cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
TOTOBUANG
Published by Kantor Bahasa Maluku
ISSN : 23391154     EISSN : 25976184     DOI : -
Totobuang is a journal that publish results of research or conceptual idea in linguistics and literary studies, also aspects of teaching. Totobuang is published twice a year, on June and December. Totobuang editors accept article submission from researchers, experts, academician, and teachers of language and literature.
Arjuna Subject : -
Articles 187 Documents
PENENTANGAN KAUM MUDA MINANGKABAU TERHADAP BUDAYA MINANGKABAU DALAM CERPEN HARIAN KOMPAS [The Defense of Young Minangkabau on Minangkabau Culture in The Compass Short Story] Jasril Piliang
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.736 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.37

Abstract

The writing of literary works by authors from Minangkabau is dominated by the theme of youth resistance to Minangkabau culture supported by the Elder. Therefore, this article tried to discuss about young people's resistance to Minangkabau culture in the Kompas Daily short story. The research data was collected from four short stories by Minangkabau authors published by Kompas daily and analyzed using the theory of sociology of literature by using mimesis approach. This type of research was qualitative descriptive. Collecting and analyzing data were done simultaneously with reading-record-analysis technique, used content analysis method and heuristic and hermeneutic reading method. The findings of the study and discussion revealed that the short story of the Kompas Daily contained the resistance of Minangkabau youth which included resistance to the tradition of money pick-ups,  to the customary provisions that prohibit boys in Minangkabau occupied communal land, to mamak policies abusing inherited property, and  to the ban on marriage in the Minangkabau culture.Penulisan karya sastra oleh pengarang yang berasal dari Minangkabau didominasi oleh tema penentangan kaum muda terhadap budaya Minangkabau yang didukung oleh kaum tua. Oleh sebab itu, artikel ini mencoba melihat penentangan kaum muda terhadap budaya Minangkabau dalam cerpen Harian Kompas. Data penelitian dikumpulkan dari empat cerpen karya pengarang Minangkabau yang diterbitkan Harian Kompas dan dianalisis menggunakan teori sosiologi sastra dengan menggunakan pendekatan mimesis. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskripstif. Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan secara bersamaan dengan teknik baca-catat-analisis, menggunakan metode content analysis dan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Temuan penelitian dan pembahasan mengungkapkan bahwa cerpen Harian Kompas memuat penentangan kaum muda Minangkabau yang meliputi penentangan terhadap tradisi uang jemputan, penentangan terhadap ketentuan adat yang melarang anak laki-laki di Minangkabau menempati tanah ulayat, penentangan terhadap kebijakan mamak yang menyalahgunakan harta pusaka, dan penentangan terhadap larangan pernikahan sesuku dalam budaya Minangkabau.
BENTUK DEKONSTRUKSI FIQH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY [The Fiqh Deconstruction Form in The Novel Perempuan Berkalung Sorban by Abidah El-Khalieqy] Uman Rejo
TOTOBUANG Vol. 4 No. 1 (2016): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.747 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i1.10

Abstract

Abidah El-Khalieqy’s thought about the concept of fiqh which had been used as a legal reference, it bring out many gender inequality. The power and the authority of the islamic boarding schools that had been used as an example of the people turned out many legal injustice to the women, thus came the idea of Abidah El-Khalieqy to deconstruct it. Hadith of the Prophet be delivered at that time had been interpreted by the mufties with their perspective and legalized to be used as the patent laws all the time.Therefore Abidah El-Khalieqy deconstruct the hadith with humanly consideration, so there is no discrepancy between the rights of the men and the women. Based on this phenomenon, the focus of the study discussed in this paper were how the concept of fiqh formed of the author’ thought in the novel PBS and how the fiqh deconstruction form conducted by theauthor of the novel PBS? The study used the sociology of literature approach. From the study can be concluded that the fiqh deconstruction conducted by the author of the novel PBS was not deconstruct the contents of hadith, but interpreting the causality from the descent of the Prophet’ statement. Pemikiran Abidah El-Khalieqy mengenai konsep fiqh yang selama ini dijadikan referensi hukum, ternyata banyak memunculkan ketimpangan gender. Kekuasaan dan otoritas pesantren yang selama ini dijadikan contoh masyarakat ternyata banyak memunculkan ketidakadilan hukum pada perempuan, sehingga muncul pemikiran Abidah El-Khalieqy untuk mendekonstruksinya. Hadis Nabi yang disampaikan pada zaman itu ditafsirkan oleh para ulama dengan perspektifnya dan dilegalkan menjadi hukum paten yang digunakan sepanjang masa. Untuk itu Abidah El-Khalieqy mendekonstruksi hadis tersebut dengan pertimbangan secara manusiawi, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara hak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka fokus kajian yang didiskusikan dalam tulisan ini adalah bagaimana konsep fiqh membentuk pemikiran pengarang novel PBS dan bagaimana bentuk dekonstruksi fiqh yang dilakukan pengarang dalam novel PBS?. Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Dari kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa dekonstruksi fiqh yang dilakukan pengarang melalui novel PBS bukanlah mendekonstruksi isi hadis, melainkan menafsirkan kausalitas dari turunnya ucapan Nabi tersebut.
SEJARAH SASTRA LOKAL MALUKU: SEBUAH STUDI AWAL [The History of Maluku’s Local Literature: an Initial Study] Falantino Eryk Latupapua
TOTOBUANG Vol. 5 No. 1 (2017): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.752 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i1.54

Abstract

This article is intended as an introduction or an initial study of the history of Maluku’s written literature, either syncronic or  diachronic perspective. As an important term, history of literature which uses in this article refers to the sequence of literary works, authors, and literary events that has occurred over a long period of time.Those periods of time have spread over European colonialism to the most recent period. The elements linked in this paper are based on the main concept from the formalists called ‘the dominant’. The dominant is one of common concept in the history of literature studies, spesifically in formalist literature which sees it as the 'dominant' process of shifting over a period of time. The data and facts in this paper were obtained based on a summary of the written sources and documentation that obtained by authors from various other relevant sources through the books survey methods from other experts, in their studies before. Artikel ini dimaksudkan sebagai sebuah pengantar atau suatu penelusuran awal tentang sejarah kesusastraan (sastra tulis) di Maluku, baik secara sikronik maupun secara diakronik. Istilah sejarah sastra yangmenjadi istilah kunci dalam artikel ini menunjuk pada deretan karya, pengarang, serta peristiwa-peristiwa sastra yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang, sejak masa kolonialisme hingga periode paling mutakhir. Anasir-anasir yang dihubungkan dalam tulisan ini didasarkan pada prinsip kaum formalis the dominant, atau ‘yang dominan’, yakni konsep sejarah sastra formalis yang memandang sejarah sastra sebagai perubahan yang ditimbulkan melalui proses pergeseran ‘yang dominan’ tersebut dalam kurun waktu tertentu. Data dan fakta dalam tulisan ini diperoleh berdasarkan rangkuman yang dilakukan terhadap sumber-sumber tertulis dan dokumentasi yang diperoleh penulis dari berbagai sumber lainnya yang relevan melalui metode penelusuran pustaka yang ditulis oleh para ahli dalam studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya.
INTERJEKSI DALAM NOVEL DONYANE WONG CULIKA KARYA SUPARTA BRATA [Interjection in the novel Donyane Wong Culika by Suparta Brata] Siti Komariyah
TOTOBUANG Vol. 4 No. 1 (2016): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.896 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i1.5

Abstract

Interjection is a word used to express the feelings of the speaker. This interjection used by the author of the novel to convey the emotion or feeling that not only portrayed through the words or sentences, but also it could be delivered with the other forms of the words that interjection. The study entitled "Interjection of the novel Donyane Wong Culika' by Suparta Brata aimed to describe the forms and functions of the interjection used in the novel Donyane Wong Culika. This study was descriptive qualitative research. The research data obtained by the simak method and the note technique. These results indicate that the novel Donyane Wong Culika were two forms of the interjection: (1) primary, namely o, e, ah, lo, lha, wo, wah, heh) and (2) secondary, the form of the words, repetitionof words and phrases. The secondary interjections were alah, alaah, adhuh, wadhuh, oallah, wo lha, e lha kok, la kok, lha wong, adhuh-adhuh, mak cles, ora lidhok, astagfirullah!, astaga. The interjections forms in the novel Donyane Wong Culika have the function to express a sense of disappointment, upset, surprised, angry, shocked, awe, amazement, fear, marking the meaning of underestimate, marking remembered something. Interjeksi adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan pembicara. Interjeksi ini digunakan oleh penulis novel untuk menyampaikan emosi atau perasaan yang tidak hanya digambarkan melalui kata-kata atau kalimat, namun juga dapat disampaikan dengan bentuk kata yang lain yaitu interjeksi. Penelitian yang berjudul ‘Interjeksi dalam Novel Donyane Wong Culika’ Karya Suparta Brata ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk-bentuk dan fungsi interjeksi yang digunakan dalam novel Donyane Wong Culika. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.  Data penelitian diperoleh dengan metode simak dan  teknik catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Donyane Wong Culika  terdapat  2 bentuk interjeksi yaitu (1) primer, yaitu o, e, ah, lo, lha,  lho, wo, wah, heh) dan (2) sekunder, yang berbentuk kata, perulangan kata, dan frasa. Interjeksi sekunder tersebut yaitualah, alaah,adhuh, wadhuh,oallah, wo lha, e lha  kok, la kok, lha wong, adhuh-adhuh, mak cles, ora lidhok, astagfirullah!, astaga. Bentuk interjeksi dalam novel Donyane Wong Culika  memiliki fungsi untuk mengungkapkan rasa kecewa, kesal, heran, marah, kaget, kekaguman, takjub, ketakutan, menandai makna penyangatan, menandai teringat kembali kepada sesuatu.
TINDAK EKSPRESIF PUJIAN DALAM BAHASA BANJAR [Expressive Speech Acts Compliment the Banjar Language] Rissari Yayuk
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.434 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.25

Abstract

This research material in expressive speech acts compliment the Banjar people. The problem studied 1) How is the follow-expressive form of compliment in Banjar, 2) What sentence mode used in compliment speech acts expressive e,3) what politeness strategies used in the follow-expressive of Banjar language. The purpose of research included the description of 1) the form of the expressive act of compliment in Banjar, 2) sentence mode used in speech acts expressive of compliment,3) politeness strategies used in the follow-expressive Banjar language.. The method used descriptive qualitative. Research techniques were recorded and noted. Source data from Martapura city on June 2015 until January 2016 .the research found that the expressive act of compliment in Banjar language was characterized by umay'amboi modalities ', salut'salut', and the dasar of 'dasar'. This speech spoken in an enjoy situation . In generally utterances have news or declarative sentence mode. Flat intonation of sentences accompanied by a friendly smile of speakers. The use of this complimentacts of adhering to the principles of politeness (maxim) modesty. Humility is characterized by emphasizing the compliment of others advantages. Penelitian ini mengangkat materi  tindak tutur ekspresif pujian  pada  masyarakat Banjar. Masalah yang dikaji 1) Bagaimana wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar, 2) Modus kalimat apa yang digunakan dalam tindak tutur ekspresif pujian, 3) Strategi kesantunan apa yang digunakan dalam tindak ekspresif bahasa Banjar. Tujuan penelitian meliputi pendeskripsian 1)  wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar, 2) Modus kalimat  yang digunakan dalam tindak tutur ekspresif pujian, 3) Strategi kesantunan  yang digunakan dalam tindak ekspresif bahasa Banjar. Metode yang digunakan deskritif kualitatif. Teknik penelitian adalah rekam dan catat. Sumber data dari kota Martapura . Waktu pengambilan data Juni 2015 sampai dengan Januari 2016 .Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar ini ditandai dengan modalitas  umay’amboi’, salut’salut’, dan dasar’ dasar’. Ujaran ini dituturkan dalam situasi santai.Pada umumnya tuturan memiliki modus kalimat berita atau deklaratif. Intonasi kalimat datar dengan disertai senyum ramah penutur. Penggunaan tindak pujian ini berpegang kepada prinsip kesantunan (maksim) kerendahantian. Kerendahatian ditandai dengan mengutamakan pujian kepada kelebihan yang dimiliki orang lain.
PREFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK KALEDUPA [Prefiks Forming Verb Languages of Tukang Besi Dialect Kaledupa] Iki Darno Masa Putra
TOTOBUANG Vol. 5 No. 1 (2017): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.316 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i1.48

Abstract

This study examines verb forming prefixes in the Kaledupa dialect of the Kaledupa dialect. Selection of the title of this study based on observations and experiences of the author on the use of verb prefix in wakatobi society especially Kaledupa district as a whole. The theory used in this research is the generative morphology theory proposed by Halle using the principles and techniques of morpheme identification. Based on its kind, this research is a qualitative descriptive research type capable for various qualitative information with careful and nuanced descriptions to look carefully. The data of this research are oral data which is berafiks from informant. The method used in data analysis is refer to libat ably. The results of this study indicate the existence of verb-forming prefixes in the Kaledupa dialect language of the Kaledupa dialect of the prefix {hon-}, {no-}, {pa-}, {he-}, {po} -, {ni-}, {heka- }, dan {to-}.Penelitian ini mengkaji Prefiks pembentuk verba dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Kaledupa. Pemilihan judul penelitian ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis tentang penggunaan prefiks verba dalam lingkungan masyrakat Wakatobi khususnya kecamatan kaledupa secara keseluruhan.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Morfologi generatif yang dikemukakan oleh Halle dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik identifikasi morfem. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat. Data penelitian ini adalah data lisan berupa Verba berafiks yang dikumpulkan dari informan. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah simak libat cakap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prefiks pembentuk verba dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Kaledupa terdapat prefiks {hon-}, {no-}, {pa-}, {he-}, {po}-, {ni-}, {heka-}, dan{to-}.
MISOGINI DAN KONFRONTASI ANTARSESAMA TOKOH PEREMPUAN DALAM TIGA DONGENG KANAK-KANAK [Misoginy and Confrontation among Woman Characters in Three Children Fairy Tales] La Ode Gusman Nasiru
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.422 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.27

Abstract

This research focused on the three central characters in children fairy tales:Cinderella; Bawang Putih Bawang Merah; and Putri Satarina who got through other women’s hostility in the stories. Misoginism haunted the women and their struggles. This research analyzes: (1) how the roles of misoginy confront the characters in creating disputing among women characters; (2) how the parents’ roles in facing misoginy isue in children fairy tales. Analysis  based on misoginy point of view. The women are almost always saved by fortune and “luck”. It legitimated weak image of women. Instead of saving their lives from sosial oppression from men, they wasted time for producing clash among the women. This condition keeps them away from the sense of feminism which tries to reach equality with men’s quality and dignity. This fact helps parents to check their children’s reading sources carefully. It of course relates with the program of  implanting peace values to children in creating better generation to strenghten nation’s character.Penelitian ini fokus pada tokoh utama dalam tiga dongeng kanak-kanak:  Cinderella; Bawang Putih Bawang Merah; dan Putri Satarina yang mengalami imbas dari kebencian tokoh perempuan lain dalam cerita teranalisis. Misoginisme menghantui perempuan dan perjuangan-perjuangan mereka. Penelitian ini mengkaji: (1) bagaimana peran misogini mengkonfrontasi para tokoh dan menciptakan pertarungan-pertarungan antarsesama perempuan; (2) bagaimana peran orang tua dalam menghadapi isu misogini dalam dongeng kanak-kanak. Penelaahan menggunakan sudut pandang misogini. para perempuan hampir selalu diselamatkan oleh nasib baik dan “kebetulan-kebetulan”. Hal ini melegitimasi bentukan citra perempuan yang lemah. Alih-alih menyelamatkan diri dari penindasan sosial yang digerakkan laki-laki, mereka sibuk mereproduksi pergesekan antarsesama perempuan. Kondisi ini menjauhkan perempuan dari ruh suci feminisme yang berusaha menyamaratakan kualitas dan martabat mereka dengan laki-laki. Kenyataan ini membantu orang tua untuk jeli mengoreksi kembali bahan bacaan anak. Tentu saja ini erat kaitannya dengan program menanamkan pesan-pesan perdamaian kepada anak dalam rangka menciptakan generasi penerus yang berbudi pekerti luhur demi penguatan karakter bangsa.
POLA KEPEMIMPINAN MASYARAKAT ULUAN SUMATERA SELATAN DALAM NOVEL ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA [Leadership Patterns Of South Sumatera Up-Streamer (Uluan) In Novel Anak Perawan Di Sarang Penyamun By Sutan Takdir Alisjahbana] Budi Agung Sudarmanto
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.859 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.42

Abstract

South Sumatera has a very interesting characteristic about up-streamer and down-streamer. One of the descriptions is conveyed in the literary work. The novel of Anak Perawan di Sarang Penyamun by Sutan Takdir Alisjahbana showed a very thick nuance of up-streamer in it. The leadership was in within them. This article aimed at answering the problem of how the leadership in the up-streamer entity in South Sumatera based on the depiction in the literary work of novel Anak Perawan di Sarang Penyamun by Sutan Takdir Alisjhabana was. The stressing of up-streamer was necessary to be done since the locus setting of the novel was in the domain of up-streamer entity. This study applied approach of sociologycal literature. The result was Medasing (being transformed into Pesirah Karim) underwent process to be leader of rogues group, society leader as pesirah, and religion leader (when held title hajj and confirmed as religion affair leader).Sumatera Selatan memiliki karakteristik yang sangat menarik mengenai uluan dan iliran. Salah satu penggambaran tersebut dituangkan di dalam karya sastra. Novel Anak Perawan di Sarang Penyamun karya Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan nuansa uluan yang sangat kental di dalamnya. Kepemimpinan adalah satu di antaranya. Artikel ini bertujuan menjawab permasalahan tentang bagaimanakah pola kepemimpinan entitas uluan yang ada di Sumatera Selatan berdasarkan gambaran dalam karya sastra novel Anak Perawan di Sarang Penyamun karya Sutan Takdir Alisjahbana tersebut. Penekanan tentang uluan perlu dilakukan karena latar tempat kejadian di dalam novel tersebut berada di wilayah entitas uluan (untuk membedakannya dengan iliran) yang ada di Sumatera Selatan. Pendekatan sosiologi sastra diterapkan dalam penelitian ini. Hasilnya adalah Medasing (yang sudah bertransformasi menjadi Pesirah Karim) menjalani proses menjadi pemimpin kelompok penyamun, pemimpin masyarakat sebagai pesirah, dan menjadi pemimpin agama (ketika bergelar haji dan dikukuhkan sebagai pemimpin keagamaan)
NOVEL LASKAR PELANGI: SEBUAH REFLEKSI PERJUANGAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN [Novel Laskar Pelangi: Reflections of a Struggle in The Education] Agus Yulianto
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.931 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.15

Abstract

“Laskar Pelangi” novel by Andrea Hirata is one of novel that tell us about the struggle in education field. Through the characterizing made up by the writer, the struggle of the leading figures in facing educational world was very touching. There was no “give up” mental more over regretting their lives. They still had courage in simplicity and limitedness  to get an education. This study used pragmatic approach. The aim was to figure out the struggle among the leading figures in educational field. This study used descriptive method through literature review technique. Base on the study it was found out that the struggle of the leading figures in educational field could make their lives better in the future. Novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata adalah sedikit sekali novel yang mengisahkan tentang perjuangan di dunia pendidikan. Melalui penokohan yang dibangun oleh pengarang, perjuangan para tokoh dalam mengarungi hidup di dunia pendidikan terasa sangat mengharukan. Tidak ada kata putus asa apalagi menyesali hidup. Mereka tetap bersemangat dalam kesederhanaan dan keterbatasan untuk mencari ilmu pengetahuan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perjuangan para tokoh dalam dunia pendidikan. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik kajian pustaka. Berdasarkan kajian dapat diketahui bahwa perjuangan para tokoh dalam dunia pendidikan telah menjadikan kehidupan mereka menjadi lebih baik di kemudian hari.
PROBLEMATIKA SUBGENRE DALAM CINTA TAK PERNAH TUA KARYA BENNY ARNAS [The Problematics of Subgenre in Benny Arnas’ Cinta Tak Pernah Tua] Khoirul Muttaqin
TOTOBUANG Vol. 5 No. 1 (2017): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.164 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i1.55

Abstract

The objective of this study wadescribing the uniqueness of narrative structure of “Cinta Tak Pernah Tua” which has consisting of the various usage of pronouns refer to the central character in each story and in order of all stories which seems not interconnected so  it created the problem which can be classified into subgenre problematics of the collection of stories or novel “Cinta Tak Pernah Tua”. The research method used in this study wasstructural method.  this research used­ Gerard Genette’s narratology theory. The result showedthe uniqueness of the various usage of pronouns referring to the central character in each story as the result of the different viewer and story teller of those stories. In addition, all stories which were published in mass media, in fact, have linearity in their story order. In conclusion, “Cinta Tak Pernah Tua” can be classified as a novel. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keunikan struktur naratif Cinta Tak Pernah Tua yang meliputi, kevariatifan penggunaan kata ganti yang mengacu pada tokoh yang menjadi fokusdi setiap cerita dan tata semua cerita yang tampak tidak berkaitan sehingga menimbulkan problematika termasuk dalam subgenre kumpulan cerpen atau novel buku Cinta Tak Pernah Tua tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode struktural. Teori yang digunakan yakni teori naratologi Gerard Genette. Hasil penelitian ini adalah keunikan kevariatifan pemakaian kata ganti yang mengacu pada tokoh yang menjadi fokus di setiap ceritadisebabkan pemandang dari beberapa cerita tersebut berbeda serta pencerita beberapa cerita tersebut berbeda pula. Selain itu, semua cerita yang termuat di beberapa media masa ternyata mempunyai kelinearan dalam tata ceritanya.Simpulannya, Cinta Tak Pernah Tua dapat digolongkan menjadi sebuah novel.

Page 4 of 19 | Total Record : 187