diyakini bahwa pemakai mengacu padanya. Oleh sebab itu, uraian tentang makna, akan difokuskan pada makna lingkungan dan makna dalam arsitektur. Dalam skala ruang, arsitektur adalah bagian dari lingkungan. Keduanya dalam pembahasan ini, saling melengkapi untuk mendapatkan pembahasan yang mendalam tentang makna. Kata kunci: makna, lingkungan, arsitektur
Pedoman Penulisan Ilmiah Suryono, .
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR MENARA MASJID SEBAGAI SIMBOL ISLAM DARI MASA KE MASA Sutrisno, Anjar F.; Prijadi, Rachmat
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menara Masjid merupakan bangunan yang tinggi menjulang keatas yang merupakan simbol dari peradaban Islam yakni sebagai penanda kehadiran dan keberadaan Islam di suatu tempat. Sebagai bagian dari simbol peradaban, menara dibangun oleh umat Islam karena memiliki fungsi yang amat penting, yakni sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Secara umum terdapat lima bentuk dan gaya menara masjid yaitu menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder. Sedangkan tipe ciri – ciri menara yang ada di Indonesia antara lain, Menara dengan gaya menarakulkul Bali, Menara yang mendapat pengaruh Portugis, Menara yang mendapat pengaruh Belanda dengan bentuk seperti mercusuar, Menara yang mendapat pengaruh gaya Hadramaut (Arab), dan Menara yang mendapat pengaruh India.Kata Kunci : Menara, Masjid, bentuk.
PENDEKATAN DESAIN BERKELANJUTAN PADA PERUMAHAN KOTA DI INDONESIA ‘FOR BETTER ENGINEERING’ Warouw, Fela
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan perumahan kota di Indonesia merupakan potensi utama pengembangan desain berkelanjutan. Adaptasi bangunan yang dilakukan secara swadaya oleh pemakai perlu di kelola dengan penerapan sistem bangunan yang tepat.  Konsep adaptasi dalam desain perumahan kolektif seperti rumah susun sederhana merupakan upaya untuk memperpanjang masa pakai bangunan disamping menjaga keberlanjutan komunitas. Sistem bangunan dan industry komponen perumahan yang tepat tidak hanya meningkatkan kualitas hunian dalam jangka panjang, tetapi juga memenuhi kebutuhan penghuni, termasuk penciptaan lapangan kerja lokal dalam lingkungan perumahan. Pendekatan konsep open building pada desain perumahan kolektif mendukung berkembangnya industry konstruksi berkelanjutan for better engineering. Kata kunci : Desain Berkelanjutan, Perumahan Kota, Pemberdayaan Masyarakat, Adaptasi Bangunan
KAJIAN TATA RUANG WILAYAH PESISIR KOTA MANADO MENGHADAPI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL Poli, Hanny; Tinangon, Alvin Jantje
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 1 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenataan ruang kawasan pesisir pantai perlu mendapat perhatian mengingat akan keberlanjutan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan kawasan pesisir yang tidak terkendali adalah sebagai salah satu unsur penyebab terjadinya pemanasan global, yang berdampak pada peningkatan suhu udara maupun perairan didalam kota dan sekitarnya. Visi Kota Manado sebagai Kota Ekowisata maka perlu diperhatikan dalam pembangunannya yang cukup pesat dan perlu dikendalikan untuk mencapai keseimbangan lingkungan. Ruang kawasan pesisir perlu ditata agar dapat dipelihara sehingga memberikan dukungan yang nyaman terhadap manusia serta mahluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya secara optimal. Ratifikasi Protocal Kyoto oleh beberapa negara adalah juga sebagai upaya untuk mengurangi sebab-sebab pemanasan global dengan mereduksi pelepasan gas-gas rumah kaca. UU no 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. UU no. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatur besarnya prosentasi Ruang Terbuka Hijau pada kawasan urban/pesisir, dan PP no. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai kepedulian pemerintah terhadap pentingnya penataan ruang kawasan pesisir. Penelitian ini akan difokuskan pada areal kawasan pesisir pantai kota Manado. Metode yang akan dipakai sistim Mapping, drawing (Lubis, 2002), Observasi Lapangan (direct).Kata Kunci : Tata ruang, pesisir, urban heat island

Page 9 of 26 | Total Record : 253