cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 143 Documents
DINAMIKA POLITIK IDENTITAS MASYARAKAT MUSLIM BALI PADA PILGUB BALI TAHUN 2018 I Gusti Made Arya Suta Witawan
Sosioglobal Vol 3, No 1 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.306 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i1.19244

Abstract

The condition of a multicultural society causes democracy in Indonesia to be inseparable from political identity. Not only in regions, political identity also occured in the capital city, where the impact of this also influences people's perceptions from outside the capital about how they should be involved in politics. One issue related to political identity that has recently emerged and spread in various regions is the prohibition for Muslims to choose non-Muslim leaders to become regional heads. But what about the election of the Governor of Bali in 2018 where the Muslim community becomes a minority group and politically does not have a gubernatorial candidate and vice-governor candidate from among them while now some circles of Muslim communities are aggressively promoting their political identity. This research shows that the political identity movement of Muslim communities in Bali is very dynamic especially in situations where they consider themselves to be a minority group. The Balinese Muslim community continues to provide support and even choose non-Muslim leaders as far as the political agenda of the existing governor and deputy governor candidate pairs does not contradict their political identity. By using a qualitative approach this research also shows that all candidate pairs carry out various political approaches to the Balinese Muslim community, which shows that now the Balinese Muslim community which is a minority group has a political bargaining position.Keywords: political identity, Bali Muslim Society, Governor Election 
PERSEPSI PERKAWINAN USIA DINI DAN PEMBERDAYAAN GENDER (STUDI KASUS DESA PANCAWATI KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR) Retno Putri
Sosioglobal Vol 3, No 1 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.84 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i1.18148

Abstract

Artikel ini berfokus pada bagaimana persepsi terhadap perkawinan di masyarakat memberikan dampak terhadap melonjaknya perkawinan anak usia dini dan di Desa Pancawati, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Melalui gagasan Martha C. Nussbaum mengenai kesetaraan Gender dan Pendekatan Kemampuannya, Nussbaum mengatakan bahwa perempuan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki akan tetapi nilain dan norma serta tradisi yang ada justru menghambat perempuan untuk memproleh hak yang setara dengan laki-laki. Artikel ini mencoba memberikan pandangan yang berbeda terkait masyarakat dalam mempersepsikan perkawinan. Berdasarkan hasil dari penelitian, persepsi perkawinan disini dapat dilihat dari empat sudut pandang, yang pertama adalah agama, yang memperbolehkan perkawinan terjadi meskipun usia masih anak-anak selama telah mencapai tanda-tanda kedewasaan, persepsi budaya  yang ada di masyarakat memperbolehkan menikah di usia dini, karena stereotip masyarakat terhadap perempuan yang berusia 17 tahun belum menikah dianggap sebagai “perawan tua”. Dari sudut pandang ekonomi memberikan pandangan bahwa anak semakin bertambah usianya semakin menjadi beban bagi orang tua, sehingga perkawinan di usia muda menjadi solusi untuk meringankan beban hidup orang tuanya. Sedangkan dari sudut pandang hukum, kelonggaran aturan dalam undang-undang perkawinan memberikan celah bagi mereka yang ingin melakukan perkawinan di usia dini.Keyword: Persepsi, Perkawinan, Usia dini, gender, perempuan.rtikel ini berfokus pada bagaimana persepsi terhadap perkawinan di masyarakat memberikan dampak terhadap melonjaknya perkawinan anak usia dini dan di Desa Pancawati, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Melalui gagasan Martha C. Nussbaum mengenai kesetaraan Gender dan Pendekatan Kemampuannya, Nussbaum mengatakan bahwa perempuan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki akan tetapi nilain dan norma serta tradisi yang ada justru menghambat perempuan untuk memproleh hak yang setara dengan laki-laki. Artikel ini mencoba memberikan pandangan yang berbeda terkait masyarakat dalam mempersepsikan perkawinan. Berdasarkan hasil dari penelitian, persepsi perkawinan disini dapat dilihat dari empat sudut pandang, yang pertama adalah agama, yang memperbolehkan perkawinan terjadi meskipun usia masih anak-anak selama telah mencapai tanda-tanda kedewasaan, persepsi budaya  yang ada di masyarakat memperbolehkan menikah di usia dini, karena stereotip masyarakat terhadap perempuan yang berusia 17 tahun belum menikah dianggap sebagai “perawan tua”. Dari sudut pandang ekonomi memberikan pandangan bahwa anak semakin bertambah usianya semakin menjadi beban bagi orang tua, sehingga perkawinan di usia muda menjadi solusi untuk meringankan beban hidup orang tuanya. Sedangkan dari sudut pandang hukum, kelonggaran aturan dalam undang-undang perkawinan memberikan celah bagi mereka yang ingin melakukan perkawinan di usia dini.
'The Power of Emak-emak": Motivasi Kepedulian dan Cinta IMAS SITI PATIMAH
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.8 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21831

Abstract

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui motivasi gerakan perempuan terkait keikutsertaannya dalam pesta demokrasi dan tindakan yang mereka lakukan. Latar belakang penelitian ini yaitu maraknya dukungan kaum emak-emak dalam mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang menunjukkan sikap antusias sehingga mereka rela untuk hadir dalam kampanye dan demonstrasi. "The power of emak-emak" merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menunjukkan kekuatan gerakan ibu-ibu yang berasal dari ekonomi kelas menengah bawah yang merasakan masalah ekonomi di sektor domestik. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan menelaah literatur mengenai sejarah gerakan perempuan dari masa ke masa di beberapa negara termasuk Indonesia dan mengujinya dengan teori gerakan sosial, teori psikologi, dan teori sosiologi. Temuannya menunjukkan bahwa motivasi utama gerakan kaum emak-emak tersebut adalah isu masalah ekonomi keluarga dan kepedualian terhadap beberapa isu mengenai kondisi negara serta kecintaan mereka kepada anak-anak. Kesimpulan studi ini menunjukkan bahwa motivasi gerakan emak-emak dalam mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah kepedulian terhadap kondisi negara dan kecintaan terhadap anak-anak
Isu Gerakan Sosial Baru: Tempat Nasi Gratis Bandung ANDINA PRASETYA
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.34 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21638

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi mengenai isu gerakan sosial baru yang berbentuk Tempat Nasi Gratis Bandung, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Saat ini semua orang dapat melakukan kegiatan gerakan atau aksi sosial dengan cara apa pun. Salah satunya dengan bersedekah nasi, berbagi kebahagiaan dengan sesama, ketika memiliki rejeki yang lebih untuk beramal masyarakat  Bandung bisa menyalurkannya melalui sebuah etalase dengan tinggi 1 meter dan lebar 50cm untuk menyimpan nasi bungkus atau nasi kotak dengan lauk pauknya serta air mineral. Etalase yang diberi nama Tempat Nasi Gratis atau TNG yang berada di Bandung ditempatkan dilokasi-lokasi yang strategis dengan konsep siapapun boleh mengambil dan siapapun boleh mengisi. Nasi kotak yang tersedia dietalase, tidak hanya untuk masyarakat miskin kota, melainkan warga yang kehabisan uang, ataupun warga yang kesulitan mendapatkan makanan saat di perjalanan. Gerakan sosial baru ini digagas oleh seorang warga Bandung bernama Rochsan rudyanto.
Gerakan Tanpa sedotan: Hindari Kerusakan Lingkungan Dara Fatia
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.138 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21641

Abstract

ABSTRAKKerusakan lingkungan yang diakibatkan gaya konsumtif masyarakat modern membuat kerugian tidak hanya pada kehidupan masyarakat itu sendiri melainkan juga seluruh makhluk hidup. Studi ini mengkaji tentang isu gerakan sosial baru yaitu #NoStrawMovement. Gerakan #NoStrawMovement mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat lingkungan mereka sendiri dengan mengurangi pengurangan sedotan plastik. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui sejauh mana kefektifan gerakan #NoStrawMovement dalam mempengaruhi prilaku masyarakat untuk mengantipasi kerusakan Lingkungan. Penelitian ini menggunakan telaah studi kepustakaan dari berbagai literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberhasilan gerakan ini dibuktikan dengan berkurangnya pengguaan sedotan plastik secara signifikan dikalangan masyarakat. keberhasilan ini juga dipengaruhi oleh beberapa restaurant makanan yang tidak lagi menyediakan sedotan plastik bagi masyarakat. Seperti virus yang terus menyebar, gerakan anti sedotan plastik ini terus meluas dan membuat kesadaran bagi hampir setiap kalangan masyarakat.Kata kunci: gerakan sosial baru, #NoStrawMovement, sedotan plastik dan kerusakan lingkungan. ABSTRACTEnvironmental damage caused by the consumptive style of modern society causes harm not only to the life of the community itself but also to all living things. This study examines the issue of a new social movement, the #NoStrawMovement. The #NoStrawMovement moves people to participate in maintaining and caring for their own environment by reducing the reduction of plastic straws. The purpose of this study was to determine the extent of the effectiveness of the #NoStrawMovement in influencing community behavior to anticipate environmental damage. This study uses a literature study from various relevant literature. The results showed that the success of this movement was evidenced by the significant reduction in the use of plastic straws among the public. This success was also influenced by several food restaurants that no longer provided plastic straws for the community. Like a virus that continues to spread, the anti-plastic straw movement continues to expand and create awareness for almost every community. Keywords: modernization, new social movements, #NoStrawMovement, plastic straws and environmental damage.
HIJRAH ISLAMI MILENIAL BERDASARKAN PARADIGMA BERORIENTASI IDENTITAS Suci Wahyu Fajriani
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.081 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21643

Abstract

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan perkembangan hijrah islami pada masyarakat milenial, dengan mencerminkan perubahan diri ke arah yang lebih baik berlandaskan ajaran agama Islam. Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kepustakaan dengan mengumpula\kan informasi dari jurnal, buku, dokumen elektronik, dan berita online. Hijrah Islami menjadi gerakan sosial baru di masyarakat, paradigma berorientasi identitas sebagai analisis penelitian, karena menitikberatkan pada keterlibatan para aktor dan aksi kolektif. Analisis dikaji dengan lima kelebihan paradigma ini, hasilnya adalah: (1) Ekspresi kuat terjadi pada artis yang melakukan hijrah, pelaku ekonomi di bidang pakaian muslim meningkat, kajian-kajian hijrah islami diperoleh dari media sosial; (2) Ekspresi hijrah islami milineal, terlihat pada gagasan yang maju, pola pikir lebih kritis dan terbuka; (3) Perilaku ekspresif dengan mengikuti berbagai kajian-kajian islam; (4) Peran dan posisi aktor milenial dalam melaksanakan hijrah sebagai muslim dan muslimah sesuai dengan ajaran agama islam; (5) Menempatkan individu dalam hijrah islami ke arah tujuan hidup yang lebih baik dan terarah. Kesimpulan, hijrah islami milenial merupakan gerakan sosial baru yang menjadi identitas umat Islam berdasarkan ajaran agama Islam. Kata Kunci: Hijrah, Islami, Milenial dan Identitas
Suku Laut di Dusun Linau Batu Desa Tanjungkelit, Kabupaten Lingga Provinsi Kepri Marisa Elsera
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.11 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21054

Abstract

ABSTRAKKehidupan Suku Laut di Dusun Linau Batu, Desa Tanjungkelit, Kabupaten Lingga yang awalnya hidup nomaden, pindah dari satu pulau ke pulau yang lain dengan menggunakan sampan yang sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal mereka kini sudah menetap. Namun, kemiskinan dan keterisoliran masih menjadi pengalaman bagi masyarakat Suku Laut. Jika pada dahulunya mereka terisolir karena kultural, sejak dirumahkan mereka juga terisolir secara structural. Kemiskinan yang muncul diakibatkan dari rendahnya perhatian pemerintah, tidak tersentuhnya mereka dalam pembangunan dan stereotype masyarakat tempatan terhadap masyarakat Suku Laut membuat mereka semakin terbelakang.Kendati mereka saat ini sudah menetap, sudah tercatat secara administrasi, namun nyatanya masih teridentifikasi bentuk pengabaian kepada mereka. Salah satunya, dengan tidak diakuinya lagi mereka sebagai komunitas adat terpencil sehingga perhatian dan bantuan pemerintah daerah maupun pusat menjadi sangat minim, bahkan untuk beberapa aspek belum terjamah, seperti keahlian melaut menggunakan peralatan modern. Hingga puluhan tahun menetap di Dusun Linau, mereka sampai sekarang hanya menggunakan perahu dayung, pancing dan tombak sebagai alat tangkap. Padahal, mereka sangat terbuka untuk menerima inovasi baru. Dampaknya, kehidupan mereka tak pernah lepas dari hutang.Keyword: Suku Laut, Terisolir, Kemiskinan 
Local Community and Its Existence: The Environmental Wisdom of Kasepuhan Community at Kampong Cengkuk, Sukabumi District, West Java Ary Sulistyo
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1957.888 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.20374

Abstract

The research focused on the eternality of environmental preservation of indigenous Sunda Village of Kasepuhan Ciptagelar at Southern Halimun Mountain, Sukabumi District, West Java. The local community still exist with living heritage of Sundaness tradition and culture as well as rural tourism. The study associated with the depreciation of land and population growth. Socio-culture approach on this research has focused into environmental wisdom values that occupied the forest land. The result showed that Kasepuhan indigenous tradition is still practicing by community that protected the forestland at the south of the settlement only for their subsistence. Social-culture changes were occurring in the community with no agricultural activities in the forest (outer islands agriculture), but farmed in rice field activities (wet rice cultivation). Reduction in process and ceremonial activities also happened. More profane activities were developing economic crops in kebun-talun. The spatial pattern in environmental aspect was still have position; mountains-settlement-rivers; the main village of Kasepuhan—and the compose of several cluster villages. Indigenous villages that were geographically higher usually have more stricted tradition than the lower one.
MODAL SOSIAL: KONSEP, INKLUSIFITAS DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Fathy, Rusydan
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.994 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21267

Abstract

Modal sosial hadir sebagai alternatif bentuk modalitas lain. Dalam sejarahnya, perdebatan panjang mengenai modal sosial bermuara kepada relasi sosial sebagai esensi dari modal sosial. Penekanan modal sosial sebagai modal adalah bagaimana individu atau kelompok mampu mendayagunakan relasi-relasi sosial mencakup nilai dan norma, jaringan sosial dan kepercayaan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan manfaat sosial. Bagian awal artikel ini menjelaskan modal sosial sebagai konsep teoritis. Bagian inti artikel ini menjelaskan hubungan antara modal sosial dengan inklusifitas dan pemberdayaan masyarakat dalam konteks pembangunan inklusif berkelanjutan. Sebagai penutup, artikel ini menyimpulkan bahwa modal sosial merupakan kerangka berpikir yang bermanfaat dalam keberhasilan pembangunan dan perumusan kebijakan. Artikel ini menggunakan pendekatan kalitatif dengan metode studi literatur melalui berbagai sumber yang relevan.    
Eksklusi sosial pada masyarakat Petani Desi Yunita, S.Sos., M.Si
Sosioglobal Vol 2, No 2 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.303 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v2i2.17084

Abstract

Konsep eksklusi sosial yang digunakan oleh para sosiolog barat, saat ini juga telah berkembang dan menjadi kajian keilmuan sosial di Indonesia. Pertumbuhan penduduk dan kebijakan pembangunan yang dikembangkan oleh pemerintah di daerah pedesaan telah menimbulkan perubahan pada masyarakat petani. Artikel ini berfokus  pada perubahan-perubahan yang menjadi pendorong terjadinya eksklusi sosial pada masyarakat petani, dan memperlihatkan bentuk-bentuk eksklusi sosial apa saja yang terjadi pada masyarakat petani khususnya di wilayah Jawa Barat.

Page 4 of 15 | Total Record : 143


Filter by Year

2016 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 2 (2025): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 9, No 1 (2024): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 8, No 2 (2024): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 8, No 1 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 6, No 2 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 6, No 1 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 5, No 2 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 5, No 1 (2020): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 4, No 2 (2020): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 4, No 1 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 1 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 2 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 2 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 1 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 1 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 2 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 2 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 1 (2016): SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 1 (2016): SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi More Issue