cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JURNAL TATA KELOLA SENI
ISSN : 24429589     EISSN : 26147009     DOI : -
Jurnal Tata Kelola Seni adalah jurnal yang dikelola oleh Program Studi Tata Kelola Seni, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Jurnal ini memuat hasil penelitian dan tinjauan buku dalam bidang tata kelola, terkhusus di wilayah seni.
Arjuna Subject : -
Articles 108 Documents
Kajian Wisata Seni Budaya Batik Berwawasan Lingkungan Di Desa Jarum Setyo Harwanto
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 1, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jtks.v1i1.1322

Abstract

Kajian wisata seni budaya batik berwawasan lingkungan di Desa Jarum merupakan kajian yang dibahas dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan: pertama  Potensi apa saja yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas atraksi wisata budaya batik Desa Jarum, kedua Bagaimana rancangan pengembangan atraksi wisata budaya batik Desa Jarum. Penelitian ini bersifat pengamatan terhadap kawasan yang akan dikembangkan menjadi desa wisata budaya batik, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi pustaka, pengamatan lapangan dan wawancara. Adapun sumber data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan mencari nara sumber yang berkompeten, sumber instansi pemerintah juga swasta yang mendukung dan relevan. Analisis data dilakukan dengan metode SWOT yang digunakan untuk mengkaji semua aspek yang mempengaruhi berupa potensi dan permasalahan baik dilingkup internal maupun eksternal, sehingga akan teridentifikasi hubungan sumberdaya industri kreatif dengan sumberdaya lainnya. Fungsi dari analisis SWOT adalah dapat mengetahui apa saja potensi atau kekuatan yang mendukung dalam pengembangan wisata budaya batik di desa Jarum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa wisata jarum memiliki keunggulan potensi seni budaya, seperti budaya batik yang selama ini telah menghidupi banyak pengrajin. Atraksi belajar batik sebagai atraksi utama tidak dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di desa Jarum, sehingga perlu dilakukan pengembangan atraksi lainnya. Dengan kondisi minimnya potensi sumber daya alam, maka direkomendasikan untuk melakukan pengembangan atraksi buatan yang berwawasan lingkungan, memperluas pasar dengan memaksimalkan strategi promosi, dan bekerjasama dengan stakeholder untuk mewujudkan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Usaha kepariwisataan di desa Jarum akan terus meningkat dengan adanya dukungan dari seluruh masyarakat, sehingga organisasi harus mampu merangkul seluruh elemen masyarakat, melakukan inovasi, dan menjaga kualitas layanan serta pengelolaan.   
Proses Penetuan Harga Desain pada Desainer Grafis Freelance Lutfi Atmaji
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 5, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.773 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v5i1.3144

Abstract

Abstrak Perkembangan teknologi digital telah menambah semua aspek, termasuk dunia pemasaran. Hal ini membuka peluang bagi bidang desain grafis atau desain komunikasi visual yang dibutuhkan oleh masyarakat. fenomena tersebut dapat dilihat dari maraknya berbagai perguruan tinggi untuk membuka program studi atau jurusan desain grafis/desain komunikasi visual. Para desainer muda lulusan perguruan tinggi tersebut, memiliki berbagai pilihan diantaranya menjadi karyawan perusahaan dan atau sebagai pekerja lepas (freelance). Dalam kasus freelance para desainer muda atau desainer pemula yang belum berpengalaman sering kali memiliki permasalahan menetapkan harga sebuah jasa desain dan rincian biaya produksinya ketika bertemu konsumen. Ketepatan dan rasionalitas rincian biaya desain yang ditawarkan tersebut, sebagai ukuran tingkat keprofesionalan desainer muda tersebut, jika biaya desain yang ditawarkan terkesan tidak rasional maka konsumen sering kali melakukan upaya penawaran yang memungkinkan kesepakatan harga akan merugikan desainer tersebut. Atas dasar fenomena tersebut, fokus artikel ini mengkaji proses apa saja yang perlu disetujui dalam harga bagi para desainer lepas/freelance r. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan instrumen penelitian berupa wawancara mendalam dan Diskusi Kelompok Terfokus atau FGD. Hasil dari artikel ini membantu para desainer pemula yang baru terjun di dunia freelance dalam menyetujui harga sebuah desain agar dapat membuat layak dan mendapatkan tempat yang tepat dalam industri kreatif modern saat ini. Abstract The development of digital technology has influenced various aspects of life, including the world of marketing. This opens opportunities for the field of graphic design or visual communication design that needed by the community. this phenomenon, can be seen from the rise of various universities to open study programs or graphic design majors / visual communication design. The young designers of the college graduates have various choices include being a company employee and or as a freelance worker. In the case of freelance young designers or novice designers who are inexperienced often have problems determining the price of a design service and the details of its production costs when meeting consumers. The accuracy and rationality of the detailed design costs offered, as a measure of the level of professionalism of the young designer, if the design costs offered seem irrational, consumers often make bidding efforts that allow the price agreement to harm the designer. On the basis of this phenomenon, the focus of this article examines what processes need to be approved in price for freelance designers/freelance rs. The research method uses qualitative methods with research instruments in the form of in-depth interviews and Focus Group Discussions or FGDs. The results of this article help beginner designers who have just jumped into the freelance world in agreeing to the price of a design to make it feasible and get the right place in today's modern creative industry.
Motivasi dan Persepsi Penonton Hellprint United Day 2018 di Bandung Yayat Ahmad Hidayat
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 4, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.093 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v4i1.3081

Abstract

Abstrak Hellprint United Day adalah event festival musik metal tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Hellprint Official dan Supermusic.id di Bandung. Munculnya ide untuk menyelenggarakan event ini dikarenakan banyaknya penggemar musik metal di Kota Bandung, termasuk adanya komunitas metal underground. Menurut data dari Hellprint Official bahwa pada penyelenggaraan Hellprint 2013 penyelenggara mampu menjual tiket terhadap 38.000 penonton dan itu merupakan penonton terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan Hellprint. Jika ditinjau dari perspektif bisnis, jumlah tersebut mengindikasikan adanya potensi ekonomi pada industri musik metal di Bandung di bidang pertunjukan. Akan tetapi menurut Hellprint Official pula bahwa pada beberapa penyelenggaraan berikutnya terjadi penurunan jumlah penonton yang faktor penyebabnya belum diketahui secara pasti. Untuk menangani masalah ini pada penyelenggaraan Hellprint United Day VI tahun 2018, penyelenggara melakukan beberapa inovasi pada beberapa faktor, di antaranya desain panggung, venue pertunjukan, fasilitas penonton, dan line up artis. Inovasi dilakukan untuk menjaga motivasi dan persepsi positif penonton demi keberlangsungan event. Peneliti telah melakukan penelitian kualitatif terhadap penonton Hellprint United Day VI 2018 melalui metode studi kasus. Artikel ini ditulis untuk menjelaskan motivasi dan persepsi penonton sehingga menjadi masukan bagi penyelenggaraan berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa silaturahmi adalah motivasi utama penonton. Sedangkan desain dan artistik panggung adalah hal yang dipersepsikan positif oleh mayoritas penonton. Abstract Hellprint United Day is an annual metal music festival event that is regularly held by the Official Hellprint and Supermusic.id in Bandung. The idea of holding this event was due to the many metal music fans in Bandung, including the underground metal community. According to data from the Hellprint Official that the holding of Hellprint 2013 organizers were able to sell tickets to 38,000 spectators and that was the largest audience in the history of Hellprint. If viewed from a business perspective, this number indicates the economic potential of the metal music industry in Bandung in the field of performances. However, according to the Hellprint Official, there are also a decrease in the number of spectators whose exact causes are unknown. To deal with this problem in the holding of Hellprint United Day VI in 2018 the organizers made several innovations on several factors, including stage design, venue performances, audience facilities, and artist line ups. Innovation is done to maintain motivation and audience positive perceptions for the continuity of the event. The researcher has conducted qualitative research on the Hellprint United Day VI 2018 audiences through a case study method. This article was written to explain the motivation and perceptions of the audience so that it became an input for the next implementation. The results of the study show that friendship is the main motivation of the audience. While the design and artistic stage are things that are positively perceived by the majority of the audiences.
LANDMARK “MONUMEN YOGYA KEMBALI” STUDI MOTIVASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, DAN KEPUASAN PENGUNJUNG Ganes Satya Aji
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 1, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (986.401 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v1i1.2823

Abstract

This research tries to identify factors, factor interpretation, and relationship of thevisitor behavior on landmarks Yogya Kembali Monument (Monjali) in Yogyakarta.Visitor behavior has three dimensions: Motivation, Decision-making, and Satisfaction.Using200respondentwhocollectfromJudmentalSamplingMethodandana-lyzed by Factor Analysis and Arithmetic Mean Test with a quantitative approach. From the analysis conducted to show that the perception of visitors is relatively highso that the motivation to visit because of the learning and aesthetic factors, artisticattraction factors, and recreational factors. Visitor considering, first is facilities andinfrastructure factors, benefits visit factors, and characteristics of visitors and tripsoverview factors to decide to visit. After the visit, visitors were satisfied because ofthe quality of service factors and physical environmental factors given from Monjalimonument. Then the hypothesis tested results indicate that there is a strong enough relationship between the factors that form of variable motivation, decision variab-les, and variable visitor satisfaction.
Strategi Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai Wisata Warisan Budaya di Yogyakarta (The Management Strategy of the Vredeburg Fort Museum as Cultural Heritage Tourism in Yogyakarta) Indra Rukmana
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 5, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.725 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v5i2.3261

Abstract

Museum Benteng Vredeburg merupakan salah satu daya tarik wisatawarisan budaya yang sedang dikembangkan di Kota Yogyakarta yangmemiliki fungsi reservasi, konservasi, koleksi, rekreasi, dan edukasi.Namun, dalam perkembangannya kunjungan wisatawan ke MuseumBenteng Vredeburg masih sangat rendah dibandingkan dengan daya tarikwisata lainnya di Kota Yogyakarta, untuk itu diperlukan adanya upayamerumuskan strategi pengelolaan yang tepat sehingga dapat berfungsioptimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) cara pengelolaanMuseum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata warisan budaya pada dewasa ini, 2) faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat upaya meningkatkan pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata warisan budaya, dan 3) strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai daya tarik wisata warisan budaya supaya berfungsi optimal. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara mendalam, angket/kuisioner, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis matriks IFAS dan EFAS, serta analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa operasional pengelolaan Museum Benteng Vredeburg dikelola oleh sebuah Badan Pengelola Museum yangsecara struktural bertanggung jawab langsung kepada Pemerintah KotaYogyakarta sebagai Pembina.AbstractThe Fort Vredeburg Museum is one of the cultural heritage tourist attractions being developed in the city of Yogyakarta that has the functions of reservation, conservation, collection, recreation and education. However, in the development of tourist visits to the Fort Vredeburg Museum is still very low compared to other tourist attractions in the city of Yogyakarta, for this reason it is necessary to formulate an appropriate management strategy so that it can function optimally.This research aims to determine: 1) how to manage the Fort Vredeburg Museum as a cultural heritage tourist attraction today, 2) the factors that are driving and inhibiting efforts to improve the management of the Vredeburg Fort Museum as a cultural heritage tourist attraction, and 3) strategy which can be implemented to improve the management of the Vredeburg Fort Museum as a tourist attraction for cultural heritage in order to function optimally. Data were collected by observation,in-depth interviews, questionnaires, and literature study. Data analysis techniques in this research were qualitative descriptive analysis, IFAS and EFAS matrix analysis, and SWOT analysis. The results showed that the operational management of the Fort Vredeburg Museum was managed by a Museum Management Agency that was structurally responsible directly to the Yogyakarta City Government as a Trustee.
Drum Corps dalam Perspektif Seni Kontemporer Studi Kasus Finalis The Drum Corps International World Championships Dhiya'ul Fajri
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 4, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.356 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v4i2.3086

Abstract

Artikel ini ingin mengidentifikasi perkembangan drum corps pada masa kini melalui perspektif seni kontemporer, yaitu mencari jawaban atas pertanyaan berikut: Bagaimana memahami bentuk-bentuk seni kontemporer disertakan dalam drum corps yang berkembang pada masa kini? Studi kasus dalam artikel ini adalah Santa Clara Vanguard (SCV), sebuah korps yang tampil sebagai finalis di ajang The Drum Corps International World Championships (DCIWC)pada 2018.Beberapa identifikasi mengenai bentuk-bentuk seni kontemporer yang disertakan dalam penampilan SCV ini, menurut pemahaman penulis, terdiri dari 3 unsur pokok: 1)Penggunaan tarian/koreografi kontemporer; 2)Penggarapan aransemen musik yang mengacu pada harmonisasi abad ke-20; 3)Penggarapan formasi yang tidak lazim dengan manuver-manuver yang gesit dan sangat variatif.Terlepas dari kontroversi di seputar drum corps kontemporer, menurut penulis keberadaan SCV menjadi bukti kuat bahwa drum corps memang sedang berkembang mengikuti zaman, dan bentuk seni kontemporer memang ada dan mengiringi perjalanan drum corps pada masa kini.
Museum dan Galeri (Tantangan dan Solusi) Sasferi Yendra
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 4, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.727 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v4i2.3088

Abstract

Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah fenomena masyarakat luas yang terlihat kesadaran untuk berkunjung ke museum, terlihat pada akun sosial media masyarakat zaman sekarang yang semakin marak. Ruang pamer museum merupakan sebuah wadah aktivitas yang dilakukan pengguna dalam museum yang berfungsi sebagai elemen utama visualisasi, ruang sebagai program, dan ruang sebagai susunan tata letak. Sering ditemukannya ruang pamer yang tidak sesuai harapan dan lemahnya interaksi museum terhadap pengunjung, kegagalan kepuasan pengunjung terhadap ruang pamer dapat menjadi kendala menurunnya minat untuk datang kembali. Abstract The background of this study is a phenomenon of the wider community that shows awareness to visit the museum, seen in the social media accounts of today's society which are increasingly prevalent. The museum exhibition room is a place of activity carried out by users in the museum which functions as the main element of visualization, space as a program, and space as an arrangement of layout. Often found showrooms that do not match expectations and weak museum interaction with visitors, the failure of visitor satisfaction to the showroom can be an obstacle to the decline in interest in coming back.
Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Cagar Budaya Destha Titi Raharjana; Pade Made Kutanegara
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 5, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.02 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v5i1.3145

Abstract

Abstrak Keberadaan cagar budaya di suatu daerah perlu melibatkan masyarakat setempat dalam pemanfaatannya. Masyarakat di sekitar cagar budaya ditempatkan sebagai subjek dan menjadi bagian dari kegiatan konservasi dan pemanfaatan. Mandat UU No. Warisan Budaya 11/2010, juga menempatkan masyarakat sebagai agen penting pelestarian, keamanan, perlindungan dan pemeliharaan pelestarian budaya. Artikel ini mengulas potensi dengan berfokus pada pengembangan program pemberdayaan masyarakat. Studi lokus di desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini memiliki warisan budaya berupa Goa Jepang, Goa Surocolo, dan Sendang (musim semi) yang juga bernama Sendang Surocolo. Melalui pendekatan partisipatif, penambangan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan diskusi bersama yang melibatkan tokoh masyarakat untuk membahas peluang untuk kebutuhan dan program pemberdayaan. Pusat Studi Pariwisata UGM, Pusat Pelestarian Warisan Budaya DIY (BPCB), dan masyarakat setempat melakukan proses ini bersama. Hasilnya, berhasil memetakan potensi, berhasil merumuskan program bagi masyarakat sekitar untuk dapat memperoleh manfaat dari keberadaan pelestarian budaya. Keberadaan gua Jepang, mata air Surocolo dan didukung oleh pemandangan yang mengarah ke pantai Selatan dapat menarik wisatawan. Ekonomi "baru" dalam bentuk pariwisata telah dibentuk dan dijalankan oleh Kelompok Kesadaran Pariwisata setempat. Program pemberdayaan yang dihasilkan melibatkan multi pemangku kepentingan, dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata, ekonomi kreatif, seni budaya dan pengembangan kapasitas di bidang kewirausahaan. Abstract The existence of cultural heritage in an area needs to involve the local community in its utilization. Communities around cultural reserves are placed as subjects and become part of conservation and utilization activities. Mandate of Law No. Cultural Heritage 11/2010, also places the community as an important agent of preservation, security, protection and maintenance of cultural preservation. This article reviews potential by focusing on the development of community empowerment programs. Locus study in Seloharjo village, Pundong sub-district, Bantul Regency, Yogyakarta. This village has cultural heritage in the form of Goa Japan, Goa Surocolo, and Sendang (spring) which is also named Sendang Surocolo. Through a participatory approach, data mining is carried out by observation, in-depth interviews and collated discussions involving community leaders to discuss opportunities for needs and empowerment programs. Centre for Tourism Studies UGM, DIY Cultural Heritage Conservation Center (BPCB), and the local community carried out this process together. The result, succeeded in mapping potential, succeeded in formulating a program for the surrounding community to be able to benefit from the existence of cultural preservation. The existence of Japanese caves, Surocolo spring and supported by landscapes leading to the South coast can attract tourists. A "new" economy in the form of tourism has been formed and run by the local Tourism Awareness Group. The empowerment program produced involves multi stakeholders, in community empowerment in the fields of tourism, creative economy, cultural arts and capacity building in the field of entrepreneurship.
Pengembangan Strategi Pengelolaan Sanggar Srengenge Mas Bantul Janu Riyanto
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 4, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.21 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v4i1.3082

Abstract

Abstrak Penelitian Pengembangan Strategi Pengelolaan Sanggar Srengenge Mas, Bantul, DIY bertujuan mengidentifikasi strategi yang digunakan selama ini dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di samping untuk menganalisis faktor internal dan eksternal serta memformulasikan pengembangan strategi yang digunakan Sanggar Srengenge Mas. Metode penelitian yang digunakan meliputi empat tahap. Tahap pertama menentukan lingkup penelitian yang terdiri dari objek penelitian dan subjek penelitian. Langkah kedua, melakukan teknik pengumpulan data. Langkah ketiga menentukan variabel yang mencakup faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Langkah keempat atau terakhir, melakukan analisis data dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian berdasarkan matrik IE, Sanggar Srengenge Mas berada di posisi V, yakni Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil penelitian kedua, berdasarkan kuadran analisis SWOT Sanggar Srengenge Mas berada di kuadran I sehingga diperlukan pemilihan strategi berupa penggunaan setiap kekuatan untuk menghadapi setiap ancaman dengan mendukung strategi ofensif guna menciptakan peluang. Hasil penelitian ketiga, berdasarkan hasil Kuadran Analisis SWOT Sanggar Srengenge Mas menunjukkan posisinya berada pada kuadran I yaitu Ekspansion mendukung strategi ofensif. Abstract Research on the Management Strategy Development of the Srengenge Mas Studio, Bantul, DIY aims to identify the strategies that have been used so far in achieving the stated objectives. Besides analyzing internal and external factors and formulating the development of strategies used by Srengenge Mas Studio. The research method used includes four steps. The first step determines the scope of the study which consists of the object of research and research subjects. The second step is to carry out data collection techniques. The third step determines variables that include internal factors (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats). The fourth or final step is to analyze the data using qualitative methods using SWOT analysis. The results of the study are based on the IE matrix, Sanggar Srengenge Mas is in position V, namely Hold and Maintain (keep up and maintain). The general strategies used are market penetration and product development. The results of the second study, based on the SWOT analysis quadrant Srengenge Mas Studio, were in quadrant I, so a strategy was needed in the form of using each force to deal with each threat by supporting an offensive strategy to create opportunities. The results of the third study, based on the results of the Srengenge Mas SWOT Analysis Quadrant, show that their position is in quadrant I, namely expansion, supporting offensive strategies.
PENGARUH TAYANGAN LOKASI FILM TERHADAP MINAT KUNJUNGAN WISATAWAN Jurnal Tata Kelola Seni 50 DALAM “FILM-INDUCED TOURISM” FX. Yatno Karyadi
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 1, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.219 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v1i1.2824

Abstract

Bidang pariwisata berkembang dari bentuk-bentuk wisata konvensional kepadabentuk-bentukwisatabaru.Wisatafilmmenawarkankunjungankelokasi-lokasipembuatanfilm sebagai destinasi wisata. Wisata film sering disebut pula denganfilm-induced tourism. Wisata film memanfaatkan potensi alam yang tampak padalayar, budaya di lokasi pembuatan film, dan pengalaman para bintang film saat beradadilokasi-lokasipembuatanfilm.Studiinibertujuanuntukmengungkapkanpengaruhtayanganlokasifilmterhadapminatkunjunganwisatawan.Pengaruhtersebutdiungkapberdasarketertarikanpadalokasifilmdanekspektasimanfaatwisatafilm.Untukmencapaitujuaninidilakukan penelitian kuantitatif deskriptif dengan berlandaskanpada teori perilaku. Penelitian menemukan bahwa tayangan lokasi film memiliki pengaruh positif terhadap minat kunjungan wisatawan.

Page 5 of 11 | Total Record : 108