cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
MEDIA MATRASAIN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 253 Documents
PELUANG KEBERLANJUTAN INDUSTRI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA DI WOLOAN Rumengan, Helena Oktavia; Sangkertadi, .; Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kayu merupakan salah satu bahan pokok dalam menjalankan industri rumah tradisional Minahasa. Bertambahnya populasi manusia dan kebutuhannya dalam pembangunan menyebabkan berkurangnya luasan hutan serta sumberdaya hutan berupa ketersediaan kayu yang dapat menyebabkan industri ini kehabisan bahan pokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang keberlanjutan rumah industri tradisional Minahasa di Woloan Sulawesi Utara terhadap penggunaan atau pemanfaatan material kayu. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan mengkombinasikan teknik wawancara dan observasi lapangan di Industri Rumah Tradisional Minahasa Woloan yang dianalisis dengan gabungan dari Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Hasil dari penelitian ini tentang kebutuhan bahan, permintaan pasar, ketersediaan tenaga kerja, pemanfaatan sisa material kayu. Kata Kunci : Industri Rumah Tradisional Minahasa, Kayu, Keberlanjutan.
KAJAN DINAMIKA TATA GUNA LAHAN PADA KAWASAN SEKITAR PUSAT PELAYANAN KOTA MANADO Rogi, Octavianus H. A.; Tilaar, Sonny; Makarau, Vicky H.; Malik, Andi A. M.; Moniaga, Ingerid
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 3 (2011)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThis study aims to determine the dynamics change of the land use pattern in the region around the service center of Manado city. Moreover, this study also aims to determine what factors are influencing changes in land use of the area.Theoretical studies indicate that the land use of a city can be present in a concentric pattern (single center), sectoral or multiple centered. Changes in land use patterns in urban areas occurs dynamically and is influenced by human factors, physical factors and the factor of urban landscapes. Changes in the structure of land use include the changes of development, location and the behavior setting.The major service center area of Manado is the old downtown area and the reclamation area along the Piere Tendean street. To that end, research locations specified in the administrative area of South Wenang and South Titiwungen flanked by Piere Tendean street (Boulevard) and Sam Ratulangi street.The study was conducted for 6 (six) months. The data used in this study includes primary and secondary data. Primary data include (a) the information from questionnaires distributed to 100 respondents who represent the element of local area residents informing about the aspects of their perceptional view of the economic value of land and land use patterns in which they live, and (b) information of land characteristics, including the physical condition of landscapes, availability of infrastructure, and so on, which obtained through field observations. Secondary data include the results of the institutional surveys through sources relevant to the topic under study. Respondents were taken with a purposive sampling method by an amount proportional to the number based on the sub-region. The analytical technique in this research is Descriptive Analysis, which analyzes the state of the object directly to the study through the description, understanding, or better explanations to the measurable variables or unmeasureable ones.In conclusion, the results of the study were (1) land use changes in the study area occurred in three periods, namely before the reclamation, after the reclamation and present days; ((2) changes that occur mainly is the transition of the settlements area into trading and services area gradually, following the path of primary and secondary roads, and (3) land use changes in the area of research primarily influenced by the strategic location of the sites, which is near the service center of the city, with high economic value of land.Key words: land use, service center area, descriptive analysis
EKSPLORASI MUSIK DALAM MORFOLOGI ARSITEKTUR Mantiri, Yohanes Y.; Siswanto, Wahyudi
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 3 (2013)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Musik merupakan salah satu ungkapan manusia yang artistik dan alami. Musik dapat menjadi sumber inspirasi dalam desain.Fenomena musik dalam arsitektur belum banyak dibicarakan dikalangan arsitektur sendiri. Oleh sebab itu perlu ditelaah lebih lanjut tentang keberadaan fenomena musik dalam arsitektur, bagaimana Fenomena musik dalam arsitektur menjadi penting dan semakin penting dalam masyarakat karena merupakan realitas sosial yang terjadi dalam tiap pengambilan keputusan arsitektural untuk mendirikan bangunan, dan mempengaruhi wujud arsitektur sekarang ini. Sebenarnya di dalam music dan arsitektur terdapat kesamaan yaitu dimana kedua-duanya membutuhkan kedisiplinan.Kepekaan akan prinsip estetika : harmoni, ritme, keseimbangan, penekanan, dll. Kesan psikologis warna, bahan dan konstruksi melengkapi pula perwujudan desain yang utuh dan integral. Musik dapat divisualisasikan dalam desain interior dan arsitektur. Pada perkembangan di era konseptual seperti sekarang area-area publik seperti restoran, café bergaya retro dengan mengambil tema aliran musik tertentu juga merupakan contoh bagaimana kekuatan memori terhadap popularitas jenis maupun kelompok musik tertentu menent Mahasiswa Prodi S1 Arsitektur, Fak. Teknik, Universitas Sam Ratulangi ukan segala bentuk desain, bentuk image yang ingin ditampilkan hingga tampilan fisik interior, arsitektur dan lansekap.Kata kunci : eksplorasi, musik, morfologi
FOLDING ARSITEKTUR Torondek, Vicky; Erdiono, Deddy
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 3 (2017)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Folding Architecture merupakan suatu proses menghasilkan bentukan dalam desain arsitektur yang pada intinya bereksperimen untuk menghasilkan suatu bentuk konfigurasi melalui suatu proses. Penerapannya ke dalam perancangan arsitektur menggunakan metode ?borrowing? yakni meminjam karakter kertas dan mentransformasikannya kedalam sebuah bentuk melalui proses lipat, potong, tekan dll. Peminjaman karakter kertas dipakai sebagai media dalam membuat bentukan, karena sifat kertas yang mudah dilipat dan ditekuk. Setiap proses lipatan itu bertransformasi menjadi sebuah bentuk yang hasilnya tidak terduga sebelumnya. Itu disebabkan karena Folding bersifat spontan dan tidak memiliki cara yang terikat dalam memproses sebuah bentuk. Setiap bentukan yang dihasilkan pasti akan berbeda walaupun prosesnya sama. Dari bentukan inilah yang nantinya akan diolah menjadi suatu desain arsitektur
AESTHETIC OF A PLACE (ESTETIKA SEBUAH TEMPAT) Rumambi, Elisa; Sela, Rieneke Luisa Evany
MEDIA MATRASAIN Vol 8, No 2 (2011)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBudaya dan karakteristik manusia mempunyai suatu keterkaitan fisik dalam rangka pembentukan identitas suatu wilayah yang ditempatinya. Sementara kota merupakan suatu aspek besar dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan perencanaan kawasan perkotaan, kota dan artistiknya dalam arti place sangatlah penting dalam pencitraan dan pemaknaan identitas suatu tempat.Sementara itu, estetika sebuah tempat merupakan ciri khas dan identitas sebuah tempat pada perkotaan, termasuk yang dibentuk oleh keindahan arsitektural bangunannya. Tidak mudah untuk memahami nilai estetika sebuah tempat. Untuk bisa memahaminya maka perlu diperhatikan faktor-faktor pembentuk estetika sebuah place dan tujuh prinsip sebuah place secara estetis.Dengan adanya apresiasi terhadap keindahan dan keberadaan suatu tempat sangatlah mempengaruhi kualitas produk perancangan kawasan kota atau sebuah tempat yang akan terwujud lebih baik.Kata Kunci : estetika, place, kota
TINJAUAN ARSITEKTUR: BAGAIMANA MERANCANG ARSITEKTUR DAN MENKAJI METODE RANCANG ARSITEK NIGEL CROSS Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 3 (2015)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mencoba menginterpretasi dan menjelaskan tentang perancangan dalam ilmu arsitekturdan proses olah rancangnya. Tulisan ini menggambarkan pemahaman perancangan , bagaimana memulaisuatu proses perancangan dan apa produk akhir sebuah hasil karya arsitektur. Dasar pemikiran yangmatang sebelum memulai suatu perancangan sangat penting, untuk kemudian dilanjutkan dengan proses olahrancang. Beberapa aspek penting yang akan mempengaruhi dasar pemikiran dan pekerjaan perancanganadalah ide, tema, konsep, permasalahan dan preseden. Paper ini juga mengkaji metoda perancanganmenurut Nigel Cross yang dapat dipakai dalam mengeksplorasi proses perancangan.Kata Kunci: Kegiatan perancangan, teoritis, Mutu / kualitas ? Kuantitas, Nigel Cross
KELAYAKAN PUSAT KOTA MANADO SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA Tondobala, Linda
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 3 (2012)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manado, kota yang sudah berusia 387 tahun memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangan kota. Keragaman warisan sejarah, budaya, nilai dan pola hidup masyarakat serta kepercayaannya, tercermin dalam wujud fisik kota. Dari segi historis Pusat Kota Manado bertumbuh di sekitar daerah pelabuhan lama, adalah lokasi yang menjadi embrio pertumbuhan kota Manado. Di kawasan ini peradaban kota terbentuk. Peninggalan sejarah berupa artefak (bangunan, arsitektur, prasarana fisik dan benda fisik lainnya) merupakan aset wisata yang memberikan ciri Pusat Kota Manado. Pusat Kota Manado,sebagai historic city, diperkaya oleh lokasinya yang berada di pesisir pantai dan sungai sehingga memiliki daya tarik lingkungan alami. Sayangnya potensi alami dan peninggalan peradaban kota belum ditunjang oleh infrastruktur yang memadai dan elemen perancangan kota. Demikian pula, obyek wisata yang ada belum kompak membentuk unity citra/identitas pusat kota. Urban heritage di pusat kota masih bersifat statis. Artefak sejarah, budaya dan kondisi/ekspresi sosial mayarakat tidak dikembangkan secara integratip dan saling melengkapi/memperkuat. Padahal artefak yang ada jika ditunjang oleh kondisi kawasan yang dinamis akan ?menghidupkan kawasan? (tercipta animasi urban) dan menarik wisatawan untuk melakukan aktivitas pariwisata. Kata kunci : Pusat Kota Manado, wisata sejarah, wisata alam, wisata kota, destinasi pariwisata
PERBANDINGAN TRANSFORMASI TIPOLOGIS ANTARA LINGKUNGAN HUNIAN DENGAN POLA PENGADAAN FORMAL DAN POLA PENGADAAN SWADAYA Wicaksono, Dimas Hartawan
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 3 (2016)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari sudut pandang fisik spasial, kawasan hunian adalah penyusun terbesar sebuah kota, sehingga perkembangan wawasan terhadap bagaimana kawasan hunian bertransformasi perlu terus dieksplorasi. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah masih terbatasnya evaluasi dan komparasi terhadap tipe permukiman yang telah berjalan lama, khususnya di Indonesia, dimana setelah menempuh rentang waktu yang panjang beragam transformasi telah terjadi. Penelitian yang dilakukan membandingkan transformasi yang terjadi pada lingkungan perumahan dengan pola pengadaan yang berbeda, yaitu (1) pola pengadaan swadaya - pola pengadaan yang cenderung memberi otonomi bagi masyarakat dalam menentukan huniannya (housing by people/ government as enabler), serta (2) pola pengadaan formal - pola pengadaan yang memberi peran lebih besar bagi pemerintah (government as provider). Pada akhir penelitian ini akan diperbandingkan transformasi yang terjadi pada dua kawasan hunian di Kota Bandung, yaitu kawasan Perumnas Sadang Serang (kawasan hunian yang dikembangkan dengan pola pengadaan formal) dengan transformasi yang terjadi pada perumahan Koperasi Bina Karya (kawasan hunian yang dikembangkan dengan pola pengadaan swadaya). Perbandingan ini akan menggambarkan bagaimana transformasi terjadi pada perumahan masyarakat berpenghasilan rendah yang dikembangkan melalui pengadaan swadaya dan formal di Indonesia, dan menunjukkan perbedaan pola transformasi yang terjadi pada kedua lingkungan hunian. Berdasarkan analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perumahan yang diadakan secara swadaya memiliki tingkat transformasi, ragam transformasi, dan tingkat perubahan fungsi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perumahan yang diadakan melalui pola pengadaan formal.
KEBUTUHAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN ARSITEK DARI SUDUT LEGAL FORMAL Poedjowibowo, Djajeng
MEDIA MATRASAIN Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan tinggi Arsitektur diharapkan melahirkan arsitek yang dapat berkarya ditengah masyarakat sesuai dengan kaidah ilmu yang dimiliki dan norma peraturan yang berlaku, khususnya di Indonesia. Pengetahuan akan peraturan yang berlaku merupakan hal yang penting karena hasil karya arsitektur akan berkaitan dengan ijin dan persetujuan dari instansi terkait yang tentu saja acuannya adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku.Tulisan ini diambil dari peraturan perundang-undangan yang memuat pengaturan tentang bangunan dan lingkungannya dan menguraikan persyaratan yang harus dipenuhi dari suatu bangunan dan lingkungannya. Persyaratan dan pengetahuan ini diperlukan oleh para arsitek dalam merancang suatu bangunan dan lingkungannya. Pada dasarnya materi yang dipersyaratkan tersebut secara umum sudah pernah didapatkan dibangku kuliah, tetapi bila tidak mengetahui apa yang wajib dibuat/disajikan dan merupakan persyaratan tidak mustahil akan terbuka peluang menghasilkan rancangan yang kurang optimal.Kebutuhan pengetahuan dan pemahaman yang diperlukan untuk suatu perancangan, yaitu:1. Pengetahuan Tentang Tata Bangunan,2. Pemahaman Arsitektur Bangunan Gedung,3. Pengendalian Dampak Lingkungan, dan4. Keandalan Bangunan Gedung.Kata Kunci: peraturan, arsitek, praktek perancangan.
TINJAUAN OTORITAS ARSITEK DALAM TEORI PROSES DESAIN (BAGIAN KEDUA DARI ESSAY : ARSITEKTUR FUTUROVERNAKULARIS – SUATU KONSEKUENSI PROBABILISTIK DEGRADASI OTORITAS ARSITEK) Rogi, Octavianus Hendrik Alexander
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 3 (2014)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Otoritas, bagi kalangan arsitek adalah suatu prakondisi yang mendasari eksistensi profesionalnya. Pemahaman yang jernih tentang situasi otoritatif profesi arsitek akan memampukan kita untuk mengantisipasi probabilitas memudarnya otoritas arsitek di masa depan yang titik nadirnya adalah situasi profesi tanpa peran yang sama-sama tidak kita inginkan.Tulisan ini merupakan bagian yang kedua dari essay penulis yang berjudul ?Arsitektur Futurovernakularis ? Sebuah Konsekuensi Probabilistik Degradasi Otoritas Arsitek?. Pemikiran utama dalam essay ini adalah tentang probabilitas tergerusnya otoritas profesional arsitek seiring waktu yang ditandai dengan kehadiran karya arsitektur yang dilabel penulis dengan istilah futurovernakularis. Sebutan ini berasosiasi dengan karya arsitektural masa nanti (futuro) yang tercirikan sebagai karya yang hadir tanpa campur tangan arsitek profesional (vernakularis), sebagaimana salah satu premis dasar definisi politetis arsitektur vernakular. Dalam essay yang lengkap, argumentasi hipotesis di atas dielaborasi melalui sejumlah pendekatan. Dalam tulisan ini secara khusus, akan dipaparkan argumentasi yang dielaborasi berdasarkan pemahaman terhadap kondisi otoritas arsitek berdasarkan teori proses desain. Secara garis besar akan dikemukakan pemahaman umum tentang teori proses desain dari masa ke masa yang berasosiasi dengan perubahan karakteristik otoritas arsitek yang terefleksi lewat perbedaan peran sang arsitek dalam berbagai model proses desain secara teoritis.Melalui pemaparan dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa tendensi degradasi otoritas arsitek dalam aktivitas rancang bangun juga terkonfirmasi melalui perubahan peran seorang arsitek dalam pelaksanaan suatu proses perancangan yang terindikasikan dalam teori model proses desain. Dalam model proses desain yang terkini, yang dilabel dengan istilah model proses desain yang argumentatif, peran arsitek, khususnya terkait dengan otoritas pengambilan keputusan, cenderung melemah jika dibandingkan dengan perannya pada model-model proses desain terdahulu yang berciri intuitif dan rasionalistik. Dalam model argumentatif, seorang arsitek tidak lagi berposisi sebagai pengambil keputusan, tapi lebih berperan sebagai penyedia informasi. Bersama-sama dengan kesimpulan pada tulisan bagian pertama, kesimpulan dalam tulisan ini makin mendukung hipotesis tentang probabilitas degradasi otoritas arsitek di masa yang akan datang. Pada tulisan berikut akan dielaborasi juga tentang dampak aplikasi teknologi komputer dalam kegiatan rancang bangun yang berpotensi ?menggantikan? posisi arsitek dalam simbiosis klasik arsitek-klien, yang dapat dilihat sebagai premis pendukung yang lain dari hipotesis di atas.Kata kunci : otoritas arsitek, arsitektur futurovernakularis, teori model proses desain