cover
Contact Name
Agus Kurniawan
Contact Email
kurniawanlearning@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
planoearth.ummat@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Jurnal Planoearth
ISSN : 25025031     EISSN : 26154226     DOI : -
Jurnal Planoearth adalah peer-reviewed journal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah dari penelitian di bidang Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2: Agustus 2018" : 8 Documents clear
POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL DI WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT WET SEMOKAN KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA Juniansah Asmadi; Ardi Yuniarman
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.432 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.620

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola permukiman tradisional Di Wilayah Masyarakat Hukum Adat Wet Semokan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Pada penelitian ini metoda yang dipergunakan adalah pendekatan rasionalistik dengan paradigma kualitatif. Dimana metodologi penelitian kualitatif rasionalitik ini berangkat dari pendekatan holistik berupa grand concepts (s) yang dijabarkan menjadi teori substantif. Temuan dari penelitian ini diperoleh bahwa Wilayah Wet Semokan terdapat wilayah sentral yang menjadi pusat pemerintahan adat yang ditandai dengan bangunan masjid kuno dan tiga rumah adat bagi pemangku adat utama dalam menjalankan tugasnya, serta terdapat delapan kawasan permukiman tradisional yang berada dalam wilayah teritori wilayah adat yaitu permukiman tradisional: 1. Segenter, 2. Lendang Jeliti, 3. Dasan Gelumpang, 4. Telaga Longkak, 5. Semokan Ruak, 6. Baban Kuta, 7. Kebon Patu, dan 8. Tereng Tebus. Didalam kawasan permukiman tradisional terdapat beberapa pola-pola permukiman dengan orientasi masa bangunan menghadap arah dalam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat empat pola permukiman tradisional dalam wet semokan yaitu: 1. Pola Sejajar atau memanjang dua sisi 2. Pola Sejajar satu sisi terhadap berugak, 3.Pola  mengelompok atau terkumpul. 4. Pola tersebar.
KAJIAN POTENSI RUMAH NELAYAN SEBAGAI PRIORITAS RUMAH KHUSUS DI KABUPATEN BANJAR Mega Ulimaz; Syahri R. Achmad; Ummu Rahayu
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.261 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.606

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat prioritas rumah nelayan sebagai rumah khusus di Kabupaten Banjar. Metode yang digunakan adalah deskriptif eksplorasi serta pembobotan dengan kriteria. Hasil analisa menunjukan rumah nelayan di Kecamatan Aluh-Aluh dapat diprioritaskan sebagai rumah khusus berdasarkan dukungan kebijakan tingkat nasional dan regional, kemampuan lahan yang sesuai, ketersediaan lahan yang masih luas, isu kebutuhan dukungan kegiatan maritim yang strategis, target pengguna yang jelas yaitu nelayan yang masih bergantung pada kegiatan penangkapan ikan, serta aksesibilitas yang baik. Rumah nelayan dapat dibuat sederhana dengan ruang untuk memenuhi aktivitas nelayan
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN PERDESAAN EKS TRANSMIGRASI KECAMATAN WASILE KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Muchlis Husin; Yori Herwangi
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.198 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.621

Abstract

Kawasan perdesaan Cemara Jaya dan Batu Raja merupakan salah satu kawasan perdesaan eks transmigrasi di Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara yang saat ini telah berkembang pesat, baik dari aspek sosial ekonomi maupun perkembangan fisik. Berbagai perkembangan tersebut menyebabkan meningkatnya perubahan penggunaan lahan, terutama perubahan dari lahan non produktif menjadi lahan produktif. Untuk itu diperlukan analisis terkait penggunaan lahan untuk menggambarkan dinamika perubahan yang terjadi. Analisis yang digunakan adalah analisis overlay yang dilakukan secara multi periode yakni tahun 1982, 1990, 2000, 2010, dan 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan di kawasan perdesaan Cemara Jaya dan Batu Raja dari penggunaan lahan yang didominasi hutan menjadi penggunaan lahan yang didominasi sawah.
KAJIAN PERUBAHAN FISIK SPASIAL KAWASAN URBAN FRINGE DI KECAMATAN AMPENAN KOTA MATARAM Ima Rahmawati Sushanti; Nahrul Hayat Imansyah; Febrita Susanti; Yusril Ihza Mahendra; Rasyid Ridha
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.208 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.609

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana perubahan fisik yang terjadi akibat adanya perkembangan Kota Mataram dari tahun 2010 sampai tahun 2017 dan mengevaluasi implementasi RTRW Kota Mataram terhadap perubahan fisik spasial Kawasan Urban Fringe Kota Mataram khususnya di Kecamatan Ampenan. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif- kuantitatif dengan menggunakan analisis matriks konsistensi dan dikombinasikan dengan analisis spasial untuk membantu dalam analisa pemetaan. Hasil dari kajian luasan perubahan fisik spasial Kecamatan Ampenan dari tahun 2010 sampai tahun 2017 adalah +80,49 Ha atau 8,59% dari total luas wilayahnya, dimana konversi lahan yang dominan terjadi yaitu berupa lahan pertanian (sawah) berubah fungsi menjadi lahan terbangun perkotaan (permukiman dan terbangun non permukiman). Sedangkan hasil evaluasi konflik ruang antara RTRW dengan Penggunaan Lahan pada tahun 2010 dan 2017, diperloleh bahwa pada tahun 2010 terdapat 47.61 Ha (5.04 %) yang bersifat bertentangan/inkonsisten, 123.38 Ha (13.06 %) yang bersifat nertal, dan 773.93 Ha (81.90 %) yang bersifat sesuai/konsisten. Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 75.41 Ha (7.98 %) yang bersifat bertentangan/inkonsisten, 75.70 Ha (8.01 %) yang bersifat netral dan 793.81 Ha (19.88 %) yang bersifat sesuai/konsisten. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, secara umum implementasi kegiatan pemanfaatan serta pengendalian ruang di Kecamatan Ampenan masih dikategorikan dalam kondisi aman dan berjalan dengan cukup baik
PENENTUAN TINGKAT KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN KELURAHAN BHAYANGKARA DISTRIK JAYAPURA UTARA KOTA JAYAPURA Musfira Musfira
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.848 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.623

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penaatan kawasan permukiman yang tepat untuk permukiman kumuh di Kelurahan Bhayangkara.  Tujuan dari penelitian adalah mengetahui tingkat kekumuhan di kawasan permukiman Kelurahan Bhayangkara sehingga dapat ditentukan langkah penanganannya. Metode penelitian yang digunakan berupa metode kuantitatif dengan teknik analsis deskriptif dan pembobotan untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara primer dan sekunder. Output yang dihasilkan pada penelitian ini adalah tingkat kekumuhan di kawasan permukiman Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura.
KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP EKONOMI WILAYAH DI PROVINSI JAWA TIMUR Riswandha Risang Aji; Retno Widodo Dwi Pramono; Dwita Hadi Rahmi
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.274 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.600

Abstract

Kontribusi sektor pariwisata dalam ekonomi wilayah makin diakui. Sebagai sebuah sektor yang dinamis, pariwisata berkembang melalui fase perkembangan komoditas, pemasaran, hingga produk yang dinikmati oleh wisatawan. Potensi perkembangan pariwisata secara dinamis dipengaruhi oleh forward linkage dan backward linkage terutama di era digital seperti saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi sektor pariwisata terhadap ekomomi wilayah di provinsi Jawa Timur. Kontribusi sektor pariwisata dilihat dari jalur kontribusi sektor-sektor pembentuk sektor pariwisata melalui forward linkage dan backward linkage. Melalui analisis jalur, forward linkage tertinggi adalah sektor informasi dan komunikasi, backward linkage tertinggi memiliki hasil yang sama yakni sektor informasi dan komunikasi.
NILAI RUANG SEBAGAI PEMBENTUK LAPISAN-LAPISAN RUANG DI KAWASAN PATHOK NEGARA DONGKELAN, YOGYAKARTA Lutfi Setianingrum; Sudaryono Sudaryono; Muhammad Sani Roychansyah
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.31 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.634

Abstract

Paper ini menjabarkan pelapisan-pelapisan ruang yang terbentuk di Dongkelan Kauman, sebagai salah satu Kawasan Pathok Negara Yogyakarta. Pelapisan ruang tersebut terbentuk karena adanya nilai ruang yang tertanam kuat dalam pikiran masyarakat lokal Dongkelan Kauman. Pelapisan ruang Dongkelan Kauman terbentuk dalam dua level, yaitu: a) level kampung dan b) level padukuhan. Pada level kampung terdapat tiga lapisan ruang, yaitu: a) teritori ruang; b) radius keunikan; dan c) ruang periferi; sementara pada tingkat padukuhan, lapisan ruang terdiri dari: a) ruang inti dan b) ruang periferi
KAJIAN LOKASI POS INDUK PEMADAM KEBAKARAN TERHADAP BENCANA KEBAKARAN DI KOTA MATARAM Fariz Primadi Hirsan; Baiq Harly Widayanti; Agus Kurniawan; Ardi Yuniarman; Sri Apriani Puji Lestari
Jurnal Planoearth Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.542 KB) | DOI: 10.31764/jpe.v3i2.617

Abstract

Penelitian bertujuan mengidentifikasi kondisi eksisting pos induk pemadam kebakaran, tingkat kerawanan kebakaran dan penentuan alternatif solusi pemecahan masalah. Penelitian menggunakan metode deskriptif serta analisis deskriptif dan analisis jaringan. Hasil penelitian menunjukan kondisi Pos Induk Pemadam Kebakaran cukup memadai, baik dari aspek kelayakan fisik bangunan maupun kemampuan pelayanan. Frekuensi kejadian kebakaran tahun 2016, rata-rata terjadi 2 kasus setiap bulannya. Daerah rawan kebakaran secara umum didominasi oleh daerah yang memiliki tingkat resiko kebakaran sedang. Alternatif solusi masalah lokasi pos induk pemadam kebakaran yaitu penambahan jumlah infrastruktur pemadam kebakaran, seperti hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Smoke Detector, Automatic Gurgoyle

Page 1 of 1 | Total Record : 8