cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)" : 15 Documents clear
PERBEDAAN SIKLUS TANAM BUDIDAYA RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii, TERHADAP VARIABILITAS TINGKAT SERAPAN KARBON Erlania Erlania; I Nyoman Radiarta
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.235 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.111-124

Abstract

Rumput laut merupakan komoditas penting kelautan dan perikanan. Komoditas ini selain berperan untuk peningkatan ekonomi masyarakat pesisir juga mempunyai fungsi sebagai penyerap karbon. Penelitian ini telah dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh perbedaan waktu siklus tanam terhadap tingkat serapan karbon oleh rumput laut, Kappaphycus alvarezii, terkait fluktuasi kondisi lingkungan perairan. Rumput laut dibudidayakan dengan sistem long line di Perairan Teluk Gerupuk selama tiga siklus tanam pada bulan Juli-November 2012. Pengamatan dan analisis sampel rumput laut dilakukan pada hari ke-0, 15, 30, dan 45 untuk masing-masing siklus tanam, dengan parameter yang dianalisis adalah laju serapan karbon, laju pertumbuhan harian, dan produktivitas budidaya. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara in situ untuk mengetahui fluktuasi kondisi perairan Teluk Gerupuk. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus tanam rumput laut yang berlangsung pada musim tanam berbeda memberikan pengaruh pada perbedaan pola serapan karbon oleh rumput laut hasil budidaya. Tingkat serapan karbon tertinggi dari tiap siklus diperoleh pada waktu yang sama yaitu pada periode awal budidaya, dengan nilai berturut-turut 33,13; 88,73; dan 18,16 ton C/ha/tahun. Budidaya yang berlangsung pada saat musim tanam produktif memberikan serapan karbon yang optimum, dan sebaliknya saat musim tanam kurang produktif serapan karbon yang dihasilkan juga minimum.
KESESUAIAN LAHAN AKTUAL UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK KABUPATEN LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati; Hasnawi Hasnawi; Akhmad Mustafa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1712.031 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.151-168

Abstract

Kabupaten Luwu Timur (Lutim) adalah salah satu kabupaten di pantai timur Sulawesi Selatan yang memiliki lahan tambak yang cukup luas, namun tingkat produktivitas untuk udang windu masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya udang windu di tambak demi meningkatkan produktivitas tambak di Kabupaten Lutim. Faktor yang dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik lahan meliputi: topografi dan elevasi, tanah, hidrologi serta iklim. Analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan tambak di Kabupaten Lutim termasuk tanah sulfat masam dan tanah sulfat masam yang berasosiasi dengan tanah gambut yang dicirikan dengan pH rendah, potensi kemasaman serta kandungan unsur toksik tergolong tinggi dan kandungan unsur hara makro tergolong rendah. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.895 sampai 3.758 mm/tahun dengan rata-rata 2.632 mm/tahun. Hasil analisis kesesuaian lahan aktual menunjukkan bahwa dari luas tambak yang ada di Kabupaten Lutim, ternyata 144,27 ha tergolong sangat sesuai, 2.555,67 ha tergolong cukup sesuai dan 11.666,48 ha tergolong sesuai marjinal untuk budidaya udang windu.
ANALISIS KUALITAS RUMPUT LAUT Gracilaria gigas YANG DIBUDIDAYA PADA HABITAT LAUT DAN TAMBAK, NUSA TENGGARA BARAT Farah Diana; Kukuh Nirmala; Dinar Tri Soelistyowati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.843 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.59-65

Abstract

Gracilaria gigas merupakan tumbuhan tingkat rendah yang berasal dari laut danumumnya dibudidaya di tambak. Pengembangan budidaya rumput laut di tambak bertujuan memperluas kawasan produksi dengan produktivitas yang tinggi, kualitas rumput laut dan agar yang berbeda dengan di laut. Budidaya Gracilaria gigas di tambak dilakukan di Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode broadcast dengan luas area budidaya 1.500 m2. Sedangkan budidaya di laut dilakukan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah dengan metode long line dengan luas area budidaya 1.250 m2. Parameter yang diukur meliputi performa dan kualitas rumput laut, serta kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur adalah: suhu, salinitas, pH, NO3-N, NO2-N, NH3-N, PO4-P, dan kecerahan yang diambil pada hari ke-0, 10, 20, dan 30. Rata-rata produktivitas Gracilaria gigas di laut lebih tinggi 12,72% daripada di tambak. Sebaliknya rendemen agar dan kekuatan gel Gracilaria gigas hasil budidaya di tambak hampir tiga kali lipat lebih tinggi daripada di laut dan berkorelasi positifdengan kandungan N perairan dan indeks percabangan. Kualitas rumput laut berhubungan erat dengan suhu, DO, PO4-P, dan NH3-N terlarut dalam air. Tingginya rendemen agar dan kekuatan gel di tambak disebabkan oleh banyaknya kandungan nutrien dan unsur hara, sedangkan tingginya produktivitas hasil budidaya Gracilaria gigas di laut disebabkan oleh adanya respons struktural dan tekanan turgor pada rumput laut.
EFEKTIVITAS TRANSFER DAN ANALISIS EKSPRESI GEN IMUNOGENIK TAHAN KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Khairul Syahputra; Didik Ariyanto; Erma Primanita Hayuningtyas; Lamanto Lamanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1184.327 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.15-23

Abstract

Penelitian transfer gen imunogenik tahan KHV (krt-GP11) pada ikan mas telah dilakukan dengan metode elektroporasi sperma menggunakan konsentrasi DNA yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi DNA optimal yang efektif digunakan dalam transfer gen pada ikan mas. Sperma dielektroporasi menggunakan tipe kejutan square wave dengan voltase 50 V dan jumlah kejutan tiga kali. Konsentrasi DNA yang digunakan adalah 10 μg/mL, 50 μg/mL, dan 100 μg/mL. Deteksi transgen pada sperma, embrio, dan larva dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer spesifik untuk gen krt-GP11. Ekspresi transgen pada embrio dan larva dianalisis secara semi-kuantitatif dengan metode reverse transcriptase PCR (RT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen krt-GP11 terdeteksi pada sperma, embrio, dan larva. Pemberian konsentrasi DNA 10 μg/mL lebih efektif digunakan dalam transfer gen krt-GP11 pada ikan mas, sedangkan peningkatan konsentrasi DNA yang digunakan tidak memberikan hasil yang berbeda terhadap keberhasilan transfer gen pada ikan mas. Ekspresi gen krt-GP11 yang berhasil diintroduksikan pada ikan mas baru dapat teramati dengan baik pada fase embrio.
BUDIDAYA RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii SECARA TERINTEGRASI DENGAN IKAN KERAPU DI TELUK GERUPUK KABUPATEN LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT I Nyoman Radiarta; Erlania Erlania; Ketut Sugama
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.408 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.125-134

Abstract

Budidaya ikan laut dalam keramba jaring apung menghasilkan banyak sisa pakan dan feses yang dapat meningkatkan kandungan nutrien berupa nitrogen dan fosfat perairan. Pemanfaatan nutrien tersebut dapat dilakukan melalui budidaya rumput laut di sekitar keramba ikan laut. Pengamatan pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik terhadap dua varietas rumput laut (Kappaphycus alvarezii var. Maumere dan Tambalang) telah dilakukan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah untuk satu siklus musim tanam pada bulan September-Oktober 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa performansi pertumbuhan rumput laut yang terintegrasi dengan keramba ikan laut sangat baik. Laju pertumbuhan spesifik terbesar ditemukan pada varian Maumere yaitu berkisar antara 4,26%-4,68%/hari dibandingkan dengan varian Tambalang yaitu berkisar antara 3,90%-4,20%/hari. Secara umum melalui sistem budidaya multi-tropik terintegrasi (IMTA) ini, peningkatan produksi rumput laut dapat mencapai 74% dibandingkan dengan sistem monokultur. Model IMTA sangat relevan dengan program ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendukung pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan.
SELEKSI BENIH TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DARI HASIL PEMIJAHAN INDUK ALAM DENGAN KARAKTER NACRE PUTIH Ida Komang Wardana; Sudewi Sudewi; Apri Imam Supii; Sari Budi Moria Sembiring
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1679.328 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.1-13

Abstract

Kualitas induk secara fenotip dan genotif berpengaruh terhadap kualitas benih tiram mutiara yang akan dihasilkan. Penggunaan induk yang berasal dari habitat yang berbeda dalam kegiatan pembenihan diharapkan dapat menghasilkan benih tiram mutiara dengan kualitas fenotip dan genotif yang baik. Salah satu sifat yang menarik untuk dijadikan target dalam program pemuliaan tiram mutiara adalah warna mutiara yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih tiram mutiaram(Pinctada maxima) hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih dari tiga habitat yang berbeda dan mengetahui keragaan genetik induk (F0) dan turunannya (F1). Induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiram dengan karakter nacre putih dari tiga lokasi perairan (Bali, Karawang, dan Dobo) serta dilakukan pemijahan dari masing-masing populasi tersebut. Keragaan genetik dari semua populasi dianalisa dengan menggunakan PCR RFLP. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masa inkubasi telur hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih terlihat lebih lama dibandingkan dengan tiram mutiara pada umumnya. Benih yang dihasilkan pertumbuhannya bervariasi, didominasi dengan benih berukuran sedang dengan sintasan berkisar 0,4-9%. Keragaan genetik F0 dan F1 berdasarkan nilai heterozigositas, tiram dari perairan Bali menunjukkan nilai keragaman yang paling baik (0,2726). Sementara karakter nacre dari benih yang diperoleh menunjukkan bahwa 48% memiliki nacre putih, 24% kuning dan warna lain sebanyak 28%.
PERFORMANSI PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI UDANG WINDU ASAL TAMBAK YANG DIBERI KOMBINASI PAKAN YANG BERBEDA Asda Laining; Usman Usman; Muslimin Muslimin; Neltje Nobertine Palinggi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.196 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.67-77

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi pakan induk udang windu serta feeding regime-nya untuk mendukung usaha domestikasi udang windu baik di tambak maupun dalam wadah terkontrol. Kegiatan diawali dengan pemeliharaan udang di tambak hingga bobot udang mencapai fase prematurasi atau bobot udang sekitar 60-70 g. Pada tahap uji pakan fase prematurasi, perlakuan yang dicobakan adalah: 1) 100% pakan induk komersil (100SP); 2) 40% pakan segar dan 60% pakan induk komersil bentuk semi-moist pelet (40FF60SP); dan 3) 40% pakan segar dan 60% pakan uji bentuk pelet kering (40FF60DP). Pakan segar yang diberikan adalah cumi-cumi dan cacing laut. Perlakuan yang dicobakan pada uji pakan fase maturasi adalah: 1) 100% pakan segar (100FF); 2) 40% pakan segar dan 60% pakan induk komersil bentuk semi-moist pelet (40FF60SP); dan 3) 40% pakan segar dan 60% pakan uji bentuk pelet kering (40FF60DP). Sintasan udang windu selama 100 hari pemeliharaan di tambak adalah 30%, sementara pertambahan bobotnya sebesar 95%. Selama 90 hari pemeliharaan di bak terkontrol, udang yang matang gonad secara alami pada uji pakan fase prematurasi ditemukan pada perlakuan 100SP dan 40FF60DP. Pada uji pakan fase maturasi betina yang matang gonad secara alami dan memijah ditemukan pada udang yang diberi pakan 40FF60DP dan 100FF. Kisaran dan rata-rata fekunditas telur (butir/induk/pemijahan) baik yang matang alami maupun setelah ablasi untuk masing-masing perlakuan adalah 60.000-260.000 (135.000) untuk 100SP; 30.000 (15.000) untuk 40FF60SP; dan105.000-135.000 (120.000) untuk 40FF60DP. Kadar DHA, EPA, dan ARA dalam karkas induk yang diberi pakan 40FF60DP tertinggi dibandingkan dua pakan lainnya. Alkalinitas selama pemeliharaan berlangsung baik untuk uji pakan fase prematurasi maupun maturasi relatif rendah yaitu < 85 mg/L. Berdasarkan perkembangan gonad secara alami pada fase prematurasi, udang windu yang diberi pakan 40FF60DP memberikan performansi yang lebih baik dan pada fase maturasi pun kombinasi pakan 40FF60DP memberikan performansi reproduksi yang relatif sama dengan 100FF dan lebih baik dibandingkan dengan 40FF60SP.
DISKRIMINASI KELAMIN PADA IKAN TUNA SIRIP KUNING, Yellowfin tuna MENGGUNAKAN ANALISIS DOT BLOT DAN ELISA Gusti Ngurah Permana; Jhon Harianto Hutapea; Gavin Patridge
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2310.412 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.39-46

Abstract

Pemahaman tentang penentuan jenis kelamin dalam populasi induk merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan program pembenihan. Pengukuran reaksi antibodi dan aktivitas hormon testosterone, serta estradiol adalah metode dengan potensi yang secara akurat dapat menentukan jenis kelamin ikan tanpa mematikan ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi metode dot blot dan ELISA dengan 11-ketotestorsterone (11-KT) yang tersedia secara komersial EIA-kit untuk membedakan jenis kelamin ikan tuna sirip kuning. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode dot blot menghasilkan ekspresi vitelogenin tampak jelas pada individu betina dan efek plasma terlihat transparan, jika dibandingkan dengan individu jantan. Interpretasi dari metode ini memerlukan pengalaman dan keahlian dalam akurasi pembacaan hasil. Aktivitas hormon 11-KT dengan sampel klip sirip dan plasma memberikan hasil yang baik dengan aktivitas hormon terlihat jelas.
PENURUNAN KERAGAMAN GENETIK PADA F-4 IKAN NILA MERAH “CANGKRINGAN” HASIL PEMULIAAN DIDETEKSI DENGAN MARKER GENETIK Estu Nugroho; Rustadi Rustadi; Dwijo Priyanto; Hery Sulistyo; Susila Susila; Sunaryo Sunaryo; Bagus Wasito
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.077 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.25-30

Abstract

Variasi genetik ikan nila merah “Cangkringan” hasil pemuliaan dimonitor denganmenggunakan marker d-Loop DNA untuk mengetahui pembawa keragaman genetik yang dihasilkan karena kegiatan seleksi. DNA diekstraksi dari sirip ikan nila generasi 1 (F-0) hingga generasi ke-5 (F-4) dan diamplifikasi daerah d-Loop pada mitokondria menggunakan primer LH 1509 dan FH 1202. Secara statistik tidak terdapat perbedaan genotipe yang nyata antara ke-5 generasi ikan nila yang diuji. Terdapat penurunan variasi genetik dan kehilangan haplotipe sebesar 25% dari generasi pertama ke generasi 5 akibat seleksi berdasarkan komposite haplotipe dengan empat enzim restriksi Mbo-I, Hae-III, Rsa-I, dan Alu-I.
EKSPRESI PROTEIN COAT DAN mRNA VIRAL NERVOUS NECROSIS YANG DIKENDALIKAN OLEH PROMOTER β-AKTIN IKAN MEDAKA DAN KERATIN IKAN FLOUNDER JEPANG Wiwien Mukti Andriyani; Sri Murtini; Alimuddin Alimuddin; I.W. Teguh Wibawan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (April 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.608 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.1.2014.79-86

Abstract

Kemampuan promoter dalam mengatur ekspresi gen penyandi protein imunogenik sangat menentukan efikasi suatu vaksin DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat ekspresi protein dan mRNA RNA2 penyandi coat protein (CP) virus viral nervous necrosis (VNN) yang dikendalikan oleh dua promoter berbeda, yaitu promoter β-aktin ikan medaka (mBA), dan keratin ikan flounder Jepang (JfKer). Uji ekspresi CP dilakukan menggunakan embrio ikan lele dumbo (Clarias sp.) sebagai model, sedangkan analisis mRNA dilakukan menggunakan ikan kerapu tikus. Konstruksi vektor ekspresi pmBA-CP dan pJKer-CP dengan konsentrasi 50 ng/μL KCl 1 M disuntikkan ke embrio ikan lele dumbo fase 1-2 sel. Sebanyak 30 embrio ikan lele dumbo diambil pada jam ke-6, 8, 10, 12, 14, dan 16 pascainjeksi untuk analisis protein. Hasil SDS-PAGE menunjukkan adanya protein berukuran sekitar 42 kDa, dan analisis western blot menggunakan antibodi (Ab) poliklonal anti-VNN membuktikan bahwa protein tersebut adalah CP. Keberhasilan deteksi protein spesifik menggunakan Ab anti-VNN tersebut menunjukkan bahwa embrio ikan lele dapat digunakan untuk menguji potensi produksi protein imunogenik yang dikendalikan oleh promoter berbeda. Pengujian ini juga menunjukkan bahwa, aktivitas promoter mBA lebih tinggi daripada promoter JfKer, sehingga uji ekspresi mRNA dilakukan menggunakan konstruksi pmBA-CP. Benih ikan kerapu tikus (panjang badan sekitar 5 cm) diinjeksi dengan pmBA-CP secara intramuskular dengan dosis 12,5 μg/ekor. Total RNA diekstraksi dari daging pada waktu 6, 12, dan 24 jam pascainjeksi. Hasil RT-PCR menunjukkan adanya ekspresi mRNA CP pada 24 jam pascainjeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa promotor mBA aktif mengendalikan ekspresi CP pada ikan kerapu tikus, dan pmBA-CP berpotensi digunakan sebagai vaksin DNA untuk menginduksi kekebalan ikan kerapu terhadap infeksi VNN.

Page 1 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue