cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 350 Documents
Dari Tangga ke Taman: Multiplisitas Pertumbuhan Iman dan Implikasinya bagi Karya Pedagogis, Pastoral, dan Liturgis Gereja Joas Adiprasetya
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i2.232

Abstract

Abstract. This article proposes the garden model as a new approach that is hospitable to multiple types of spirituality and faith growth. Such a model is characterized as heterogeneous and non-normative. As such, it becomes an alternative to the ladder model that is more homogenous and normative, as explicated in the thought of James Fowler. By comparing the ladder and the garden models, as well as several examples within the garden model, the author demonstrates the advantages of the garden model and its implications for pedagogical, pastoral, and liturgical works of the church. The research shows that the garden model is beneficial in making space for multiple ways toward faith growth as well as the enrichment of the life of the church that respects diversity and celebrates unity.Abstrak. Artikel ini menawarkan model taman sebagai sebuah pendekatan baru yang bersikap ramah pada keberagaman tipe spiritualitas dan pertumbuhan iman. Model ini bersifat heterogen dan non-normatif dan menjadi alternatif bagi model tangga, yang ditampilkan dalam pemikiran James Fowler, yang lebih bersifat homogen dan normatif. Dengan melakukan komparasi antara model tangga dan model taman, serta komparasi atas berbagai contoh dari dalam model taman sendiri, penulis memperlihatkan keunggulan dari model taman ini serta implikasinya bagi praktik pedagogis, pastoral, dan liturgis gereja. Penelitian ini menunjukkan bahwa model taman mampu memberi ruang luas bagi beragam jalan menuju pertumbuhan iman serta pemerkayaan kehidupan gereja yang sekaligus menghargai perbedaan dan merayakaan kesatuannya.
Mengungkap Makna Kutukan terhadap Pohon Ara: Analisis Historis-Kritis Markus 11:12-14 Aldrin Joseph
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.390

Abstract

Abstract. This article aimed to uncover the true meaning of the curse to the fig tree written in Mark 11:12-14. By the historical criticism, the author tried to explain the reasoning of Jesus’ action in cursing the fig tree and answer the many difficulties when facing the text. The results of the analysis showed that the curse of the fig tree was a symbolic act that emphasized the importance of the faith growth of every believer as a consequence living under God’s rule as well as a stern warning of punishment for every believer who is reluctant to grow and bear fruit.Abstrak. Artikel ini bertujuan mengungkap makna sebenarnya narasi kutukan terhadap pohon ara yang tercata dalam Markus 11:12-14. Dengan menggunakan metode kritik historis, penulis hendak menjelaskan alasan-alasan sentral dibalik tindakan Yesus yang mengutuk pohon ara dan menjawab berbagai kesulitan yang dialami ketika membaca dan memahami peristiwa ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa kutukan pohon ara adalah sebuah tindakan simbolis untuk menandaskan pentingnya pertumbuhan iman setiap orang percaya sebagai konsekuensi hidup di bawah pemerintahan Allah sekaligus sebagai peringatan keras akan hadirnya penghukuman bagi setiap orang percaya yang enggan bertumbuh dan berbuah.
Karakteristik Pentakostalisme Menurut Kisah Para Rasul Harls Evan R. Siahaan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 1 (2017): Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i1.132

Abstract

Abstract: Pentecostalism is often to be concerned with Holy Spirit baptism, Spiritual gifts or speaking in tongue. Basically, Pentecostalism is about to dynamize Christian life’s character. This article is aiming to refer the nature of Pentecostalism according to The Acts, that it is not only about speaking in tongue and other Spiritual gifts, but the characteristic. This article is a research that using text analyzis of The Book of Acts about the true charateristic of Pentecostalism. The conclusion of this biblical research is, pentecostalist characteristic is about building dynamic person who has such characters: continued steadfastly in fellowship and learning Bible, social care, enthusiastic, having favor with all the people, dare to witness, ministering with power and having intelegent ability.Abstrak: Fenomena Pentakosta sering hanya dikaitkan dengan persoalan baptisan Roh Kudus dan bahasa roh, bahkan juga dengan karunia Roh. Sejatinya, Pentakostalisme merupakan sebuah dinamisasi karakteristik kehidupan Kristen. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan hakikat Pentakostalisme sesuai Kisah Para Rasul, bahwa Pentakostalisme bukan sekadar persoalan bahasa roh dan karunia roh yang lain, melainkan karakteristik. Penelitian ini bersifat analisis teks pada Kisah Para Rasul tentang karateristik Pentakostalisme yang sejati. Kesimpulannya, karakteristik pentakostalis adalah tentang membangun pribadi dinamis yang memiliki karakter: tekun bersekutu dan belajar firman, peduli sosial, antusias, disukai orang, berani bersaksi, melayani dengan kuasa dan memiliki kemampuan intelektualitas.
Persoalan Pengudusan Pasangan dalam Pernikahan Beda Agama: Kritik Sosio-Historis 1 Korintus 7:12-16 Vincent Kalvin Wenno
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.314

Abstract

Abstract. This study describes the marriage legality between Christian and non-Christian in Corinth. The text that is used as a focus for interpretation is 1 Corinthians 7:12-16, by using the socio-historical criticism. The text was chosen because it talked about the marriage of different beliefs that took place in the City of Corinth. To interpret text by the socio-historical criticism, things to consider are: First, the background of the social and historical context and mixed marriage in Corinth. Second, the problem of holiness and divorce in marriage in Corinth. Based the study, it can be explained that Paul's understanding of the sanctity of Christian marriage is a way to make a border between holiness and unholiness in pluralistic Corinthian society.Abstrak. Tulisan ini menguraikan persoalan keabsahan pernikahan antara orang Kristen dan bukan Kristen di Kota Korintus. Fokus teks yang menjadi acuan penafsiran adalah 1 Korintus 7:12-16, dengan menggunakan pendekatan tafsir sosio-historis. Teks tersebut dipilih karena berbicara menyangkut pernikahan berbeda keyakinan yang terjadi di Kota Korintus. Untuk menafsirkan teks dengan sosio-historis, maka hal yang diperhatikan adalah latar belakang konteks sosial-historis dan pernikahan campuran di Korintus, serta masalah kekudusan dan perceraian dalam pernikahan di Korintus. Berdasarkan hasil studi, maka dapat dijelaskan bahwa  pemahaman Paulus tentang kudusnya pernikahan Kristen adalah cara menarik batas antara kudus dan cemar dalam masyarakat Korintus yang majemuk.
Allah Memanggil Umat-Nya Untuk Menjadi Gereja Yang Tekun Berdoa Menurut Kisah Para Rasul 4: 23 – 31 Daniel Sutoyo
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i1.101

Abstract

Doa merupakan sebuah aktivitas yang erat hubungannya dengan denyut nadi kekristenan; sehingga muncul semacam ungkapan, bahwa doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Sejatinya, kegiatan doa bukanlah sebuah rutinitas ibadah belaka, melainkan pusat kehidupan itu sendiri. Dari zaman Yesus ada di muka bumi hingga pada pelayanan para rasul di Yerusalem bersama jemaat mula-mula, doa menjadi energi dari setiap pelayanan bahkan sendi kehidupan yang dilakukan. Artikel ini menyajikan sebuah telaah eksegetis tentang doa dalam Kisah Para Rasul 4:23-31, yang bertujuan menunjukkan secara biblikal sifat doa yang penting dan urgen. Pada akhirnya, gereja didorong untuk memahami esensi doa dan mulai berdoa dengan tekun. Pray is an activity most related to Christian’s life; so there is a saying that prayer is believers’ breath of life. Substantially, praying is not mere routinized of service, but also life center. From the time of Jesus was on earth untill the apostles’ ministry with early church in Jerusalem, pray becomes energy of every ministry even life. This article is giving an exegetical study of pray in Acts 4:23-31, which aim to show biblically character of pray, which is important and urgent. At least, it encourages church to understand the essence of pray and begin to pray on and on.
Trauma Healing bagi Perempuan Korban Konflik: Belajar dari Konflik Maluku dan Poso Asnath Niwa Natar
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 1 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i1.205

Abstract

Abstract. Conflicts that often occur in Indonesia claimed many victims. Among these victims, women were the largest impacted. They were not only being victims of violence and physicaly lost, but also experienced in psychological trauma. But this traumatic problem was hardly overcome by so it must be stayed and at the end would be choked the survival. This article aimed to discuss trauma healing efforts for women who are conflict impacted through literature study methods. Through this study it was concluded that giving opportunities for women conflict victims to tell their stories and experiences were the effective trauma healing efforts to heal the wounds they experienced.Abstrak. Konflik sering terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Indonesia yang merengkut banyak korban. Di antara korban-korban tersebut perempuan mengalami dampak yang paling besar. Mereka bukan hanya menjadi korban kekerasan dan kerugian secara fisik, namun juga secara psikis, termasuk mengalami trauma. Namun masalah traumatis ini jarang mendapatkan penanganan sehingga menjadi menetap dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan hidup selanjutnya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji upaya trauma healing bagi perempuan korban konflik melalui metode studi pustaka. Melalui kajian tersebut ditarik kesimpulan bahwa memberi kesempatan perempuan korban konflik untuk mengungkapkan kisah dan pengalamannya adalah upaya trauma healing yang efektif untuk menyembuhkan luka-luka yang mereka alami.
Teologi, Musik, dan Perdamaian: Visi Teologi Lukas 12: 51-53 dan Analisis Musik Ode Buat Maluku Dewi Tika Lestari; Yohanes Parihala
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.318

Abstract

Abstract. The reality of religion plurality such as in Indonesian could be an opportunity in weaving harmony to build the nation, but it could also threat the unity of the nation. The threath is when controversial religious doctrines are understood literally. Religious teachings can easily be used as instruments of conflict. This article aimed to interpret one of Jesus' controversial teachings that Jesus did not come to bring peace as found in Luke 12: 51-53. The fact of the religion that was used as conflict instrument was also criticize by music ode buat Maluku. Thus, through the interpretative analysis method in qualitative research, this article aimed to interpret and find the theological vision of Luke 12: 51-53 and to weave it with an analysis of ode buat Maluku music. The results of the analysis showed that theology and music have the same nature in speaking for peace.Abstrak. Realitas kemajemukan agama seperti yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dapat menjadi peluang merajut kebersamaan untuk membangun kehidupan bangsa, tetapi juga dapat menjadi tantangan yang mengancam keutuhan bangsa. Tantangannya adalah ketika ajaran-ajaran agama yang kontroversial dipahami secara harfiah. Ajaran agama dengan mudah dapat dijadikan sebagai instrumen konflik. Artikel ini bertujuan untuk menafsirkan salah satu ajaran Yesus yang tampak kontroversial bahwa Yesus datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan seperti yang terdapat dalam Lukas 12:51-53. Kritik terhadap realitas agama yang dijadikan instrumen konflik juga terdapat di dalam karya musik ode buat Maluku. Dengan demikian, melalui metode analisis interpretatif dalam penelitian kualitatif, artikel ini bertujuan untuk menafsirkan dan menemukan visi teologis Lukas 12:51-53 dan merajutnya dengan analisis karya musik ode buat Maluku. Hasil analisis menunjukkan bahwa teologi dan musik memiliki hakekat yang sama untuk menyuarakan perdamaian.
Peranan Kejawen dan Islam dalam Praktik Ziarah serta Upacara Labuhan di Parangkusuma, Yogyakarta Pramadi Tjahjono
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 1 (2018): Oktober 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i1.179

Abstract

Abstract. The relation between Islam and Javanese tradition is seen at a case of a pilgrimage and ritual of Labuhan at a beach of Parangkusuma, Yogyakarta. This ritual is well-known, and even became a tourism agenda, so is tha pilgrimage. The legend of a myth character like Kanjeng Ratu Kidul was engaged firmly with the kings and citizens of Mataram, specially Yogyakarta palace. In the ritual of Labuhan and pilgrimage (usually holds on Tuesday and Kliwon of Friday) in Parangkusuma showed two interested phenomenons about Islam and Kejawen interaction. There was an opinion that Islam and Kejawen interaction is a parallelism. This article used a descriptive method to explain that phenomenon. The conclusion is, the relation occurred in the practice of ritual of Labuhan and pilgrimage is a parallelism, what brought a certain understanding about Javanese, spesifically in relation with religion.Abstrak. Hubungan Islam dan Kejawen terlihat pada kasus perziarahan dan upacara labuhan di pantai Parangkusuma, Yogyakarta. Upacara labuhan cukup dikenal banyak orang bahkan menjadi agenda wisata untuk menarik wisatawan, demikian pula perziarahan. Legenda tentang tokoh mitos Kanjeng Ratu Kidul sangat erat hubungannya dengan para raja dan rakyat Mataram, khususnya keraton Yogyakarta. Dalam upacara labuhan dan perziarahan (yang biasanya dilakukan pada setiap malam Selasa dan Jumat Kliwon) di Parangkusuma memperlihatkan fenomena yang menenarik untuk melihat interaksi yang terjadi antara Islam dan Kejawen. Ada pendapat yang mengatakan bahwa interaksi yang terjadi antara Islam dan Jawa pada perhelatan tersebut adalah sebuah parallelisme. Artikel ini menggunakan metode deskriptif pada fenomena yang ada di Parangkusuma Kesimpulannya adalah, interaksi yang terjadi merupakan sebuah parallelisme, yang membawa pemahaman tertentu tentang Jawa, khususnya dalam hubungan dengan agama.
Efektivitas Misi Penginjilan dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja Kosma Manurung
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i2.242

Abstract

Abstract. Church growth can be achieved through church’s member migration, biological growth, and also evangelistic missions. For certain churches, evangelistic missions are not only one way to increase the number of congregations, but are seen as part of the fulfillment of the Great Commission. The purpose of this study was to describe the role of missionary evangelism in church growth. The research method used is a qualitative method with a descriptive approach. Through this research, it was obtained that the mission of evangelism is an effective means of increasing church growth. The mission of evangelism could be carried out with various strategies that are appropriate to the characteristics of the community around the church to be able to deliver the gospel effectively.Abstract. Pertumbuhan gereja dapat dicapai melalui perpindahan jemaat, pertambahan secara biologis, maupun misi penginjilan. Bagi gereja tertentu misi penginjilan bukan hanya sebagai salah satu cara untuk menambah jumlah jemaat, namun dipandang sebagai bagian penemuhan Amanat Agung. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran peranan misi penginjilan terhadap pertumbuhan gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Melalui penelitian ini diperoleh gambaran bahawa misi penginjilan adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan gereja. Misi penginjilan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat di sekitar gereja untuk dapat menyeberangkan Injil secara efektif.
Menggagas Hospitalitas Pentakostal: Membaca Ulang Kisah Para Rasul 2:44-47 di Masa Pandemi Johannis Siahaya; Harls Evan R. Siahaan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.504

Abstract

Abstract. The Covid-19 pandemic demands serious handling and response, not only at the level of regulation which resulted in a policy of breaking the chain of spreading the deadly virus in the social order, but also stimulating the church's attitude in alleviating the suffering of the people affected. This article is a study of Pentecostal reflective on the text of Acts 2:44-47, which was aimed to produce a theological attitude about caring for others in order to alleviate the suffering of the people, to the wider community outside the church, who are affected by the pandemic. This research was conducted by a qualitative approach with descriptive, analysis-interpretative, and comparative-argumentation methods, to gain new understanding of the text being studied. In conclusion, the rereading of Acts 2:47 proposed the hospitality of the Pentascostals, which not only show Christian kindness, but also a liturgical praxis.Abstrak. Peristiwa pandemi Covid-19 menuntut penanganan dan respons yang serius, bukan hanya pada tataran regulasi yang membuahkan kebijakan memutus mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut pada tatanan sosial, namun juga menstimulasi sikap gereja dalam meringankan penderitaan umat yang terdampak. Artikel ini merupakan sebuah kajian reflektif kaum Pentakostal atas teks Kisah Para Rasul 2:44-47, yang bertujuan untuk menghasilkan sikap teologis tentang kepedulian terhadap sesama dalam rangka meringankan penderitaan umat, hingga masyarakat luas di luar gereja, yang terdampak pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, analisis-interpretatif, serta argumentasi-komparatif, untuk  mendapatkan pemahaman baru dari teks yang dikaji. Kesimpulannya, pembacaan ulang Kisah Para Rasul 2:44-47 menggagas sikap hospitalitas kaum Pentaskostal, yang bukan hanya sekadar menunjukkan kebaikan Kristen, namun juga tindakan liturgis.

Page 8 of 35 | Total Record : 350