cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 350 Documents
The Subject of Education: Disruptive Dilemma in Abraham Kuyper and Ellen White Thought Halim Wiryadinata; Christar Arstilo Rumbay
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.309

Abstract

Abstract. The nature of education receives attention and public discussion as it is one dominant core of the cosmological system. However, it echoes to other public squares such as; the state, political power, culture, and religion, contains multi-layered of identity, and against a post-modernism era, which is a very disruptive period that could impact its nature. Abraham Kuyper is known as a public theologian, who offers wide works of education in Europe-Reformed tradition, while Ellen White, a central figure in American-Adventist, even worldwide, contributes unique perspectives. This article conducts qualitative research, attempts to interpret the works of Kuyper and White and reconstructs their idea in order to answer the intention of this research. Eventually, this essay shares the agreement between them concerning God's glorification and adoration as the intention of education, further, demonstrating the diversity where White maintains the holistic approach of education in which Kuyper against it. Moreover, this research attempts to uncover how both figures define the role of state over education.
Hikmat Sebagai Implikasi Pendidikan Kristiani: Refleksi 1 Raja-raja 3:1-15 Harls Evan Rianto Siahaan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i1.99

Abstract

Di dalam sutdi Perjanjian Lama, hikmat menjadi bagian yang terpenting dalam aktualisasi hidup tokoh yang berhasil. Di antara tokoh tersebut adalah Salomo yang disebut sebagai orang yang paling berhikmat, sehingga pada zamannya ia tidak tertandingi dalam banyak hal mencakup seluruh aspek kehidupan mausia saat itu. Intinya, Perjanjian Lama menunjukkan nilai lebih yang diberikan oleh hikmat yang tidak dapat dilakukan oleh orang pada umumnya.  Kajian ini merupakan penelitian teks 1 Raja-Raja 3:1-15 tentang hikmat yang diperoleh Salomo. Hikmat yang diberikan oleh Allah pada waktu itu pada hakikatnya adalah sebuah jawaban atas permintaan Salomo tentang hati yang mendengar atau dengar-dengaran. Di sisi lain, Pendidikan Kristen hadir untuk mendidik peserta didik memiliki sikap hati yang tunduk, mendengar kepada firman Tuhan. Studi ini bertujuan untuk menunjukkan pencapaian hidup yang berkualitas oleh hikmat melalui Pendidikan Kristiani. In the Old Testament study, wisdom becomes a most important theme of succeesful men’s actualizing live. It is Solomon as a wisest man of his time, so none could stand against, in many things involving whole life’s aspect. The point is, Old Testament shows superior value given by wisdom which people couldn’t do in general. This study is a textual research on 1 Kings 3:1-15 which about Solomon’s acquiring wisdom. God’s giving wisdom basically is a response on what Solomon asked before, that is about a hearing heart. On the other side, Christianity Education is existing to educate people for having a heart of obey, to hear God’s Word. This study is aiming to show achieving life’s quality by wisdom through Christianity Education.
Upaya Meningkatkan Sikap Solidaritas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Media Grafis “Monas Mama” Rifai Rifai
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i2.196

Abstract

Abstract. This study aimed to prove the increasing of solidarity and learning outcomes in the class of Christian Religious Education and Good Character through the use of the graphical media “Monas Mama.” The strategy in this research was carried out through 2 moderate cycles to improve the attitude of solidarity and learning outcomes using the graphic media “Monas Mama.” The results obtained from this study that through the use of the graphic media “Monas Mama” there was an increase in student solidarity and student learning outcomes. From the results it could be concluded that the use of graphic media not only could stimulate students’ cognitive, but could also help foster students' character.Abstrak. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya peningkatan sikap solidaritas dan hasil belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti melalui penggunaan media grafis “Monas Mama”.  Strategi dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus sedang untuk meningkatkan sikap solidaritas dan hasil belajar menggunakan media grafis “Monas Mama”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa melalui penggunaan media grafis ”Monas Mama” terjadi peningkatan sikap solidaritas siswa dan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media grafis tidak hanya dapat merangsang peningkatan aspek kognitif siswa, namun juga dapat membantu menumbuhkan budi pekerti siswa.
Evaluasi Struktur Internal Dimensions of Grace Scale (DGS) Devin Sandy Putra; Lina Natalya; Ide Bagus Siaputra
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.301

Abstract

Abstract. Grace is the main and foremost construct in Christian life whose existence cannot be empirically measured. Nevertheless, Bufford, Sisemore, and Blackburn (2017) succeeded in developing a scale that can measure Christian’s experience, belief, and attitudes towards grace called Dimensions of Grace Scale (DGS). The purpose of this research was to evaluate the internal structure of DGS using Exploratory Factor Analysis (EFA) and reliability analysis.  The DGS scale was translated into Indonesian language and distributed to 401 Christians over 17 years of age. The DGS scale has five dimensions which are Experiencing God’s Grace, Costly Grace, Grace to Self, Grace from Others, and Grace to Others. However, the EFA shows that six factors are the best grouping for DGS. Moreover, Costly Grace dimension was separated into two dimensions that are Grace and Responsibility and Graceful Avoidance of Personal Legalism, in line with Costly Grace theory.Abstrak. Kasih karunia merupakan sebuah kontruk utama di dalam kehidupan orang Kristen yang keberadaannya tidak sepenuhnya bisa diukur. Namun, Bufford, Sisemore, dan Blackburn berhasil mengembangkan sebuah alat ukur bernama Dimensions of Grace Scale (DGS) yang dapat mengukur pengalaman, keyakinan, dan sikap manusia terhadap kasih karunia. Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang evaluasi struktur internal dari alat ukur DGS. Peneliti menggunakan Exploratory Analysis Factor untuk melihat pengelompokan alat ukur DGS. Selain itu, analisis reliabilitas juga dilakukan untuk melihat konsistensi internal DGS. Skala DGS diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kemudian disebarkan kepada 401 orang Kristen yang berumur 17 tahun ke atas. DGS mempunyai lima dimensi yaitu dimensi Experiencing God’s Grace, Costly Grace, Grace to Self, Grace from Others, dan Grace to Others. Namun, Exploratory Analysis Factor menunjukkan bahwa pengelompokkan terbaik DGS terdapat pada enam dimensi, dimana dimensi Costly Grace terbagi menjadi dua, yaitu dimensi Grace and Responsibility dan Graceful Avoidance of Personal Legalism, sejalan dengan teori Costly Grace.
Memaknai Pentakostalisme dalam Maksud Politis Lukas: Analisis Kisah Para Rasul 1:6-8 Harls Evan R. Siahaan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 1 (2018): Oktober 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i1.178

Abstract

Abstract. The theology of Pentecostal is often assumed as a mere theology which related to the spiritual life, so that thinking about involvement in secular’s life is absolutely a worldliness. Pentecostalisme isn’t designed to obtain a mere spiritual implication, but also a study which arranged in a political situation with author’s political aims. The method used in this article is an analytical text on The Acts 1:6-8, and Pentecostalism descriptive, both philosophical and tehologically. The result of this analysis found that Pentecostalism keyword is a personal dynamization to a bigger political dynamization, such a nationality.Abstrak. Teologi Pentakosta seringkali dianggap sebagai sebuah teologi yang hanya berkaitan dengan kehidupan dunia roh, sehingga memikirkan keterlibatan dalam dunia profan adalah sebuah keduniawian. Pentakostalisme tidak disusun untuk sekadar memperoleh implikasi rohani, melainkan juga sebuah risalah yang disusun dalam suasana politis dengan maksud-maksud politis dari penulis. Metode dalam penelitian ini adalah analisis teks pada Kisah Para Rasul 1:6-8, dan deskripsi Pentakostalisme, baik secara teologis maupun filosofis. Hasil dari pembahasan menemukan bahwa Pentakostalisme sebagai sebuah dinamisasi personal untuk mengalami perubahan yang lebih besar dalam ranah politik, yaitu nasionalisme.
Studi Gramatikal Galatia 2:11-14: Patutkah Menegur Pemimpin Rohani? Aseng Yulias Samongilailai
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i2.254

Abstract

Abstract. Rebuking a spiritual leader is hardly easy, that it seem to be disrespecting someone who had been anointed by God. That is what makes more Christians keep quiet despite knowing that their spiritual leader is mistaken. Through the grammatical analysis of Galatians 2: 11-14 the writer tried to prove the propriety of a person rebuking a spiritual leader. Through this study it could be concluded that the spiritual leader deserves to be rebuked if he/ she has deviated from the the truth of the Gospel he/she himself/ herself taught.Abstrak. Menegur seorang pemimpin rohani tidaklah mudah, di mana upaya tersebut seringkali dianggap sebagai tidak menghormati orang yang telah diurapi Tuhan. Hal itulah yang membuat lebih banyak orang Kristen diam saja meskipun mengetahui  pemimpin rohaninya berbuat salah. Melalui analisis gramatikal Galatia 2:11-14 penulis hendak membuktikan kepatutan seseorang menegur pemimpin rohaninya. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa pemimpin rohani patut untuk ditegur dengan keras apabila telah menyimpang dari kebenaran Injil yang diajarkannya sendiri.
Refleksi Teologis terhadap Tingkat Stress Guru selama Pandemi Covid-19 Rifai Rifai
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.458

Abstract

Abstract. This study aimed to analyze and provide theological reflection on the stress levels of Christian Religious Education teachers during the Covid-19 pandemic as a result of online learning activities. This research was conducted by using quantitative methods with simple linear regression analysis. The subjects of the research were 197 teachers of Christian Religious Education and Character in Surakarta at the primary secondary education degree, with 127 respondents as the sample. The results showed that the pandemic had indirectly increased the stress level of Christian Religious Education teachers in Surakarta. Theologically Christian Religious Education teachers need to motivate themselves according to the example of Jesus as the Great Teacher so that they can reduce stress level in teaching during the pandemic.Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan refleksi teologis terhadaa tingkat stress guru Pendidikan Agama Kristen selama pandemi Covid-19 sebagai akibat dilaksanakannya kegaitan pembelajaran secara daring. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear sederhana. Subyek penelitian adalah guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti di kota Surakarta pada jenjang pendidikan dasar menengah dengan jumlah 197 guru, dengan 127 responden digunakan sebagai sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa pandemi secara tidak langsung meningkatkan stress guru Pendidikan Agama Kristen di Kota Surakarta. Secara teologis guru Pendidikan Agama Kristen perlu memotivasi diri sesuai keteladanan Yesus sebagai Guru Agung sehingga dapat mengurangi tingkat stress dalam mengajar selama masa pandemi.
Bahasa Lidah dalam Ibadah Bersama Berdasarkan I Korintus 14 Murni Hermawaty Sitanggang
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 1 (2017): Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i1.127

Abstract

Abstract: Speaking in tongues in the chruch service together has become a controversy for a long time.  Some considered it as a positive thing because of its special gift. Otherwise, many views of its contemporary as negatively, doubted it as from God. This article is a literature research with a qualitative approach using an exposition methode on 1 Corinthians 14. The aim of this research is to show clearly Pauline conception of speaking in to tongue amid the church service teogether. The conclusion is that speaking in tongue must be followed by a gift of interpreting, in order to edify people. Thus, the gift shall be useful amid God’s church. Abstrak: Penggunaan bahasa lidah dalam ibadah bersama telah lama menjadi sesuatu yang menimbulkan pro dan kontra.  Ada yang menganggapnya sebagai sesuatu hal positif sebab dianggap sebagai salah satu dari karunia rohani yang istimewa.  Akan tetapi, tidak sedikit yang memandang negatif karena meragukan bahasa lidah kontemporer memang berasal dari Tuhan. Artikel ini merupakan penelitian literatur dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode eksposisi pada 1 Korintus 14. Tujuannya, untuk menunjukkan konsep Paulus tentang bahasa lidah dalam ibadah bersama sesuai dengan teks 1 Korintus 14. Kesimpulannya, bahasa lidah dalam ibadah bersama haruslah diikuti dengan karunia menafsirkan bahasa lidah, agar jemaat dapat dibangun. Dengan demikian karunia dapat berfungsi dalam gereja Tuhan.
Apologetika Alkitabiah tentang Penciptaan Alam Semesta dan Manusia terhadap Kosmologi Fengshui sebagai Pendekatan dalam Pekabaran Injil Hannas Hannas; Rinawaty Rinawaty
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 1 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i1.206

Abstract

Abstract. Fenghui's cosmology has penetrated people's understanding and this must be confronted with apologetics originated from the Bible. This study found three main things. First, the universe was created by God and God is personal. Second, humans are created by God but humans are not God. Third, the universe is not eternal, therefore anything that is sought to obtain a longer life as taught through Fengshui's cosmology is futile. Humans seek eternal life, this is only possible through receiving the forgiveness of Jesus Christ. The method used in this study is presuppositions based on the Bible to present objective truths. Presuppositions are supported by various related literature that addresses this theme is certainly placed under the authority of the Bible.Abstrak. Kosmologi Fenghsui telah merambah dalam pemahaman masyarakat, hal ini harus dihadapi dengan apologetika yang bersumber dari Alkitab. Penelitian ini menemukan tiga hal utama. Pertama, alam semesta diciptakan oleh Allah dan Allah itu berpribadi. Kedua, manusia diciptakan oleh Allah tetapi manusia bukanlah Allah. Ketiga, alam semesta tidak bersifat kekal, sehingga apa pun yang diupayakan untuk memperoleh hidup yang lebih lama (long life) seperti yang diajarkan melalui kosmologi Fengshui adalah kesia-siaan. Manusia mencari hidup yang kekal, hal ini hanya dimungkinan melalui menerima pengampunan Yesus Kristus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah presuposisi yang didasarkan pada Alkitab guna menyuguhkan kebenaran yang obyektif. Presuposisi didukung oleh berbagai literatur terkait yang membahas tema ini, tentu ditempatkan di bawah otoritas Alkitab.
Meneropong Pendidikan Kristiani di Era Pascasekularitas Paulus Eko Kristianto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.334

Abstract

Abstract. This article discusses the Christian Education model in the post-secular era. In the Indonesian context, understood as religion is challenged to learn from secularity so as not to underestimate humanity and profane dimensions of life. The discussion of this model departs from the research question how is the Christian Education model that is relevant in the post-secularity era? The question was discussed by John D. Caputo’s religion theory as the scalpel. The result was that lifestyle spirituality significantly emphasized at the issue of humanity became the core value of the Christian Education model in the post-secular era.Abstrak. Artikel ini mengkaji model Pendidikan Kristiani di era pascasekularitas. Dalam konteks Indonesia, era ini dipahami bahwa agama ditantang untuk belajar dari sekularitas agar tidak menyepelekan kemanusiaan dan dimensi-dimensi profan kehidupan. Pembahasan model ini berangkat dari rumusan masalah bagaimana model Pendidikan Kristiani yang relevan di era pascasekularitas? Rumusan tersebut dikaji melalui teori agama John D. Caputo sebagai sebagai pisau bedahnya. Hasil yang diperoleh dalam kajian ini adalah semangat spiritualitas gaya hidup yang menekankan secara nyata pada persoalan kemanusiaan menjadi nilai pokok model Pendidikan Kristiani di era pascasekularitas.

Page 5 of 35 | Total Record : 350