cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Farmaseutik
ISSN : 1410590x     EISSN : 26140063     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmaseutic accepts submission concerning in particular fields such as pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmaceutical chemistry, pharmacology, and social pharmacy.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 1 (2021)" : 20 Documents clear
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Pelayanan Kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang Aprilia Indah Pratiwi; Achmad Fudholi; Satibi Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.46980

Abstract

Standar pelayanan kefarmasian yang digunakan di Puskesmas yaitu Permenkes Nomor 74 Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang, mengetahui perbedaan peran SDM farmasi, ketersediaan anggaran dan tipe puskesmas, mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pelayanan kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang serta merumuskan solusi mengatasi permasalahan dalam pelayanan kefarmasian.Metode penelitian yang digunakan merupakan observasional deskriptif kuantitatif melalui pendekatan cross sectional pada 36 Puskesmas di Kota Semarang. Periode pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober s/d Desember 2018 dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap penanggungjawab unit pelayanan farmasi. Analisa statistik menggunakan Uji Independent Sample T-Test. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor pendukung, penghambat dan perumusan solusi menggunakan Basic Priority Rating Scale.Hasil penelitian menunjukan bahwa Secara umum pelayanan kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang dapat dikategorikan sangat baik dengan nilai rata-rata 83,56 ± 6,24. Seluruh Puskesmas Kota Semarang sudah melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP (Aspek manajerial) dengan nilai rata-rata 64,64 ± 4,409. Pelayanan farmasi klinik sudah dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian walaupun belum sepenuhnya dengan nilai rata-rata 18,92 ± 2,419. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk peran SDM farmasi dan tipe Puskesmas dalam pelayanan kefarmasian Puskesmas di Kota Semarang dengan  (p: 0,000) Dukungan Kepala Puskesmas dan koordinasi yang baik merupakan faktor pendukung. Faktor-faktor yang menghambat adalah apoteker belum tersedia di semua Puskesmas,  kurangnya pelatihan untuk tenaga farmasi dalam pelayanan farmasi klinik, sarana dan prasarana serta kelengkapan Standar Operasional Prosedur (SOP). Solusi dengan perbaikan sarana dan prasarana, membuat SOP pelayanan farmasi klinik, usulan anggaran untuk penambahan apoteker, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelayanan farmasi klinik.
Analisis Biaya Penyakit Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Aulia Nadya Rizki Imansari; Tri Murti Andayani; Dwi Endarti
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.47745

Abstract

Diabetes retinopati merupakan komplikasi mikrovaskuler diabetes melitus yang ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah retina yang menjadi penyebab kebutaan. Penyakit ini membutuhkan rentang waktu pengobatan yang panjang sehingga membutuhkan biaya yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk gambaran biaya penyakit diabetes retinopati dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi biaya penyakit. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional study, pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya medik langsung berdasarkan perspektif rumah sakit. Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes retinopati rawat jalan periode November 2018 – Januari 2019 di rumah sakit mata Yogyakarta. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi diabetes retinopati yang menjalani terapi rawat jalan, memiliki kelengkapan data rekam medis dan kelengkapan rincian pembiayaan rumah sakit. Hasil penelitian diperoleh 60 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Total biaya penyakit diabetes retinopati sebesar Rp 112.710.950 per 3 bulan rawat jalan. Rata-rata biaya per pasien Rp 1.878.516 ± Rp 1.954.213. Komponen biaya terbesar adalah biaya pelayanan non operatif berupa tindakan fotokoagulasi laser. Faktor frekuensi kunjungan, jenis terapi, lama menderita diabetes retinopati berpengaruh terhadap biaya penyakit (p<0,05).
Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Antbiotik pada Pasien dengan Infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta Tristina Devi Azzahra; Titik Nuryastuti; Ika Puspitasari
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v16i2.48025

Abstract

MRSA is one of the Multi Drug Resistant Organism (MDRO) with a high number of cases and problem. Incidence of MRSA in Indonesia is quite significant every years. In 1986 there were 2.5%, 1993 increased to 9.4% and in 2006 23.5%. The problem is methicillin is no longer effective and other antibiotics vary in efficacy. The aims of this reasearch was to evaluate the used of antibiotics in patients with MRSA infection in Dr. Moewardi Hospital in Surakarta. The study was performed using retrospective Cohort study to examine the relationship between suitability antibiotic to clinical outcomes in patients with MRSA infection in Dr. Moewardi Hospital in Surakarta during period 1 January 2017 - 31 December 2018. The evaluation was conducted to the suitability of type, dose, frequency, duration of antibiotic use and pharmacokinetic profile. Chi-square test was used to analyse the relationship of antibiotic suitability to clinical outcomes including predicted pharmacokinetic parameters for clinical outcomes.There were 28 samples with MRSA infection tested in this study. Twenty one patients (75%) used appropriate antibiotics showed good clinical outcome 21 patients (85,7%) and 7 patients (25%) with unsuitable antibiotics showed good clinical outcome 71,4%.Keywords: antibiotic, clinical outcome, pharmacokinetic, MRSA.
Hubungan Kepatuhan Pengobatan Terhadap Outcome Klinik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Medication Adherence Rating Scale-5 (MARS-5) Arie Firdiawan; Tri Murti Andayani; Susi Ari Kristina
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.48053

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan kompleks dimana kepatuhan penggunaan obat yang tinggi akan menghasilkan outcome klinik yang baik serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan terhadap outcome klinik pasien diabetes mellitus tipe 2 di beberapa Puskesmas Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang melakukan berkunjung ke Puskesmas periode September hingga Desember 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total responden 200 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data kepatuhan pengobatan pasien diperoleh dengan menggunakan kuisioner medication adherence report scale (MARS 5), data outcome klinik pasien berdasarkan glukosa dara sewaktu atau puasa dari rekam medik, data sosiodemografi diperoleh dari wawancara dan rekam medik. Analisis hubungan kepatuhan terhadap outcome klinik menggunakan analisis Chi square. Dari hasil analisis terhadap 200 pasien, pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah 114 (57%) dimana alasan utama ketidakpatuhan yaitu pasien lupa minum obat 84 (42%), outcome klinik belum tercapai 136 (68%). Terdapat hubungan antara kepatuhan terhadap outcome klinik (p=0,009; OR=2,211; CI=1,208-4,048). Berdasarkan hasil tersebut, tenaga kesehatan khususnya apoteker perlu lebih menekankan kepatuhan pengobatan untuk menghasilkan outcome klinik yang baik
Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis Terhadap Infeksi Luka Operasi pada Pasien Bedah Obstetri dan Ginekologi di RSUP Dr. Sardjito Mawaqit Makani; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.48170

Abstract

Antibiotik profilaksis merupakan obat yang digunakan dalam pencegahan dan penanganan pada infeksi luka operasi (ILO). Infeksi luka operasi menjadi penyumbang infeksi sebesar 14% dan kejadian tertinggi berasal dari obstetri dan ginekologi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kesesuaian dan prediksi kadar pada penggunaan antibiotik profilaksis terhadap kejadian infeksi luka operasi pada pasien yang bedah obsgin. Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan rancangan case control study. Data penelitian diambil dari rekam medik pasien bedah obsgin pada bulan Januari - Desember 2018 kemudian dikelompokkan menjadi kelompok ILO dan tidak ILO. Dilakukan evaluasi terhadap kesesuain jenis, dosis, waktu pemberian,interval, dan prediksi kadar antibiotik dalam darah pada kedua kelompok. Analisis data dilakukan uji chi-square dan Fisher exact test untuk data kategorikal untuk melihat profil baseline sampel dan hubungan antara kesesuaian antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Hasil penelitian pada 21 kelompok ILO dan 63 kelompok tidak ILO tidak terdapat hubungan antara kesuaian antibiotik profilaksis dengan kejadian luka operasi (p>0,05), prediksis kadar antibiotik saat selesai operasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian ILO (p<0,01; RR 4,5; 95% CI 2,9-6,7).
Ex-Vivo Study, The Effect of Standardized Eurycoma longifolia Extract on The Enzyme Activity of Rosiglitazone N-Demethylase Purwantiningsih Purwantiningsih; Abas Hj Hussin; Kit Lam Chan
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.48481

Abstract

Eurycoma longifolia (E. longifolia) or also known as Earth Pasak in Indonesia, has been used widely, especially to increase stamina in men. The use of herbal medicines in the long run opens up the opportunities for the influence of herbal medicines on metabolic process of other substances. This study aimed to evaluate the effect of E. longifolia extract on rosiglitazone metabolism after oral administration for one and fourteen days, and its effect on rat body weight. The rats were divided into two groups, group for one day treatment (divided into 8 subgroups with n = 6: I (control), II to VIII (were given extract at doses of 1 to 1000 mg / kg BW) and 14 days (rats divided into 4 subgroups, n = 6 : I (control), II to IV (treated with extracts of doses 5, 25 and 50 mg / kg BW). At the end of the experiment, test animals were sacrificed and rosiglitazone N-demethylase activity in hepatocytes was determined by measuring the amount of formaldehid formed at 415 nm. The rosiglitazone N-demethylase activity in all groups was analyzed by analysis of  variance (ANOVA) and Tukey Test (P <0.05). The percentage of the changing in the body weight in the 14 days treatment group was compared to the control group. The results showed there was a significant increased in the rosiglitazone N-demethylase activity after rats were treated with E. longifolia extract at doses of 5 to 1000 mg / kg BB, but was not significantly different at a dose of 1 mg / kg BW when compared with control group. For the 14 days treatment, there was no significant difference between the treatment group and the control group, both for the rosiglitazone N-demethylase enzyme activity or the changed of rat body weight.
Penyesuaian Dosis Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Rawat Inap di Rumah Sakit Kabupaten Tegal, Indonesia Santi Andriani; Fita Rahmawati; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.48683

Abstract

Pemberian obat dengan dosis sesuai pada pasien Chronic Kidney Disease  (CKD ) penting dilakukan, salah satunya untuk memastikan luaran terapi obat yang optimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara dose adjustment obat dan luaran terapi serta efisiensi biaya terapi obat dengan adanya dose adjustment pada pasien rawat inap dengan CKD.Jenis penelitian ini observasional dengan desain cross sectional. Sebanyak 200 rekam medis pasien rawat inap dengan CKD periode Januari – Desember 2017 di RSUD dr. Soeselo dan RSUD Suradadi Kabupaten Tegal dilibatkan dalam penelitian ini. Dose adjustment dihitung berdasarkan fungsi ginjal pasien, yang diestimasikan dengan laju filtrasi glomerular menggunakan formula Cockcroft-Gault. Hubungan antara dose adjustment obat dan luaran terapi menggunakan analisis Chi-square.Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1882 obat yang diresepkan, 338 (17,93%) obat memerlukan dose adjustment pada pasien CKD. Dari  obat tersebut, 175 (51,78%) obat diberikan dengan dose adjustment,  sejumlah 118 (67,43%) obat menghasilkan luaran terapi membaik , 23 (15,52%)  obat tidak membaik  dan 34 (19,43%) obat tidak dapat dievaluasi. Sedangkan dari 163 obat tanpa dose adjustment, 103 (63,19%) obat menghasilkan luaran terapi membaik dan 40 (24,54%) obat tidak membaik dan 20 (12,27%) obat tidak dapat dievaluasi. Terdapat hubungan yang signifikan antara dose adjustment dengan luaran terapi obat pada pasien rawat inap dengan CKD (OR 1,922, 95% CI = 1,119-3,548, p= 0,018). Efisiensi biaya yang dapat dihasilkan dengan adanya dose adjusment pada penelitian ini sebesar Rp. 1.620.588,00.
Kepatuhan Penggunaan Obat pada Komunitas Pasien Lanjut Usia Dengan Penyakit Kronis di Kecamatan Muntilan Jawa Tengah Emerentiana Wikan; Fita Rahmawati; Izyan Abdul Wahab
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.49088

Abstract

Pasien lanjut usia dengan penyakit kronis yang mendapatkan terapi jangka panjang, memiliki risiko lebih tinggi untuk tidak patuh. Kepatuhan mempunyai arti penting untuk memastikan manfaat terapeutik diterima oleh pasien. Namun, kepatuhan terhadap obat selalu menjadi masalah, terutama di kalangan orang tua. Pasien lanjut usia dengan komorbiditas multipel, memiliki risiko ketidakpatuhan yang lebih tinggi karena mereka menerima lebih dari satu macam obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien lanjut usia dengan penyakit kronis. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional observasional yang dilakukan selama bulan April - Juni 2019. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling yang melibatkan 182 pasien lanjut usia suku Jawa di Kecamatan Muntilan, Jawa Tengah. Metode pill count digunakan untuk mengukur kepatuhan pasien. Pasien dengan tingkat kepatuhan rata-rata < 80 % dikategorikan sebagai tidak patuh. Hubungan antara faktor pasien lanjut usia dengan tingkat kepatuhan minum obat dianalisis menggunakan regresi sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kepatuhan pasien lanjut usia terhadap terapi penyakit kronis dikategorikan tidak patuh dengan rata-rata 65,53 % ± 26,86%, sementara faktor demografis dan faktor klinik lainnya dari pasien lanjut usia tidak terkait. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kepatuhan minum obat pada pasien usia lanjut suku Jawa dikategorikan tidak patuh.
Efektivitas Dan Keamanan Furosemid Continuous Infusion Dosis 10 dan 20 Mg/Jam pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Kondisi Fluid Overload Syndrome Disertai Hipoalbumin di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Diga Albrian Setiadi
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.51455

Abstract

Furosemid continuous infusion merupakan obat pilihan pertama dalam mengatasi kondisi Fluid overload syndrome disertai hipoalbumin pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Namun pada kondisi tersebut, dosis furosemid yang digunakan oleh para klinisi yakni antara 10 dan 20 mg/jam. Belum ada penelitian yang membandingkan efektivitas dan keamanan furosemid dosis yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas dan keamanan furosemid dosis 10 dan 20 mg/jam yang diberikan secara continuous infusion pada pasien PGK dengan kondisi fluid overload syndrome disertai hipoalbumin. Metode penelitian Single blind, Randomized Clinical Trial yang dilakukan selama periode bulan Februari-April 2017 di ruang rawat inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Pengolahan data dilakukan dengan uji analisis statistik yaitu uji parametrik Two Independent T Test untuk data yang terdistribusi normal dan yang tidak saling berkolerasi, sedangkan untuk data yang terdistribusi tidak normal dan yang tidak saling berkolerasi maka digunakan uji non-parametrik Mann Whitney dan Kruskal Willis. Outcome yang diteliti adalah volume urin tampung 24 jam, sesak napas, lama pemakaian oksigen, ronkhi dan keamanan terapi yang dilihat dari efek samping obat (hipotensi, hiperuricemia, hiperglikemia, hiponatremia, hipokalemia). Hasil penelitian, sebanyak 34 pasien PGK dengan kondisi fluid overload syndrome disertai hipoalbumin (2,5-3,0 g/dL) telah didaftarkan. Pada efektivitas terapi, tidak ada perbedaan secara signifikan pada volume urin tampung 24 jam (P=0,324; P>0,05; 95% CI=714,6-1017,8 ml kelompok 1; CI=818,0-1113,2 ml kelompok 2), sesak napas (P=0,781; P>0,05; 95% CI=0,68-1,32 kelompok 1; CI=0,72-1,40 kelompok 2), lama pemakaian oksigen (P=0,363; P>0,05; 95% CI=1,34-2,66 hari kelompok 1; CI=1,72-3,10 hari kelompok 2), ronkhi (P=0,692; P>0,05) dan tidak adanya kejadian efek samping obat (P=1,000; P>0,05) antara dua kelompok tersebut. Kesimpulan, furosemid dosis 10 dan 20 mg/jam memiliki efektivitas terapi yang sama dan furosemid memiliki kemanan terapi yang baik pada pasien PGK dengan kondisi fluid overload syndrome disertai hipoalbuminemia.
Evaluasi Management Support pada Pengelolaan Obat di RSUD Kabupaten Ngawi Fita Dewi Yuniarti; Satibi Satibi; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.52157

Abstract

Pengelolaan obat yang efektif dan efisien di instalasi farmasi rumah sakit meliputi tahap seleksi, pengadaan, distribusi dan penggunaan yang didukung oleh manajemen pendukung (management support) yang terdiri dari perencanaan administrasi, organisasi, sumber daya manusia, sistem informasi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran management support terhadap pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Ngawi. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode wawancara dan telaah dokumen. Data kuantitatif diambil secara retrospektif (tahun 2018); dan data kualitatif diperoleh dari wawancara dengan informan yang dipilih secara purposive sampling. Data hasil penelusuran dokumen dan wawancara diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil wawancara disajikan dalam bentuk tekstual berupa narasi. Data kuantitatif dibandingkan dengan standar, kemudian disajikan dalam bentuk tabel.Dari hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan dan administrasi pada persentase kesesuaian jumlah permintaan dan perencanaan 103,18%; persentase stok obat mati 0,4%; persentase obat ED 0,36%. dari manajemen organisasi, sudah terdapat struktur organisasi yang jelas sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya. Dari manajemen sumber daya manusia, memerlukan penambahan SDM apoteker. Dari manajemen sistem informasi: SIM yang ada hanya lokal untuk instalasi farmasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan obat di IFRS RSUD Kabupaten Ngawi  belum efisien, karena belum didukung sepenuhnya oleh management support yang baik.

Page 1 of 2 | Total Record : 20