cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 350 Documents
Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa: Studi Refleksi Daniel 6:1-4 Agustin Soewitomo Putri
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 2 (2017): April 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i2.120

Abstract

This article has purpose to show the importance of giving stimulation from the lecturer of STT Torsina to enhance the quality of student’s living, either in intelectual, social and spiritual aspect. This research uses qualitative approach with exposition of text Daniel 1-6. Ini this biblical narrative Daniel gained the highest position after the king in Babylon kingdom. Daniel chosen was based on his self quality over anyone became candidates. The exposition of Daniel 6:1-4 giving some references made him been qualified, that is Daniel’s spiritual life quality. By this research finding giving a recommendation of stimulate spiritual living for enhance STT Torsina students’ academic quality according to Daniel. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya stimulasi yang diberikan oleh para tenaga pengajar (dosen) di STT Torsina untuk meningkatkan kualitas hidup mahasiswa, baik dalam aspek intelektual, sosial dan kerohanian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan studi eksposisi kitab Daniel 1-6. Dalam narasi biblikal ini Daniel memperoleh posisi tertinggi setelah raja di negeri Babel. Pemilihan Daniel dilandaskan pada kualitas Daniel yang mengungguli siapa pun yang menjadi calon pemimpin saat itu. Kajian eksposisi Daniel 6:1-4 mereferensikan apa yang membuat Daniel berkualitas, yaitu: kualitas kehidupan rohani Daniel. Dengan temuan ini, maka penelitian recomendation sebuah stimulasi kehidupan rohani demi meningkatkan kualitas akademis mahasiswa STT Torsina sesuai dengan tokoh Daniel.  
Pendidikan Kristiani di Era Post-Truth: Sebuah Perenungan Hermeneutis Paul Ricoeur John Christianto Simon
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.330

Abstract

Abstract. The post-truth phenomenon in the form of false news and utterances of hate actually marks an awareness that is lured to oneself (closed, rejects intersubjectivity) which causes the emergence of egological thinking. Ricoeur carries out “hermeneutics of suspicion,” as a hermeneutical method, which aims to demystify arrogant subjects, which are lived out by distrust and skepticism and give birth to post-truths. The purpose of this study is to show that the perspective of education according to Ricoeur means the return of consciousness. Consciousness means unity between words and actions. It is not enough that our thoughts are good without being directly proportional to good actions. For the task of education, the unity of both is the opposite of post-truth.Abstrak. Fenomena post-truth berupa berita bohong dan ujaran kebencian sesungguhnya menandai kesadaran yang terpikat pada diri sendiri (tertutup, menolak intersubjektif) yang menyebabkan munculnya cari berpikir egologis. Ricoeur mengusung “hermeneutik kecurigaan” (hermeneutics of suspicion), sebagai metode hermeneutis, yang bertujuan melakukan demistifikasi atas subjek yang pongah, yang dihidupi oleh ketidakpercayaan dan skeptisisme serta melahirkan post-truth. Tujuan penelitian ini ingin memperlihatkan bahwa perspektif pendidikan menurut Ricoeur berarti kembalinya kesadaran. Kesadaran berarti satunya kata dan tindakan. Tidak cukup pikiran kita baik, tanpa berbanding lurus dengan tindakan yang baik. Bagi tugas pendidikan, maka kesatuan keduanya adalah lawan tanding bagi post-truth.
Pendekatan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi Sarah Andrianti
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i2.188

Abstract

Abstract. This research aimed to describe Portfolio-Based Instruction (PBI) in improving student learning responsibility at Theological Seminary. This research used qualitative and literature study technic. This research brought about the conclusion when PBI applied by consider the compatibility of study materials and purposes of learning than PBI can improves student learning responsibility at Theological Seminary.Abstrak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pendekatan model pembelajaran berbasis portofolio (MPBP) dalam meningkatkan tanggung jawab belajar mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi (STT). Penelitian menggunakan jenis kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research). Penelitian ini menghasikan kesimpulan apabila MPBP diterapkan dengan mempertimbangkan kecocokan materi kuliah dan tujuan perkuliahan, maka dapat meningkatkan tanggung jawab belajar mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi.
Studi Tokoh Debora dalam Kitab Hakim-Hakim 4-5: Menjawab Isu Kontemporer Kepemimpinan Wanita Dalam Organisasi Kristen Elkana Chrisna Wijaya
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i2.162

Abstract

Abstract. The most dominant issue in contemporary leadership is gender issues. The position of men is considered more special than women. This view has led to the emergence of discriminatory practices against women, not least in the world of Christianity. The views of conservative theologians in relation to the realm of leadership are not so different from the above. The stereotype is often a strong reason for restricting or forbidding women to become leaders. Through this study, the author analyzes some important sections of the text from Judge 4-5 through the character analysis method, to answer the polemic and to the understanding that the effectiveness of a leader is not based on gender. Through this analysis the result is that there is no partiality to one gender in the election of a leader in the midst of God's people.Abstrak. Isu yang paling dominan dalam kepemimpinan kontemporer adalah isu gender. Kedudukan laki-laki dipandang lebih istimewa dibandingkan perempuan. Pandangan tersebut menyebabkan munculnya praktik diskriminasi terhadap kaum perempuan, tidak terkecuali dalam dunia Kekristenan. Pandangan para teolog konservatif sehubungan dengan ranah kepemimpinan, tidak berbeda jauh dengan pandangan tersebut di atas. Stereotype tersebut seringkali menjadi alasan yang kuat untuk membatasi atau melarang wanita untuk menjadi pemimpin. Melalui penelitian ini, penulis menganalisis beberapa bagian teks yang penting dari Kitab Hakim-hakim 4-5 melalui metode analisis tokoh, untuk menjawab polemik tersebut dan pemahaman bahwa keefektifan seorang pemimpin, tidak berdasarkan pada gender. Melalui analisis tersebut diperoleh hasil bahwa tidak ada keberpihakan terhadap satu gender dalam terpilihnya seorang pemimpin di tengah-tengah umat Allah.
Sebuah Analisis terhadap Problematika Impekabilitas Kristus Berkaitan dengan Realitas Pencobaan yang Kristus Alami Yudi Jatmiko
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.411

Abstract

Abstract. Christ's victory over trials is an example, comfort, and assurance of believers' victory over their trials. Regarding His human nature, it was clear that the trials which Christ experienced were real trials. Yet the doctrine of Christ's impeccability, based on His divine nature, affirms that Christ was not only sinless, but could not sin also. From the point the problem arises: how can these two concepts - the reality of Christ's temptation and impeccability - be harmonized? Through a literature review carried out by discussing various opinions, both those that support the impeccability and those that reject it, it was concluded that there was no contradiction between Christ's impeccability and the reality of the trials he experienced. The impeccability of Christ is the essence of his eligibility to be our High Priest.Abstrak. Kemenangan Kristus atas pencobaan merupakan teladan, penghiburan, dan jaminan akan kemenangan orang-orang percaya atas pencobaan yang mereka alami. Berkaitan dengan natur kemanusiaan-Nya, tampak jelas bahwa pencobaan yang Kristus alami adalah pencobaan yang nyata. Namun doktrin impekabilitas Kristus, dengan berpijak pada natur ilahi-Nya, menegaskan bahwa Kristus bukan hanya tidak berdosa, tetapi Ia tidak dapat berdosa. Dengan demikian timbul masalah: bagaimana mungkin kedua hal ini – realitas pencobaan dan impekabilitas Kristus – merupakan kebenaran yang harmonis? Melalui kajian literatur yang dijalankan dengan cara mendiskusikan berbagai pendapat, baik yang mendukung pandangan impekabilitas maupun yang menolak, disimpulkan bahwa tiada kontradiksi antara impekabilitas Kristus dengan realitas pencobaan yang Ia alami. Impekabilitas Kristus sebagai esensi kelayakannya menjadi Imam Agung bagi kita.
Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru Yudi Jatmiko
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i2.161

Abstract

Abstraks. The second coming of Christ is an event inalienable to mankind. In addition to declaring punishment for unbelievers, His second coming also fulfils the presence of a new heaven and earth in which the righteous will reign with Christ forever. Of this, the Bible records that "the heavens shall vanish with a great rumbling, and the elements of the world shall burn in the flames, and the earth and all that is therein shall pass away." But on the other hand, the view of restoration clearly teaches that the old heavens and the earth will not be totally destroyed, but renewed. Thus the problem arises: how could both of these things - the biblical concept of the new earth and the doctrine of restoration - be a harmonious truth? This paper seeks to explain and discuss the problematic teaching of the restoration in relation to the concept of the new earth. Through this paper the author hopes to elaborate the problematic of this topic clearly, especially regarding the alleged contradictions that exist. In addition, critical analysis is conducted to produce responsible solutions that contribute significantly to the study of eschatology, in which the authors believe that the teaching of restoration and the concept of the new earth is a harmonious and biblical truth.Abstrak. Kedatangan Kristus kedua kali merupakan peristiwa yang tidak dapat dielakkan oleh umat manusia.  Selain untuk menyatakan penghukuman bagi orang yang tidak percaya, kedatangan-Nya yang kedua juga menggenapi hadirnya langit dan bumi yang baru di mana orang benar akan memerintah bersama dengan Kristus selama-lamanya.  Mengenai hal ini, Alkitab mencatat bahwa “langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”  Namun di sisi yang lain, pandangan restorasi dengan jelas mengajarkan bahwa langit dan bumi yang lama tidak akan dihancurkan secara total, melainkan diperbaharui.  Dengan demikian timbul masalah: bagaimana mungkin kedua hal ini – konsep Alkitab tentang bumi yang baru dan ajaran restorasi – merupakan kebenaran yang harmonis?    Tulisan ini berusaha memaparkan dan mendiskusikan problematika ajaran restorasi berkaitan dengan konsep bumi yang baru.  Melalui tulisan ini penulis berharap dapat menguraikan problematika topik ini dengan jelas, khususnya mengenai dugaan kontradiksi yang ada.  Selain itu, analisis kritis yang dilakukan diharapkan menghasilkan solusi yang bertanggungjawab sehingga memberikan kontribusi yang signifikan bagi studi eskatologi, dimana penulis meyakini bahwa ajaran restorasi dan konsep bumi baru merupakan kebenaran yang harmonis dan alkitabiah.
“Aku Yang Bisu Telah Bersuara”: Tafsir Feminis Terhadap Yohanes 7:53-8:1-11 Rahel Salmanu; Febby Nancy Patty; Marlen T. Alakaman
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.302

Abstract

Abstract. Theviolence and injustice that often occurs toward women is partly due tobiased Bible texts interpretation and sometimes androcentric. For example, John 7: 53-8: 1-11, about a woman who was committed an adultery,the interpretation, by the traditional approach, emphasizes on Jesus’ act of love and forgiveness toward the woman. This article aimed to explore the narration from the perspective of feminist by using E.S. Fiorenza methodology to uncover the woman's silence in the text. Through this study, it was found that the silence act of the women is for describing a patriarchal culture that dominates and unfair to women. Jesus' defense to this woman was at the same time as a critique for the dominant oppressive power.Abstrak. Praktik kekerasan dan ketidakadilan yang sering terjadi terhadap kaum perempuan salah satunya karena penafsiran terhadap teks-teks Alkitab yang bias dan berfokus pada sudut pandang kaum laki-laki (androsentris). Sebagai contoh teks Yohanes 7:53-8:1-11 tentang perempuan yang berzinah, dalam pendekatan tradisional, fokus penafsiran menekankan aspek iman yang hanya berfokus pada karya Yesus melalui tindakan kasih dan pengampunan terhadap perempuan tersebut. Artikel ini berupaya menelisik sisi yang berbeda yakni dari perspektif perempuan (korban), dengan menggunakan langkah metodologis yang digunakan oleh E.S. Fiorenza untuk mengungkapkan makna kebisuan perempuan dalam teks tersebut. Melalui kajian tersebut diperoleh makna bahwa kebisuan perempuan tersebut menggambarkan budaya patriarkhi yang mendominasi dan tidak adil terhadap kaum perempuan. Pembelaan Yesus terhadap perempuan tersebut sekaligus sebagai kritik terhadap kekuasaan dominan yang menindas.
Khotbah Pengajaran Versus Khotbah Kontemporer Kevin Tonny Rey
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i1.100

Abstract

Khotbah merupakan bagian dari proses ibadah di gereja yang bertujuan memberikan penjelasan kepada warga gereja. Namun demikian, beberapa kotbah yang disampaikan bukannya memberikan penjelasan yang alkitabiah sebaliknya hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang ambigu dan ambivalensi, bahkan cenderung provokatif. Khotbah yang disampaikan kiranya kembali pada pola alkitabiah, yaitu khotbah pengajaran seperti yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus dan para rasul. Khotbah pengajaran berorientasi pada berita Alkitab yang memiliki wibawa ilahi. Khotbah pengajaran bukanlah kotbah yang memberikan banyak alasan-alasan tertentu, tetapi yang memiliki makna teologi dan aplikatif.Disisi lain, khotbah kontemporer telah diterima dengan tangan terbuka oleh beberapa gereja yang tingkat pemahaman terhadap Alkitab dan iman Kristen masih sah untuk dipertanyakan. Hal itu tidak menjadikan gereja tersebut memiliki perspektif negatif, melainkan semakin meningkatkan kesadaran teologis secara normatif; apakah khotbah yang disampaikan selama ini sudah sehat atau menjadi beban warga gereja sehingga tidak memberikan pertumbuhan spiritualitas seperti yang diharapkan. Kajian ini bersifat eksplanatif-argumentatif, tentang khotbah pengajaran versus khotbah kontemporer, sehingga pada akhirnya pembaca mampu merekonstruksi makna kotbah yang selama ini telah dihidupi dan menghidupkan dalam kehidupannya sehari-hari. Sermon is one of element in church service, which aim to explain the people of God. Nevertheless, some sermons preached not to give biblical explanation, otherwise make some ambiguous, even tend to be provocatively. Sermon presumably back to biblical pattern, that is a teaching sermon what Jesus ever did and also with the apostles. Teaching sermon is biblical oriented, which has divine authority. It is not about giving many reasons, but having theological sense and applicable. In other side, contemporary sermon has been received with hand opened by some churches which their biblical understanding is proper to be questioned. That doesn’t make the church has negative perspective, but more increases theological awareness normatively; either sermon has been preached sensely or become burden for God’s people, so they couldn’t grow up spiritually as expected. This article explains argumentatively about teaching sermon versus contemporary one, which at least the reader can reconstructing the meaning of sermon that has been lived within and living by in daily life.
Merumuskan Etika Politik Kristen dalam Era Gangguan Terorisme di Indonesia Paulus Eko Kristianto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i2.186

Abstract

Abstract. Disruption of terrorism was a serious thing that threatens the life of nationalism in Indonesia. This disorder must be responded quickly and precisely as soon as possible. This article aimed to formulate one of the steps that could be taken, namely by building relevant Christian political ethics. The method used was descriptive analysis of various related literature that addresses this theme. In conclusion, Christian political ethics that have to be practiced by Christians is to develop an open understanding of "the other", including developing neighbouring theology.Abstrak. Gangguan terorisme merupakan hal yang serius mengancam kehidupan berbangsa di Indonesia. Gangguan ini harus direspon dengan cepat dan tepat sesegera mungkin. Artikel ini bertujuan untuk merumuskan salah satu langkah yang bisa dilakukan yakni dengan membangun etika politik Kristen yang relevan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis pada berbagai literaur terkait yang membahas tema ini. Kesimpulannya, etika politik Kristen yang harus diamalkan orang Kristen yaitu membangun pemahaman terbuka terhadap “sang liyan”, termasuk mengembangkan teologi pertetanggaan.
Tidak Patut Mendidik Menurut Jalan yang Patut: Studi Eksegesis Amsal 22:6 Jusuf Haries Kelelufna
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.310

Abstract

Abstract. Proverbs 22:6 is generally understood as providing assurance of the good results when the education process was carried out properly. However, the reality is that there is good people who is basicly not highly educated, on the other hand, there is people who is well educated but having bad behavior. The purpose of this study was to explore the true meaning of good education for young people. The approach taken was exegesis to Proverbs 22:6 by analyzing the lexical, context and syntax of the Hebrew grammar. The result of the analysis showed that good education did not always end up good results because it was influenced by many factors in education process.Abstrak. Amsal 22:6 pada umumnya dipahami sebagai memberikan kepastian hasil didikan yang baik jika proses didikannya dilakukan dengan baik. Namun demikian, realitasnya ada orang baik namun tidak berpendidikan tinggi, dan sebaliknya, ada orang yang berpendidikan tinggi namun berperilaku buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali maksud sebenarnya didikan yang baik bagi orang muda. Pendekatan yang dilakukan adalah eksegesis terhadap Amsal 22:6 dengan cara menganalisis leksikal, konteks serta sintaks tata bahasa Ibraninya. Hasil analisis menunjukkan bahwa didikan yang baik tidak selalu menghasilkan yang baik oleh karena pendidikan dipergaruhi juga oleh banyak faktor.

Page 6 of 35 | Total Record : 350