Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

SEBARAN LAHAN KRITIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP PUSAT KEGIATAN PERKOTAAN KECAMATAN MODOINDING Zachawerus, Kezia Angelita; Kumurur, Veronika; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Kecamatan Modoinding memiliki Pusat Kegiatan Perkotaan di Desa Pinasungkulan, Peristiwa bencana banjir pernah terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotan pada awal tahun 2017. Kecamatan Modoinding sebagai Kawasan Strategis Agropolitan di Provinsi Sulawesi Utara, dengan komoditas unggulan Hortikultura. Kawasan ini berada di ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Dampak banjir yang terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotaan menjadi perhatian karena keberadaan lahan kritis sehingga produktivitas tanah menurun, tidak dapat menyerap air dengan baik bahkan menimbulkan bencana. Untuk mengantisipasi bencana akibat keberadaan lahan kritis maka perlu di analisis persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding. Adapun metode yang dipakai yaitu analisis keruangan dengan ARC GIS 10.3. Proses analisisnya dengan cara overlay (penampalan peta). Metode ini sangat baik dipergunakan untuk mengadakan kajian keruangan. Data Penutupan Tajuk, Kemiringan Lereng, Erosi, Manajemen Lahan digunakan untuk menganalisis sehingga dapat diketahui lokasi-lokasi yang memiliki kekritisan lahan. Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan jumlah skor parameter kekritisan lahan. Hasil akhir dari penelitian ini mengetahui persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding yang tersebar di 10 Desa. Luas Kecamatan Modoinding yaitu ±4791,03 Ha dengan sebaran lahan kritis di 10 Desa dengan total luasan ±4789,83 Ha. Desa Mokobang ±931,95 Ha, Desa Wulurmaatus ±324,78 Ha, Desa Palelon ±406,12 Ha, Desa Makaaroyen ±536,49 Ha, Desa Pinasungkulan Utara ±168,87 Ha, Desa Pinasungkulan ±56,57 Ha, Desa Linelean ±603,02 Ha, Desa Kakenturan Barat ±369,44 Ha, Desa Kakenturan ±521,73 Ha, Desa Sinisir ±871,16 Ha. Penggunaan Lahan tertinggi pada Tegalan/Ladang  ±3117,05 Ha. Dampak yang terjadi pada Pusat Kegiatan perkotaan yaitu bencana banjir dengan luasan genangan air ±35,99 m2 atau ±3,56 Ha. Kata Kunci : Lahan Kritis, Kecamatan Modoinding, Dampak di Pusat Kegiatan Perkotaan.
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP TIPOLOGI EKOSISTEM PERKOTAAN DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Dauhan, Edgard M; Rondonuwu, Dwight M; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan penggunaan lahan kota Manado berdampak pada perubahan ekosistem perkotaan dan eksisting lahan. Kecamatan Mapanget adalah kawasan yang berdekatan dengan pinggiran perkotaan, bila dilihat dari tipologi ekosistem penggunaan lahan di kecamatan Mapanget indentik dengan perkebunan. Tetapi, karena adanya pengaruh perkembangan pada pusat kota maka terjadi perubahan dan penggunaan lahan di kecamatan Mapanget sehingga merubah tipologi ekosistem perkotaan yang ada. Tujuan penelitian ini menganalisis perubahan  dan penggunaan lahan kecamatan Mapanget untuk menentukan tipologi ekosistem perkotaan berdasarkan perubahan dan penggunaan lahan di kecamatan Mapanget. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Untuk dapat menganalisis perubahan lahan dan penggunaan lahan penulis menggunakan software  Arc Gis 10.3 dengan  data-data penunjang yaitu peta citra satelit 2002-2018, peta penggunaan lahan 2007-2016 dan observasi berdasarkan variabel yang diambil dari teori Riddel 1981 sebagai pedoman. Berdasarkan hasil analisis penggunaan lahan terbuka pada tahun 2002 sampai pada tahun 2018 terjadi perkembangan secara signifikan, dengan berkurang penggunaan lahan terbuka hijau, perkebunan dan pertania, berganti menjadi lahan terbangun yaitu penggunaan lahan perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa. Perkembangan yang terjadi terus bertambah sehingga mengambil tempat-tempat yang masih indentik dengan lahan terbuka hijau. Tipologi ekosistem perkotaan kecamatan Mapanget adalah ekosistem absorbsi, produksi dan komposit. Dari ketiga tipologi yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian, ekosistem produksilah yang mendominasi penggunaan lahan di kecamatan Mapanget. Akibat perkembangan pemanfaatan lahan di kota Manado maka terjadi perubahan penggunaan lahan, yang mengakibatkan perubahan tipologi ekosistem, dari  produksi menjadi ekosistem absorbsi, hal ini nampak berubahnya lahan terbuka hijau, perkebunan, dan pertanian menjadi perumahan dan permukiman.Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Tipologi Ekosistem Analisis Gis, Kecamatan Mapanget
GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE Purnomo, Hery; Waani, Judy O.; Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arsitektur kolonial Belanda merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur. Arsitektur kolonial Belanda hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Benteng Oranje merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang ada di Ternate. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang gaya dan karakteristik visual bangunan yang ada di kawasan Benteng Oranje. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif-rasionalistik dengan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan objek/ bangunan pada kawasan Benteng Oranje dan menganalisa gaya dan karakter visual bangunan. Hasil penelitian diperoleh gaya bangunan kolonial di kawasan benteng Oranje dominan dipengaruhi oleh gaya arsitektur peralihan (1890-1915).
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN PRINSIP KOTA HIJAU TROPIS PESISIR PADA KAWASAN PEMERINTAHAN KOTA TAHUNA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Mohede, Nancy M.L.; Sangkertadi, .; Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 2 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Observasi Awal menunjukan bahwa Trend pertumbuhan Kota Tahuna semakin meningkat dan menyebabkan perkembangan  kurang terkendali, karenanya perlu dipersiapkan suatu kawasan didaerah pesisir untuk kegiatan pusat pemerintahan berdasar pada suatu konsep kota  berwawasan lingkungan, dan berkarakter khas. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Pemerintahan Kota Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe, bersifat deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Data primer diperoleh melalui observasi Land Ecological Enhancement dan Movement Connectivity sebagai variabel independen dan Sustainable Urban Neighborhood Characteristics sebagai variabel dependen. Metode Analisis data  digunakan adalah analisis deduktif dalam presentasi dan pengujian konsep kota hijau tropis pesisir melalui data angka dan scoring. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Peningkatan Ekologi Lahan memiliki nilai maximal 19, nilai kawasan 1 (Tona II): 14, nilai kawasan 2 (Tona I): 14, nilai kawasan 3 (Tidore): 10. Indikator  perlu ditambahkan: area hijau untuk publik perlindungan fauna dan lahan produktif. Pergerakan dan konektivitas memiliki nilai maximal 26, nilai kawasan 1 (Tona II): 19, nilai kawasan 2 (Tona I): 15, nilai kawasan 3 (Tidore): 18. Indikator  perlu ditambahkan pedestrian way, aksesibilitas universal, jaringan dan tempat parkir pesepeda & fasilitas parkir kendaraan umum. Karakteristik keberlanjutan nilai maximal 27, nilai kawasan 1 (Tona II: 21, nilai kawasan 2 (Tona I): 12, nilai kawasan 3 (Tidore): 11. Indikator  perlu ditambahkan kerawanan terhadap bencana, green coastal, permeabilitas, konservasi kawasan bersejarah dan langgam arsitektur tradisional.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dari tiga kelurahan di evaluasi dua kelurahan yakni kelurahan Tidore dan kelurahan Tona I belum memenuhi unsur – unsur kota hijau sedangkan hasil evaluasi untuk Kelurahan Tona II memenuhi unsur – unsur kota hijau namun perlu penambahan jalur pesepeda,  aksesibilitas dan fasilitas parkir. Kategori karakteristik khas keberlanjutan diperlukan untuk mencerminkan karakteristik tropis pesisir berkelanjutan. Dalam merumuskan konsep strategis dan prinsip dasar panduan rancang kawasan pemerintahan ditetapkan pada pola penataan ruang terbuka hijau dan sirkulasi dengan memasukan unsur – unsur karakteristik keberlanjutan diantaranya kerawanan terhadap bencana, waterfront city, langgam arsitektur tradisional. Kata kunci: Kota hijau tropis pesisir, pergerakan dan konektivitas, kawasan pemerintahan
PELESTARIAN LANSEKAP BUDAYA INDONESIA : MENDOKUMENTASIKAN LANSEKAP VERNAKULAR ETNIS MINAHASA DI WILAYAH PERDESAAN PESISIR PANTAI KECAMATAN KEMA, SULAWESI UTARA Wuisang, Cynthia E.V.; Rengkung, Joseph; Rondonuwu, Dwight M.
MEDIA MATRASAIN Vol 13, No 3 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji lansekap budaya etnis Minahasa, yang difokuskan pada permukiman masyarakat di wilayah perdesaan. Perdesaan di Tana Minahasa (The Greater Minahasa Region terdiri dari beberapa kabupaten seperti Kabupaten Minahasa Utara, kabupaten Minahasa Induk, Kabupaten Minahasa Selatan dan kabupaten Minahasa Tenggara) memiliki ciri dan karakter lokal yang unik dan bervariasi. Filosofi dan pandangan hidup masyarakat Minahasa telah berakar ratusan tahun dan di ekspresikan secara vertikal dalam  hubungan lansekap-manusia dengan Tuhan penciptanya, dalam hubungan horizontal dengan masyarakat lainnya  dan hubungan masyarakat dengan lingkungannya. Setiap desa memiliki perbedaan signifikan dalam budaya dan tradisi lokalnya yang tercermin dalam perilaku dan praktek hidup sehari-hari. Penelitian Lansekap Budaya khususnya lansekap vernakular  pada masyarakat Minahasa akan dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik lingkungan fisik dan originalitas perspektif /pandangan hidup masa lalu dan sekarang. Rekam jejak budaya Minahasa telah terdokumentasikan dalam berbagai arsip daerah, nasional dan internasional sejak pertama kali didatangi bangsa Eropa di abad 15 dan etnis Minahasa mengalami periodisasi perubahan budaya secara drastis sejak kolonisasi Belanda. Ancaman kehilangan identitas dan  tradisinya mendorong untuk dilakukan penelitian dengan menemukan kembali dan memperbaharui tradisi dan budaya asli yang pernah berkembang dengan menggali nilai-nilai tangible dan intangible dalam lansekap budaya pada masyarakat etnis Minahasa yang hidup pada jaman sekarang  melalui tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki. Riset dilakukan dengan pendekatan etnografi yang secara deskriptif mengkaji pola permukiman (desa)  dan ciri arsitektur vernakular yang masih bertahan hingga saat in. Penelitian ini juga menganalisis norma tradisional, kepercayaan dan nilai-nilai hidup yang mendukung praktek perencanaan, desain dan pengelolaan lansekap permukiman berdasarkan  konstruksi filosofi mempertahankan dan mengkonservasi lansekap budaya. Hasil riset membuktikan lansekap budaya Minahasa khususnya yang terdokumentasi di Kecamatan Kema masih bertahan dalam tekanan globalisasi dan modernisasi namun masih sangat membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Untuk itu perlu adanya pengelolaan Konservasi Budaya secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan.
PELUANG KEBERLANJUTAN INDUSTRI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA DI WOLOAN Rumengan, Helena Oktavia; Sangkertadi, .; Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kayu merupakan salah satu bahan pokok dalam menjalankan industri rumah tradisional Minahasa. Bertambahnya populasi manusia dan kebutuhannya dalam pembangunan menyebabkan berkurangnya luasan hutan serta sumberdaya hutan berupa ketersediaan kayu yang dapat menyebabkan industri ini kehabisan bahan pokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang keberlanjutan rumah industri tradisional Minahasa di Woloan Sulawesi Utara terhadap penggunaan atau pemanfaatan material kayu. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan mengkombinasikan teknik wawancara dan observasi lapangan di Industri Rumah Tradisional Minahasa Woloan yang dianalisis dengan gabungan dari Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Hasil dari penelitian ini tentang kebutuhan bahan, permintaan pasar, ketersediaan tenaga kerja, pemanfaatan sisa material kayu. Kata Kunci : Industri Rumah Tradisional Minahasa, Kayu, Keberlanjutan.
TINJAUAN ARSITEKTUR: BAGAIMANA MERANCANG ARSITEKTUR DAN MENKAJI METODE RANCANG ARSITEK NIGEL CROSS Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 3 (2015)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mencoba menginterpretasi dan menjelaskan tentang perancangan dalam ilmu arsitekturdan proses olah rancangnya. Tulisan ini menggambarkan pemahaman perancangan , bagaimana memulaisuatu proses perancangan dan apa produk akhir sebuah hasil karya arsitektur. Dasar pemikiran yangmatang sebelum memulai suatu perancangan sangat penting, untuk kemudian dilanjutkan dengan proses olahrancang. Beberapa aspek penting yang akan mempengaruhi dasar pemikiran dan pekerjaan perancanganadalah ide, tema, konsep, permasalahan dan preseden. Paper ini juga mengkaji metoda perancanganmenurut Nigel Cross yang dapat dipakai dalam mengeksplorasi proses perancangan.Kata Kunci: Kegiatan perancangan, teoritis, Mutu / kualitas ? Kuantitas, Nigel Cross
KONSERVASI BIODIVERSITAS DI WILAYAH PERKOTAAN: EVALUASI LANSEKAP KORIDOR HIJAU DI KOTA MANADO Wuisang, Cynthia E.V.
MEDIA MATRASAIN Vol 12, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Arsitektur, FT - UNSRAT Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengidentifikasi sistim koridor hijau di Kota Manado, pada beberapa ruas pedestrian koridor hijau sungai dan pantai termasuk kawasan hijau yang berpotensi sebagai sabuk hijau (green belt)  dan hutan kota (urban forestry) dengan mengambil studi kasus di Kecamatan Malalayang. Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang koridor hijau di wilayah perkotaan yang dilakukan selama 6 bulan (Mei hingga Oktober 2009). Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan Scoring Assessment Method dengan Variabel Penilaian fungsi ekologis dan konservasi ditentukan dengan pengklasifikasian berdasar kondisi dan struktur koridor hijau yang ada. Indikator  yang diukur adalah komposisi vegetasi, luas dan besaran koridor hijau serta kondisi fisik koridor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi kondisi sistim koridor hijau dan kondisinya, fungsi ekologis dan konservasi terpenuhi pada kawasan hijau hutan kota, kawasan koridor hijau sungai dan sebagian kawasan pantai Malalayang. Fungsi ekologis terbaik berada pada koridor sungai dan kawasan dengan struktur vegetasi terwakili pada kawasan hinterland Malalayang yang bersinggungan dengan lingkar luar wilayah kota Manado. Berdasarkan fungsi-fungsi ekologis dan konservasi tersebut, secara umum di wilayah Kecamatan Malalayang, kota Manado, sistim koridor hijau sungai dan pantai dapat dibangun sistim jaringan infrastruktur hijau yang dapat bersinergi dengan baik, yang memperhatikan fungsi secara terpadu dan berkelanjutan. Beberapa ruas pedestrian dan badan sungai dan pantai Malalayang masih perlu direstorasi dan disesuaikan dengan kondisi fisik kawasan. Kata kunci : Koridor hijau, fungsi ekologis, konservasi, biodiversitas, Malalayang, Manado
PERENCANAAN PARIWISATA HIJAU DI DISTRIK ROON KABUPATEN TELUK WONDAMA, PAPUA BARAT Tingginehe, Amanda M.; Waani, Judy O.; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata di Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama merupakan wisata kepulauan Papua yang masih baru di mekarkan, sehingga Peratuan Pemerintah Kabupaten tentang perencanaan dan penataan kawasan wisata belum maksimal juga tertata dengan baik, padahal wisata kepulauan ini memiliki aspek keindahan dan nilai ekonomi yang besar bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama. Perencanaan yang baik dengan mengutamakan lingkungan diharapkan dapat bermanfaat bukan hanya saat ini tapi di masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang maka masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi dan sarana-prasarana pariwisata di Distrik Roon dan bagaimana strategi perencanaan pariwisata hijau di Distrik Roon. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi dan sarana-prasarana pariwisata yang terdapat di Distrik Roon dan merekomendasikan strategi perencanaan pariwisata hijau di Distrik Roon, adapun manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan untuk perencanaan pariwisata di Distrik Roon. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Metode analisis menggunakan analisis SWOT dan ada beberapa strategi perencanaan lainnya. Hasil Penelitian berdasarkan matriks SWOT diketahui faktor internal jumlah bobot x rating lebih besar 3,51 dari faktor eksternal 3,1. Beberapa faktor internal yaitu ; Wisata kepulauan auri, Wisata religi gereja Isne-Jedi, Wisata kebudayaan dln.  Beberapa faktor eksternal yaitu ; Pengelolaan limbah yang belum baik, Infrastruktur pariwisata belum baik dln. Hasil penelitian lainnya ialah infrastruktur pariwisata masih kurang seperti jaringan energi listrik, jaringan telekomunikasi dan jalur transportasi yang hanya bisa diakses melalui jalur laut.Kata Kunci: Perencanaan Pariwisata Hijau, Pariwisata Hijau
ANALISIS KAWASAN MINAPOLITAN DANAU TONDANO DI KABUPATEN MINAHASA Kuhu, Raine Amelia; Wuisang, Cynthia E.V.; Mononimbar, Windy
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minapolitan merupakan konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan. Terwujudnya kawasan Minapolitan itu sendiri dilihat dari ketersediaan prasarana dan sarana pendukung kawasan. Selain dari ketersediaan prasarana dan sarana, penggunaan lahan/ ruang baik pada perairan maupun pada daerah sempadan harus diperhatikan sesuai dengan standart fisik yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait. Kecamatan Kakas dan Eris, Kabupaten Minahasa, merupakan lokasi yang sudah ditetapkan dalam surat penetapan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan pemerintah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa tahun 2014-2034 untuk dijadikan sebagai Kawasan Minapolitan Danau Tondano. Proses pengambilan data dilakukan dalam bentuk wawancara kepada para petani ikan selaku responden, untuk mengetahui ketersediaan prasana dan sarana pendukung kawasan Minapolitan. Sedangkan, untuk penggunaan lahan/ ruang baik pada daerah perairan maupun sempadan, data diolah berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa, juga peta citra Kecamatan Eris dan Kakas yang kemudian diolah menggunakan sowftware ArcGis 10.3 untuk melihat luasan penggunaan ruang pada perairan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis spasial. Berdasarkan hasil identifikasi kawasan serta analisis yang dilakukan dengan mengacu pada standart fisik pembangunan, ketersediaan prasarana dan sarana pendukung di Kecamatan Eris dan Kakas tidak memadai. Juga, tidak adanya perhatian tentang limbah terkait aktivitas masyarakat seperti proses pembudidayaan dan permukiman masyarakat yang berada pada sempadan danau. Aktivitas masyarakat tersebut menimbulkan masalah terkait pertumbuhan hama dan pencemaran pada danau yang meningkat dengan pesat. Dengan tidak adanya perhatian pembangunan fisik terkait daerah sekitar ekosistem danau, akan membuat fungsi, kualitas dan kelestariannya menurun.Kata kunci: Kawasan Minapolitan, Prasarana Sarana, Penggunaan Lahan, Danau Tondano