cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL BIOMEDIK
ISSN : 20859481     EISSN : 2597999X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
JURNAL BIOMEDIK adalah JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN yang diterbitkan tiga kali setahun pada bulan Maret, Juli, November. Tulisan yang dimuat dapat berupa artikel telaah (review article), hasil penelitian, dan laporan kasus dalam bidang ilmu kedokteran..
Arjuna Subject : -
Articles 499 Documents
Bicornuate Uterus with Previous C-Section: A Case Report Suparman, Erna
Jurnal Biomedik : JBM Vol 13, No 3 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v13i3.36695

Abstract

Abstract: Bicornuate uterus is a type of Mullerian duct malformation caused by incomplete fusion of fundal uterine cornu that leads to two connected uterine cavities and one cervix. The incidence of bicornuate uterus is estimated to be 0.1-0.6% and it is believed to account for 10% of all uterine anomalies. We reported a case of bicornuate uterus with previous cesarean sections in an expecting mother presented in labor during her 38-39 weeks of pregnancy. She had a history of two previous cesarean sections. Based on physical examination and transabdominal USG, the fetus was found in breech presentation. She was managed with another cesarean section. During the operation it was found that she had a bicornuate uterus. The main problems for this case were pregnancy with bad obstetric history, previous cesarean sections, breech presentation, and complications that could occur in future pregnancy. The patient was presented already in labor, so she was managed with emergency cesarean section to reduce the risk of uterine rupture. During the operation, she was found to have a bicornuate uterus. This proved that the cause of repeated breech presentation was one of the complications that could occur in pregnancy with bicornuate uterus. The most ideal management for this patient was elective cesarean section. In conclusion, uterine abnormalities are accompanied with uneventful outcomes such as preterm labour, fetal malpresentations, and even perinatal mortality. However, these anomalies may not be suspected before the occurrence of abortion or its complications. A high index of suspicion is needed to diagnose uterine abnormalities before the occurence of its complicationsKeywords: bicornuate uterus; breech presentation; pregnancy; Mullerian duct anomalies
Gambaran Kesehatan Mental Pada Lansia Selama Pandemi COVID-19 Kiroh, Amanda G. M.; Kairupan, Bernabas H. R.; Munayang, Herdy
Jurnal Biomedik : JBM Vol 13, No 3 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v13i3.35408

Abstract

Abstract: Coronavirus disease (COVID-19) pandemic was first found in Wuhan, China on December 2019. The government did restricts people's activities to prevent the spread of the virus, especially in elderly people due to higher risk and vulnerability, but mental health issues and bad influence can arise with such social restriction and social distancing. This study aims to provide an overview of the mental health condition especially in the elderly communities during the COVID-19 pandemic. This study was made in the form of a literature review using three databases, namely Google Scholar and Clinical Key. The research design used is literature review, using three databases, namely Google Scholar and Clinical Key. The literature that used is in English and Indonesian, within the last one year (year 2020) and fully-accessible.Based on the literature reviewed, it is found that there are activity restrictions have a negative impact on the mental health of the elderly, and not only affect the mental health, but also has an unfavorable influence on other aspects.Keywords: elderly mental health, COVID-19 Pandemic  Abstrak: Pandemi Covid-19 Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pertama kali didiagnosis pada Desember 2019 di Wuhan Cina. Pemerintah melakukan pembatasan aktivitas kepada masyarakat guna untuk mencegah terjadinya penyebaran virus terutama pada orang yang sudah lanjut usia karena mereka memiliki risiko yang lebih tinggi dan rentan untuk terkena Covid-19, tapi dengan adanya pembatasan jarak sosial ini dapat memberikan pengaruh yang kurang baik bagi lansia terutama pada kesehatan mental mereka. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan mental pada lansia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini dibuat dalam bentuk literature review dengan menggunakan tiga database, yaitu Google Scholar dan Clinical Key. Literatur yang akan digunakan dapat berbentuk Bahasa Inggris dan atau  Bahasa  Indonesia,  dalam  jangka  waktu  satu  tahun  terakhir  (2020)  dan  dapat  diakses  secara penuh. Berdasarkan literature-literature yang di review didapatkan pembatasan aktivitas memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan mental lansia, dan bukan hanya berpengaruh pada kesehatan mental saja tapi juga memberikan pengaruh yang kurang baik pada aspek-aspek lainnya.Kata Kunci: Kesehatan mental lansia, pandemi Covid-19
Hubungan Antara Obesitas, Perilaku Merokok dan Konsumsi Alkohol dengan Kualitas Hidup Kesehatan Remaja Toar L. Runtuwene; Aaltje Manampiring; Gustaf Ratag
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v14i2.46343

Abstract

Abstract: Teenagers as a quarter of world population, is one of human development index’s indicator. Behaviors such as sedentary life style can leads to obesity, while smoking and alcohol consumption can lead to decrease of life quality. This study aims to analyze the relationship between obesity, smoking, and alcohol consumption with quality of life of teenagers in Minahasa Selatan. This is an analytic study with cross-sectional design, with total samples of 443 teenager students of secondary and high schools in Minahasa Selatan during October-December 2021. The instrument used is questionnaire, and data are analyzed using Chi Square. This study concluded there is no relationship between obesity with health life quality of teenagers, although we found relationship between smoking and alcohol consumption with health life quality of teenagers in Minahasa Selatan. Keywords: Alcohol; Smoking; Obesity; Teenager Abstrak: Remaja adalah salah satu penentu indeks pembangunan manusia, dimana seperempat penduduk dunia berada dalam segmen remaja. Perilaku remaja tidak selalu mendukung untuk memiliki kesehatan optimal. Perilaku beresiko seperti gaya hidup sedentari yang berakibat terjadi obesitas, perilaku merokok dan konsumsi alkohol dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup kesehatan remaja. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara obesitas, perilaku merokok dan konsumsi alkohol dengan kualitas hidup kesehatan remaja di kabupaten Minahasa Selatan.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang, total sampel 443 remaja yang bersekolah di SMP dan SMA di Kabupaten Minahasa Selatan, selama bulan Oktober-Desember 2021. Variabel penelitian yaitu; obesitas, perilaku merokok, konsumsi alkohol dan kualitas hidup kesehatan. Instrumen penelitian yaitu kuesioner, dan data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara obesitas dengan kualitas hidup kesehatan remaja. Ada hubungan antara perilaku merokok dan konsumsi alkohol dengan kualitas hidup kesehatan remaja pada domain lingkungan di kabupaten Minahasa Selatan. Kata Kunci: Alkohol; Merokok; Obesitas; Remaja
Penggunaan Transcranial Magnetic Stimulation pada Fungsi Motorik Pascastroke Christopher Lampah; Devan Perwira; Lidwina Sengkey
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v14i2.44610

Abstract

ABSTRACT:  Stroke is an acute neurovascular disorder that causes long-term limitations to activities of daily living and death worldwide, affecting nearly 800,000 people each year in the US, leaving sufferers with motor and cognitive impairment. Until now, scientists have only been able to understand which areas of the brain play specific roles by studying patients suffering from brain injuries. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) is a non-invasive, painless method for modulating cortical excitability. rTMS and exercise can be used to alter brain tissue and reorganize functional connections between brain regions, further promoting the recovery of motor function in stroke patients. The combination of these two therapies shows benefits in regulating cortical excitability and improving motor performance in stroke patients. Keywords: stroke; rTMS; neuroplasticity; activity daily living   ABSTRAK: Stroke adalah gangguan neurovaskular akut yang menyebabkan keterbatasan jangka panjang terhadap aktivitas hidup sehari-hari dan kematian di seluruh dunia, mengenai hampir 800.000 orang setiap tahun di AS, menyebabkan penderita mengalami gangguan motorik dan kognitif. Hingga saat ini, para ilmuwan hanya dapat memahami area otak mana yang memainkan peran spesifik dengan mempelajari pasien yang menderita cedera otak. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) adalah metode non-invasif, tanpa rasa sakit untuk memodulasi rangsangan kortikal. rTMS dan latihan fisik dapat digunakan untuk mengubah jaringan otak dan mengatur kembali koneksi fungsional antara daerah otak, selanjutnya mempromosikan pemulihan fungsi motorik pada pasien stroke. Kombinasi dari kedua terapi ini menunjukkan keuntungan dalam mengatur rangsangan kortikal dan meningkatkan kinerja motorik pasien stroke. Kata Kunci: stroke; rTMS; neuroplastisitas; aktivitas kehidupan sehari-hari
Gangguan Kognitif Pasca Cedera Otak Traumatik Janet Loprang; Christopher Lampah; Lidwina Sengkey
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Traumatic brain injury is an increasing public health problem and is a significant cause of morbidity and mortality worldwide. Every year around 10 million people experience traumatic brain injuries worldwide. According to Riskesdas 2018, the prevalence of traumatic brain injury in Indonesia is 11.9%. A global report on driving safety by the World Health Organization in 2013 demonstrated the magnitude of this problem now and in the future throughout the world, and the need for well-developed and evaluated programs for prevention, management and rehabilitation. Of the 2 million people experiencing traumatic brain injury, around 1 million require rehabilitation services at the national level. People with traumatic brain injuries can experience chronic disabilities that impact a person's life in terms of cognitive, behavioral, psychosocial, physical, and vocational issues. Cognitive impairment is the most disruptive disorder for people with traumatic brain injury, family members, and the community. Cognitive deficits can significantly affect activities of daily living (ADL), work, social relationships, recreation, and active participation in the community. Traumatic brain injuries are classified as mild, moderate, and severe based on the level of consciousness, especially the duration of post-traumatic coma and amnesia Keywords: Traumatic; Brain; Injury; Cognitive Abstrak: Cedera otak traumatik adalah masalah kesehatan publik yang semakin meningkat dan merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan di dunia. Setiap tahunnya sekitar 10 juta orang mengalami cedera otak traumatik di seluruh dunia. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi kejadian cedera otak traumatik di Indonesia berada pada angka 11,9%. Sebuah laporan global mengenai keselamatan berkendara oleh World Health Organization tahun 2013 menunjukkan besarnya masalah ini sekarang dan pada masa yang akan datang di seluruh dunia, dan dibutuhkannya program yang dibuat dan dievaluasi secara baik untuk pencegahan, tatalaksana, dan rehabilitasi. Dari 2 juta orang mengalami cedera otak traumatik, sekitar 1 juta membutuhkan pelayanan rehabilitasi pada tingkat nasional. Orang-orang dengan cedera otak traumatik dapat mengalami disabilitas kronis yang berdampak pada kehidupan seseorang dalam hal kognitif, perilaku, psikososial, fisik, dan masalah vokasional. Gangguan kognitif adalah gangguan yang paling mengganggu bagi orang yang mengalami cedera otak traumatik, anggota keluarga, dan bagi komunitas. Defisit kognitif dapat memengaruhi activities of daily living (ADL), pekerjaan, hubungan sosial, rekreasi, dan partisipasi aktif dalam komunitas secara signifikan. Cedera otak traumatik diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan tingkat kesadaran, terutama durasi koma dan amnesia pasca trauma Kata Kunci: Traumatik; Otak; Cedera; Kognitif
Pengaruh Warfarin Terhadap Usus Halus Aldi L. T. Bandaso; Djon Wongkar; Utami S. Lestari
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v16i1.53382

Abstract

Abstract: The small intestine is a hollow tube structure about six to seven meters long that extends from the pyloric sphincter to the ileosecal valve. Warfarin is the most common anticoagulant drug used today. The use of warfarin may cause small intestinal bleeding. This study aims to determine the effect of warfarin on small intestinal bleeding. The research design used was a literature review conducted by collecting literature on the Pubmed and Scientdirect databases using the PICOS framework selection criteria with the keywords 'Warfarin AND Small Intestine Bleeding' to search for literature related to the topic discussed and obtained 10 literatures. After going through a process of searching and filtering literature based on inclusion and exclusion criteria, finally found 10 literature to review. The ten literature reviewed showed the effect of warfarin on the small intestine. In conclusion, the use of warfarin may cause bleeding in the small intestine. Keywords: warfarin; small intestine; small intestine bleeding   Abstrak: Usus halus merupakan struktur tabung berongga dengan panjang sekitar enam sampai tujuh meter yang terbentang dari sfingter pilorus sampai katup ileosekal. Warfarin merupakan obat antikoagulan yang paling umum digunakan saat ini. Penggunaan warfarin dapat menyebabkan perdarahan usus halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warfarin terhadap perdarahan usus halus. Desain penelitian yang digunakan yaitu studi pustaka (literature review) yang dilakukan dengan mengumpulkan literatur pada database Pubmed dan Scientdirect dengan menggunakan kriteria seleksi PICOS framework dengan kata kunci ‘Warfarin AND Small Intestine Bleeding’ untuk mencari literatur yang terkait dengan topik yang dibahas dan didapatkan 10 literatur.  Setelah melalui proses pencarian dan penyaringan literatur berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, akhirnya ditemukan 10 literatur untuk diulas. Kesepuluh literatur yang diulas menunjukan adanya pengaruh warfarin terhadap usus halus. Sebagai simpulan, penggunaan warfarin dapat menyebabkan perdarahan pada usus halus. Kata kunci: warfarin; usus halus; perdarahan usus halus
Gambaran Histologi Pankreas Tikus Wistar yang Diberi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Setelah Diinduksi Aloksan Imanuela P. M. Ticoalu; Sonny J. R. Kalangi; Elvin C. Angmalisang
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v16i1.53579

Abstract

Abstract: Flavonoids, tannins and alkaloids in soursop leaf extract have antioxidant properties which can repair damage to pancreatic beta cells caused by reactive oxygen species. This research was an experimental laboratory study using Wistar rats as research samples. A total of 20 Wistar rats were injected with alloxan with a dose of 170mg/KgBW to achieve hyperglycemia. All sample were divided into four groups, with five rats in each group. Group A (negative control group) was given regular food for 14 days. Group B (positive control group) was given glibenclamide at a dose of 0.09 mg/200 gBW of mice for 14 days. Group C was the group given soursop leaf extract at a dose of 800 mg/KgBW for 14 days, and group C was the group given soursop leaf extract at a dose of 1000 mg/KgBW for 14 days. In the histological description of Wistar rats pancreas in Group C, two out of four islets of Langerhans were found to undergo atrophy, while the exocrine glands appeared normal. In the histological description of Wistar rats pancreas in Group D, one out of six islets of Langerhans was observed to undergo necrosis and amyloid degeneration. Additionally, necrosis and swelling were identified in some epithelial cells of the exocrine glands.  The histological description of Wistar rats pancreas in group D was better compared to the histological description of Wistar rats in other groups. The ratio of the atrophied islets of Langerhans to the total number of islets in this group was smaller compared to the other treatment groups (one out of six). Therefore, it can be concluded that the administration of soursop leaf extract at a dose of 1000 mg/kgBW is more effective in repairing damage caused by the toxic effects of alloxan on the pancreas. Keywords: histology; pancreas; soursop leaves; alloxan   Abtrak: Kandungan flavonoid, tannin, dan alkaloid dalam ekstrak daun sirsak memiliki sifat antioksidan yang dapat memperbaiki kerusakan sel beta pankreas akibat spesies oksigen reaktif. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan tikus wistar sebagai sampel penelitian. Sebanyak 20 ekor tikus Wistar diinduksi menggunakan aloksan dengan dosis 170 mg/KgBB untuk membuat kondisi hiperglikemi kemudian dibagi ke dalam empat kelompok, dengan lima ekor tikus di setiap kelompok. Kelompok A (kontrol negatif) diberi pakan biasa selama 14 hari. Kelompok B (kontrol positif) yang diberi glibenklamid dengan dosis 0,09 mg/200 gBB tikus selama 14 hari. Kelompok C adalah kelompok yang diberikan ekstrak daun sirsak dengan dosis 800 mg/KgBB selama 14 hari, dan kelompok D merupakan kelompok yang diberikan ekstrak daun sirsak dengan dosis 1000 mg/KgBB selama 14 hari. Pada gambaran histologis pankreas tikus wistar kelompok C ditemukan dua dari empat pulau Langerhans mengalami atrofi sementara kelenjar eksokrin normal. Pada gambaran histologis pankreas tikus wistar kelompok D ditemukan satu dari enam pulau Langerhans mengalami nekrosis dan degenerasi amyloid. Ditemukan juga nekrosis dan pembengkakan pada sebagian sel epitel kelenjar eksokrin. Gambaran histologis pankreas tikus wistar kelompok D yang diberi ekstrak daun sirsak dengan dosis 1000 mg/KgBB lebih baik dibandingkan dengan gambaran histologi pankreas tikus ketiga kelompok lain. Perbandingan jumlah pulau Langerhans yang mengalami atrofi dibanding total jumlah pulau Langerhans pada kelompok ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain (satu dari enam pulau). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis 1000 mg/KgBB lebih baik dalam memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh efek toksik aloksan terhadap pankreas. Kata kunci: histologi; pankreas; daun sirsak; aloksan
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Range of Motion (ROM) Articulatio Talocruralis pada Lansia Gracela M. Siada; Jimmy F. Rumampuk; Fransiska Lintong
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v16i1.53613

Abstract

Abstract: Joint Range of Motion (ROM) values indicate the flexibility of the respective joints. An increase in Body Mass Index (BMI) is one of the factors that can lead to a decrease in ROM values, consequently affecting muscle strength and joint functionality. Several studies have established a connection between increased BMI and reduced ROM, particularly in populations with obesity, where ROM tends to be more limited compared to non-obese populations. This research aims to explore the relationship between Body Mass Index (BMI) and the Range of Motion (ROM) of the articulatio talocruralis in the elderly population of Wioi Village, Minahasa Tenggara Regency. This study adopts an analytical observational approach with a cross-sectional design. The tools utilized in this research include digital scale and stature meter for BMI measurement, and goniometer for ROM measurement. The research sample was selected using simple random sampling technique. Data analysis was conducted using the Spearman correlation test. Among the 51 respondents examined, the Spearman correlation analysis revealed a significant negative relationship between BMI and Dorsiflexion (p= 0.004, r= -0.397) and Plantarflexion (p= 0.001, r= -0.435). In conclusion, there is a significant association between Body Mass Index (BMI) and the Range of Motion (ROM) of the articulatio talocruralis in the elderly population of Wioi Village, Minahasa Tenggara Regency. Keywords: body mass index (BMI); range of motion (ROM); articulatio talocruralis; elderly   Abstrak: Nilai ROM sendi menunjukkan fleksibilitas sendi tersebut. Peningkatan nilai IMT merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan nilai ROM menurun dan akan mempengaruhi kekuatan otot dan sendi. Beberapa penelitian menghubungkan peningkatan IMT dengan penurunan ROM dimana populasi dengan obesitas memiliki ROM yang terbatas dibandingkan dengan populasi yang tidak mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan range of motion (ROM) articulatio talocruralis pada lansia di Desa Wioi, Kab. Minahasa Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital dan stature meter untuk mengukur IMT, dan goniometer untuk mengukur ROM. Sampel penelitian dipilih dengan teknik simple random sampling. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi spearman. Dari 51 responden yang diteliti, analisis korelasi spearman menunjukkan adanya hubungan negatif yang bermakna antara IMT dengan Dorsofleksi (p = 0,004, r = -0.397) dan Plantarfleksi (p = 0,001, r = -0,435). Sebagai simpulan, terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Range of Motion (ROM) articulatio talocruralis pada lansia di Desa Wioi, Kab. Minahasa Tenggara. Kata Kunci: indeks massa tubuh (IMT); range of motion (ROM); articulatio talocruralis; lansia  
Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wistar yang Diberi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Setelah Diinduksi Aloksan Sherina L. Agow; Martha M. Kaseke; Elvin C. Angmalisang
Jurnal Biomedik:JBM Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.v16i1.53669

Abstract

Abstract: Diabetes Mellitus is a chronic and progressive disease characterized by elevated blood sugar levels accompanied by disturbances in carbohydrate, lipid, and protein metabolism. The antioxidant content in soursop leaf extract, when given in appropriate doses, can lower blood glucose levels and repair kidney damage caused by diabetes. This study aims to determine the histological picture of the kidneys in Wistar rats that are given soursop leaf extract after alloxan induction. This type of research is an experimental laboratory study using a simple research design (post-test only control group design). The experimental animals used were 20 Wistar rats randomly divided into 4 groups, each consisting of 5 rats with 4 treatments. These four treatments are Group A as the negative control group (alloxan 170 mg/kgBW), Group B as positive control (alloxan 170 mg/kgBW and glibenclamide 0.09 mg/200 gBW), Group C as treatment (alloxan 170 mg/kgBW and soursop leaf extract 800 mg/kgBW), Group D as treatment (alloxan 170 mg/kgBW and soursop leaf extract 1000 mg/kgBW). The ideal dose of administration of soursop leaf extract is 800 mg/kgBW because it has shown signs of improvement, in which regeneration of tubular epithelial cells with homogenous cytoplasm that are already binucleated are present, compared to the administration of glibenclamide. Meanwhile, a high dose of 1000 mg/kgBW gives toxic effects with histological pictures of the kidneys with tubular epithelial cells undergoing thyroidization and glomeruli undergoing hyalinization and sclerosis which manifest into chronic pyelonephritis.  In conclusion, the histological picture of the kidneys of Wistar rats induced with alloxan with the administration of soursop leaf extract dose of 800 mg/kgBW is better in repairing kidney damage as it has shown the presence of regeneration of tubular epithelial cells with homogenous cytoplasm that are already binucleated, compared to the administration of soursop leaf extract dose of 1000 mg/kgBW. Keyword: Kidney; soursop leaf extract; alloxan; histology   Abstrak: Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronis serta progresif ditandai dengan kadar gula darah yang meningkat dan disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Kandungan antioksidan yang terdapat pada ekstrak daun sirsak dengan dosis yang tepat, dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan memperbaiki kerusakan pada ginjal akibat diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi ginjal pada tikus wistar yang diberi ekstrak daun sirsak setelah diinduksi aloksan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan penelitian sederhana (post test only control group design). Hewan coba yang digunakan adalah 20 tikus wistar yang dibagi secara acak ke dalam 4 kelompok dan masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus dengan 4 perlakuan. Empat perlakuan tersebut adalah Kelompok A yaitu kelompok kontrol negatif (aloksan 170 mg/kgBB), Kelompok B kontrol positif (aloksan 170 mg/KgBB dan glibenklamid 0,09 mg/200 gBB). Kelompok C perlakuan (aloksan 170 mg/KgBB dan ekstrak daun sirsak 800 mg/KgBB), Kelompok D perlakuan (aloksan 170 mg/KgBB dan ekstrak daun sirsak 1000 mg/KgBB). Pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis yang lebih baik adalah dosis 800 mg/KgBB karena sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, dibandingkan pemberian glibenklamide karena adanya regenerasi sel epitel tubulus dengan sitoplasma yang homogen dan sudah berinti dua , sedangkan dengan dosis tinggi 1000 mg/KgBB memberikan efek toksik dengan gambaran histologi ginjal dengan sel epitel tubulus yang terjadi tiroidisasi dan glomerulus yang terjadi hialiniasasi serta sklerosis yang bermanifestasi menjadi pielonefritis kronik. Sebagai simpulan, gambaran histologi ginjal tikus wistar yang diinduksi aloksan dengan pemberian ekstrak daun sirsak dosis 800 mg/KgBB lebih baik dalam memperbaiki kerusakan ginjal karena sudah menunjukkan adanya regenerasi sel epitel tubulus dengan sitoplasma yang homogen dan sudah berinti dua, jika dibandingan dengan pemberian ekstrak daun sirsak dosis 1000 mg/KgBB. Kata Kunci: Ginjal; ekstrak daun sirsak; aloksan; histologi

Filter by Year

2009 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol. 14 No. 2 (2022): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 3 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 2 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 13, No 1 (2021): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 3 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 2 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 12, No 1 (2020): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 3 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 2 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 3 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 2 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 10, No 1 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 3 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 2 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 9, No 1 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 9, No 1 (2017): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 3 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 1 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 3 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 3 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 7, No 2 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 7, No 1 (2015): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 6, No 2 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Juli 2014 Vol 6, No 1 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Maret 2014 Vol 6, No 3 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 6, No 3 (2014): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 3 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 3 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 5, No 2 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen Vol 4, No 2 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 4, No 1 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 3 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 2 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 3, No 1 (2011): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 3 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 2 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 2, No 1 (2010): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 3 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 2 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 1, No 1 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM More Issue