cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)" : 8 Documents clear
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN, MUSIM PENANGKAPAN, DAN INDEKS KELIMPAHAN IKAN PELAGIS YANG TERTANGKAP PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN KENDARI, LAUT BANDA Tuti Hariati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.406 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.139-146

Abstract

Perairan Kendari dan sekitarnya, bagian dari Laut Banda, memiliki berbagai jenis sumber daya ikan pelagis yang telah dieksploitasi dengan bermacam-macam alat tangkap. Pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan agar pemanfaatannya optimum dan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang komposisi hasil tangkapan, musim penangkapan, dan indeks kelimpahan (catch per unit of effort) ikan pelagis yang tertangkap pukat cincin mini (pajeko). Data harian hasil tangkapan pukat cincin dan jumlah hari operasi selama tahun 2006-2008 dikumpulkan dari Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari pada bulan Mei 2007, Maret dan Juni 2009, dan Maret 2010. Data ditabulasi dan disusun grafis menurut bulan. Hasil penelitian menunjukkan, selama periode tahun 2006-2008 hasil tangkapan didominansi ikan layang (Decapterus macrosoma dan Decapterus macarellus) 30-36% dan ikan tongkol (Auxis spp. dan Euthynnus spp.) 60%). Peningkatan jumlah hari operasi (upaya) tahun 2006 2007 menyebabkan hasil tangkapan ikan layang dan tongkol cenderung naik, sedangkan indeks kelimpahan (catch per unit of effort) cenderung tetap. Penurunan upaya pada tahun 2008 menyebabkan hasil tangkapan ikan layang cenderung turun dan hasil tangkapan ikan tongkol cenderung tetap, hasil tangkapan per upaya layang turun namun hasil tangkapan per upaya ikan tongkol naik. Hal ini diduga stok ikan layang di perairan Kendari relatif kecil. Puncak musim penangkapan pajeko di perairan Kendari berlangsung pada bulan Maret sampai Mei (musim peralihan 1) dan pada bulan September sampai Nopember (musim peralihan 2).Kendari waters and its surroundings, a part of Banda Sea, have high diversity of pelagic fishes resources exploited by many types of fishing gear. In order to sustain the resources, a research on a management plan should be applied. Research aimed to obtain the information on the catch composition, fishing season, and index of abundant (catch per unit of effort) small purseine pelagic fish resources was carried out. Daily catch data of the small purse seine landed from years 2006-2008 was gathered from the Kendari Fishing Port, then tabulated graphically. The result shows that the catch of Kendari small purse seine was dominated by scads (Decapterus macrosoma and Decapterus macarellus) 30-36% and little tunas (Auxis spp. and Euthynnus spp.) 60%. The rising of days at sea during 2007 from 2006 made the catch tended to rise, while the catch per unit of effort remainded constant. The decreased of days at sea in 2008 made the catch of scads tended to decrease and the catch of litlle tunas constant. The catch per unit of effort of scads also decreased and of little tuna increased. Probably the scad’s stock in this area is relatively small. The peak of fishing season of the small purse seine happened during March to May (intermoonson 1), and from September to November (intermoonson 2).
DAMPAK VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI UTARA JAWA: KASUS PUKAT CINCIN YANG BERBASIS PPN PEKALONGAN Andhika Prima Prasetyo; Kamalludin Kasim; Setiya Triharyuni; Aisyah Aisyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.629 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.105-114

Abstract

Posisi Indonesia yang diapit oleh dua benua, yaitu Benua Australia dan Benua Asia serta diapit dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) menjadikan kondisi cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh variabilitas iklim regional yaitu el nino southern oscillation. Variabilitas iklim dapat berdampak terhadap populasi perikanan dengan berbagai cara, serta memberikan pengaruh yang berbeda untuk komoditas, lokasi dan waktu yang berbeda. Laut Jawa yang merupakan sentra perikanan pelagis kecil, di mana 75% hasil tangkapan total didaratkan oleh pukat cincin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabilitas iklim terhadap aktivitas perikanan di Laut Jawa, khususnya perikanan pukat cincin. Parameter yang digunakan adalah data hasil tangkapan, southern oscillation indices dan suhu permukaan laut. Pengaruh parameter southern oscillation indices dan suhu permukaan laut dianalisis menggunakan regresi linear ganda serta uji-t untuk melihat pengaruh perbedaan kondisi el nino southern oscillation. Hasil analisis menunjukkan bahwa southern oscillation indices dan suhu permukaan laut lebih nyata berpengaruh terhadap upaya pukat cincin mini (r = 62,5%; R2 = 70%) dibandingkan upaya pukat cincin besar (r = 39,8%; R2 = 51,8%). Nilai catch per unit of effort pukat cincin mini lebih terpengaruh (r = 65,8%; R2 = 76,1%) oleh perubahan nilai southern oscillation indices dan suhu permukaan laut dibandingkan dengan catch per unit of effort pukat cincin besar (r = 47,6%; R2 = 63,3%). Namun hasil uji-t pengaruh perbedaan kondisi el nino southern oscillation tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap upaya dan catch per unit of effort baik pukat cincin besar dan pukat cincin mini. Indonesia's position is lying betweenAustraliaand the Asian Continent as well as Indian andPacificOceans. It will makeIndonesiaweather and climatic conditions are influenced by regional climate variability namely el nino southern oscillation. Climate variability impact on fisheries populations in various ways, and provide a different effect for the commodity, location, and different time. Java Sea as the center of the small pelagic fishery, where 75% of total catches landed by purse seine. This study aims to obtain the influence of climate variability on fisheries activities in theJavaSea, especially the purse seine fishery. The parameters which used are southern oscillation indices and sea surface temperature. Effect of southern oscillation indices and sea surface temperature parameters were analyzed using multiple linear regression and using t-test to see effect of different el nino southern oscillation conditions. The results showed that the southern oscillation indices and sea surface temperature more influence for the mini purse seine effort (r = 62.5%; R2 = 70%) compared to large purse seine effort (r = 39.8%; R2 = 51.8%). Mini purse seine catch per unit of effort value is more affected (r = 65.8%; R2 = 76.1%) by changes in southern oscillation indices and sea surface temperature values compared with the large purse seine catch per unit of effort (r = 47.6%; R2 = 63.3%). But t-test results effect of different el nino southern oscillation conditions showed no significant effect (P > 0.05) on the effort and catch per unit of effort both large and mini purse seine.
HUBUNGAN ANTARA IKAN INDIKATOR (CHAETODONTIDAE) DAN KONDISI KARANG DI PESISIR PULAU BIAK DAN KEPULAUAN PADAIDO Jonas Lorwens
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1377.238 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.147-156

Abstract

Tulisan ini membahas tentang keeratan hubungan antara ikan kepe-kepe terhadap kondisi terumbu karang. Kajian dilakukan di 13 titik pengamatan di wilayah pesisir Pulau Biak dan Kepulauan Padaido pada tahun 2007 yang merupakan bagian dari program Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pada setiap titik pengamatan, metode transek garis (line intercept transek LIT) dipakai untuk mendapatkan data tentang kelimpahan (jumlah ikan atau specimen) dan keanekaragaman (jumlah jenis/species) ikan kepe-kepe serta kondisi karang (yang dikatakan dalam persentase tutupan karang hidup). Analisis regresi kemudian digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara kelimpahan dan keanekaragaman ikan kepe-kepe terhadap kondisi karang. Dari hasil penelitian tersensus sejumlah 28 spesies ikan kepe-kepe (22 jenis dari marga Chaetodon, dua jenis marga Forcipiger, dan emapt jenis marga Heniocus) dengan kelimpahan total 661 individu (ekor). Kondisi persentase tutupan karang hidup berkisar antara 9,1-46,3% dengan nilai rata-rata 25,8% (terumbu dalam kondisi sedang). Dari 13 stasiun pengamatan, dua set data tidak digunakan karena terlalu tinggi. Plot antara kelimpahan (jumlah individu) ikan kepe-kepe sangat kuat berkorelasi terhadap keanekaragaman jenis (jumlah spesies) (R2=0,95). Kelimpahan dan keanekaragaman jenis ikan kepe-kepe juga berkorelasi cukup kuat terhadap kondisi karang (persen tutupan karang hidup). Dari total 28 spesies ikan kepe-kepe, tujuh spesies memiliki persen kehadiran (FA) > 50% dengan peringkat tertinggi mulai dari Chaetodon klenii, Chaetodon trifaciatus, Chaetodon vagabundus, Chaetodon rafflesii, Chaetodon trifacialis, Chaetodon baronessa, dan Chaetodon citrinellus, Beberapa dari spesies tersebut memiliki keeratan hubungan yang kuat dengan kondisi terumbu karang.This paper discusses about the relationship between the butterfly fish and the condition of coral reef. This study was conducted in 13 observation sites of Biak and Padaido Islands coastal zones in 2007 as a part of Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia programs. In each observation site, line intercept transect method was used to collect the abundance (number of fish or specimen) and the diversity (number of species) data of butterfly fishes and the reef condition (expressed as percentage of living coral covers). Regression analysis was then applied to Investigate the relationship between the abundance and diversity of butterfly fishes to the reef condition. The result shows that there are 28 butterfly fishes consisted of 22 species belong to genus Chaetodon, 2 species belong to Forcipiger, and 4 species belong to Heniocus recorded, with the total abundance of 661 fishes. The percentage of living coral covers ranged between 9.1 and 46.3% with an average of 25.8% (coral reef in medium condition). From 13 observation sites, 2 sites were excluded due to high bias. Plot between the abundance of butterfly fishes (number of fishes/specimen) and their diversity (number of species) shows very significant correlation (R2=0.95). The abundance and the diversity of butterfly fishes show also significant relationship with the coral reef condition (percentage of living coral covers). From 28 species, 7 species have high percentage of frequency with the highest rank to the lowest are Chaetodon klenii, Chaetodon trifaciatus, Chaetodon vagabundus, Chaetodon rafflesii, Chaetodon trifacialis, Chaetodon baronessa, and Chaetodon citrinellus. Among of those 7 individual species, some are strongly correlated with the percentage of living corals. Therefore, the concept or hypotheses that butterfly fish can be used as an indicator of the health of coral reef was  in this study. However, more deeper study that cover large geographical areas are needed to prove the validity of the above hypotheses.
RESPONS RADIKAL KELEBIHAN KAPASITAS PENANGKAPAN ARMADA PUKAT CINCIN SEMI INDUSTRI DI LAUT JAWA Suherman Banon Atmaja; Duto Nugroho; Moh Natsir
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.694 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.115-123

Abstract

Kapasitas penangkapan berlebih dikenali oleh para pengelola sumber daya ikan sebagai masalah utama bagi pengelola perikanan. Antisipasi penurunan kapasitas penangkapan armada pukat cincin dilakukan melalui perubahan radikal wilayah operasi penangkapan melalui relokasi usaha perikanan dari kawasan jenuh tangkap (wilayah pengelolaan perikanan 712 Laut Jawa) ke perairan yang relatif rendah tingkat pemanfaatannya di kawasan timur Indonesia (wilayah pengelolaan perikanan 715, 716) dan Samudera Hindia (wilayah pengelolaan perikanan 573). Analisis Produktivitas kapal contoh yang digambarkan berdasarkan atas besarnya hasil tangkapan per upaya (ton/tawur), menunjukkan bahwa hasil tangkapan per upaya tertinggi ditemukan di perairan Kepulauan Kangean dan Laut Maluku sekitar 3 ton/tawur, sedangkan yang terendah di Samudera Hindia sekitar 1,11 ton/tawur. Kapal pukat cincin Pekalongan yang beroperasi di Laut Maluku dan Samudera Hindia melakukan perubahan secara fisik melalui penerapan metode pembekuan plate freezing atau pembekuan cepat (sharp freezing). Sementara itu, terjadinya perubahan radikal untuk meningkatkan efisiensi operasional kapal pukat cincin dari Pekalongan dilakukan dengan cara manual sebagian besar hasil tangkapan di laut sebagai akibat tingginya tingkat kompetisi dan rendahnya peluang keberhasilan. Selain itu terjadi perubahan pada sistem bagi hasil, untuk meningkatkan efisiensi dan peluang keberhasilan operasi penangkapan, dengan memberlakukan sistem kontrak kerja nelayan untuk kali setiap trip. The existence of excessive fishing capacity generally recognized as a major problem for the fisheries managers whose have responsibility for the declining of fishery resources and economically wasteful. In some cases, reduction capacity was anticipated not by reducing the boat activities or changing the fishing gear, but through a radical change by relocating of fishing effort from the fully exploited fishing ground (fishery management area 712 Java Sea) to the areas with relatively low or medium exploited levels in eastern part of Indonesia (fishery management area 715, 716) and the Indian Ocean (fishery management area 573). As the boat productivity derrived from catch per unit of effort (ton/haul), the results showed that the highest catch per unit of effort occurred in Kangean Islands waters and the Moluccas Sea with approximately 3 ton/setting, while the lowest catch per unit of effort occurs in the Indian Ocean of 1.11 ton/haul. In relation with these aspects, there are some radical changes on operational aspects in which most of the catch has been transhiped at sea to increase the efficiency due to high level of competitiveness and low probability of successful fishing the boat that operatings in the Maluku Sea and Indian Ocean were modified through some physically treatments on fish hold through freezing method using plates (plate freezing or sharp freezing). In addition, several changes from the sharing system occurred to increase the probability of successful trips, most of the fishermen was contracted for each fishing trip.
KEPADATAN STOK IKAN DEMERSAL DAN BEBERAPA PARAMETER KUALITAS PERAIRAN DI PERAIRAN TEGAL DAN SEKITARNYA Bambang Sumiono; Tri Ernawati; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.998 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.95-103

Abstract

Penelitian sumber daya ikan demersal dan parameter kualitas perairan dilakukan dengan menggunakan Kapal Riset Sardinela (68 GT) pada bulan April, Juli, dan Nopember 2009 di perairan Tegal dan sekitarnya. Penghitungan kepadatan stok menggunakan metode swept area dengan panjang tali ris atas dari jaring trawl 21 m, kecepatan kapal waktu menarik jaring berkisar 1,5-2,0 knot dan lama penarikkan jaring di setiap stasiun penangkapan maksimal 1 jam. Posisi stasiun penangkapan dan oseanografi relatif sama pada kedalaman berkisar 10-50 m. Laju tangkap pada 41 stasiun penangkapan rata-rata 10,86 kg/jam dengan kepadatan stok 0,498 ton/km2 dan biomassa 23.082 ton. Sepuluh famili dominan tertangkap, yaitu Leiognathidae, Apogonidae, Sciaenidae, Nemipteridae, Pomadasydae, Synodontidae, Tetraodontidae, Carangidae, Teraponidae, dan Priacanthidae. Dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu (tahun 1976-2005), terdapat kecenderungan laju tangkap yang meningkat bagi famili Sciaenidae, Nemipteridae, dan Pomadasydae. Kelompok ikan yang cenderung menurun terdapat pada famili Synodontidae. Sementara famili Leiognathidae selalu mendominansi hasil tangkapan trawl. Kepadatan stok tertinggi (1,0 ton/km2) terdapat pada strata kedalaman 40-<50 m dan terendah (0,2 ton/km2) terdapat pada strata kedalaman antara 10-<20 m. Biomassa tertinggi (15.059 ton) terdapat pada strata kedalaman 30-<40 m dan terendah (1.410 ton) pada strata kedalaman 10-<20 m. Korelasi positif yang nyata terjadi antara kepadatan stok ikan demersal dengan kepadatan makrozoobentos, kedalaman perairan, suhu, dan oksigen terlarut pada dasar perairan. Penyebaran kepadatan stok tidak dipengaruhi oleh salinitas dan pH dasar perairan. Research on the demeral fish resources and some parameters of water quality using Sardinela Research Vessel (68 GT) were carried out during April, July, and November 2009 in Tegal and its adjacent waters. Stock density was estimated by swept area method. The trawl used has 21 m head rope, trawling speed of 1.5-2.0 knot, and the maximum towing time was 1 hour. The main fishing ground was 10-50 m water depth. Sampling position of trawling and oceanography parameters were set up relativelly the same position. Based on the result of 41 successful haul’s station, the average of catch rate of demersal fish was estimated to be 10.86 kg/hour with stock density of 0.5 ton/km2 and biomass of 23,082 ton. The ten dominant families were Leiognathidae, Apogonidae, Sciaenidae, Nemipteridae, Pomadasydae, Synodontidae, Tetraodontidae, Carangidae, Teraponidae, and Priacanthidae. Compared with research in the previous years (1976-2005), the catch rates familiy of Sciaenidae, Nemipteridae, and Pomadasydae tend to increase. Meanwhile, catch rate family of Synodontiade tend to decrease. The family of Leiognathidae in the overall years were always dominant. According to the depth stratum, the highest stock density of 1.8 ton/km2 was found in the depth between 41-50 m, while the lowest density of 0.2 ton/km2 was found in the depth between 10-20 m. Meanwhile, the highest biomass of 15,059 ton was found in the depth between 30-40 m, and the lowest of 1,410 ton in the depth between 10-20 m. A high correlation occured significantly between stock density of demersal fish and the water’s depth, temperature, and dissolved oxygen on the bottom. Meanwhile, correlation between stock density of demersal fish with pH and salinity on the bottom did not significantly different.
PELOLOSAN IKAN KURISI (Nemipterus japonicus) MELALUI JUVENILE AND TRASH EXLUDER DEVICES PADA JARING ARAD Hufiadi Hufiadi; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.532 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.125-132

Abstract

Permasalahan utama pada perikanan jaring arad adalah banyaknya jumlah hasil tangkap sampingan berukuran kecil yang belum layak tangkap. Dalam upaya untuk mengurangi tangkapan ikan muda yang belum layak tangkap telah dilakukan observasi dan ujicoba operasi penangkapan melalui penggunaan perangkat juvenile and trash exluder devices pada alat tangkap jaring arad yang dioperasikan nelayan di Pekalongan. Perangkat juvenile and trash exluder devices yang digunakan dibedakan pada ukuran jarak antar kisi, yaitu 10,0; 17,5; dan 25,4 mm. Analisis selektivitas kisi menggunakan model kurva logistik dengan bantuan solver pada Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan juvenile and trash exluder devices pada jaring arad dapat meloloskan ikan kurisi (Nemipterus spp.) berukuran kecil. Ukuran jarak antar kisi 25,4 mm mempunyai selektivitas yang paling baik terhadap ikan kurisi berdasarkan atas ukuran panjang baku dan jarak antar kisi 17,5 mm mempunyai selektivitas paling baik berdasarkan atas ukuran lingkar tubuh ikan kurisi. The serius problem on bottom mini trawl has the large number caught of bycatch caught especially for juvenile and trash fish. Improvement to reduce catches of juvenile was conducted through observation and experimental fishing using juvenile and trash exluder devices of mini bottom trawl in Pekalongan. The juvenile and trash excluder devices (juvenile and trash exluder devices in the experimental fishing with different space bar of the juvenile and trash exluder devices i.e. 10.0; 17.5; and 25.4 mm. The selectivity analysis of logistic curve by using solver on Microsoft Excel was applied. The results showed that juvenile and trash excluder devices might reduce catches of threadfin breams juvenile. Where as 25.4 space bar had the best selectivity based on the size of threadfin breams fork length and 17.5 mm space bar had the best selectivity based on the size of threadfin breams body girth.
HASIL TANGKAPAN DAN UPAYA PENANGKAPAN MUROAMI, BUBU DAN PANCING ULUR DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati; Karsono Wagiyo; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.67 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.83-94

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Nopember 2010, dengan tujuan mengkaji hasil tangkapan ikan ekor kuning (Caesionidae), kerapu (Serranidae), dan kakaktua (Scaridae), melalui kegiatan penangkapan jaring muroami, bubu, dan pancing ulur. Data yang dikumpulkan meliputi kelimpahan dan komposisi hasil tangkapan, aspek biologi ikan, produksi dan upaya penangkapan. Kelimpahan hasil tangkapan muroami berkisar 161-222 kg/perahu/hari didominansi oleh ikan ekor kuning (35,6-44,5%), bubu 9-12 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kakaktua 50% dan kerapu 13%, pancing ulur 1-87 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kurisi (Nemipterus spp.) dan kuwe (Caranx spp. dan Carangoides spp.) (38,1-41,2%) dan kerapu 11,2-20,6%. Sebaran panjang ikan ekor kuning bulan Juli dan Nopember 14,5-30,2 cm dan 13,1-29,5 cm, kakaktua 14,8-26,5 cm dan 12,8-38,7 cm, dan kerapu pada bulan Juli 18,4-23,5 cm. Ikan ekor kuning dan kakaktua mempunyai beberapa kelompok umur, mengindikasikan ada beberapa frekuensi pemijahan dalam setahun. Tingkat kematangan gonad ikan ekor kuning betina bulan Juli didominansi stadia 1, bulan Nopember didominansi stadia 4, dan kakaktua pada bulan Juli dan Nopember didominansi stadia 1. Data tingkat kematangan gonad belum dapat digunakan untuk menduga musim pemijahan. Rendahnya kelimpahan hasil tangkapan ikan kerapu, serta minimnya informasi biologi karena sulitnya memperoleh sampel mengidikasikan bahwa populasi ikan kerapu sudah terdegradasi. Tren catch per unit of effort muroami memiliki kecenderungan meningkat kembali pada tahun 2008 dan 2009, yaitu 12,99 dan 10,26 ton/unit/tahun, setelah mengalami penurunan yang tajam antara tahun 2000-2007 yaitu 0,03-0,64 ton/unit/tahun. Produksi ikan kerapu dan kakaktua relatif rendah, tahun 2008-2010 pada kisaran 75-505 kg/tahun, dan 2.359-3.267 kg/tahun, dan berfluktuasi pada setiap bulannya. The study was conducted in July and November 2010, with the aim of assessing the catch of yellow tail, grouper, and parrotfish, through fishing activities using muroami nets, traps, and handline. Data collected include the abundance and composition of the catch, fish biology, production and fishing effort. Abundance of muroami catch ranged 161-222 kg/boat/day, dominated by yellow tail (35.6-44.5%), traps 9-12 kg/boat/day dominated by the parrot fish 50%, and groupers 13%, handline 1-87 kg/boat/day dominated by threadfin bream and trevally (38.1-41.2%) and grouper from 11.2-20.6%. Yellow tail length distribution in July and November was 14.5-30.2 cm and 13.1-29.5 cm, parrot fish 14.8-26.5 cm, and 12.8-38.7 cm, and grouper in July 18.4-23.5 cm. Yellow tail and parrot fish have some age groups, indicating there was some spawning frequency in a year. Gonad maturity stages yellow tail female in July dominated by stage 1, in November was dominated by stage 4, and parrot fish in July and November dominated by stage 1. Gonad maturity stages data can not be used to estimate the spawning season. The low abundance of fish catch of grouper, and the lack of biological information because of the difficulty for obtaining samples indicates that the grouper population has been degraded. catch per unit of effort trend of muroami showed tendency to increase again in 2008 and 2009 of which (12.99 and 10.26 tons/unit/year ), after experiencing a sharp decline between the years 2000-2007 of which (0.03-0.64 tons/unit/year). The production of grouper and parrotfish relatively low, the year 2008-2010 in the range of 75-505 kg/year, and 2,359-3,267 kg/year, and fluctuated on a monthly basis.
PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA Abram Barata; Andi Bahtiar; Hety Hartaty
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.568 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.133-138

Abstract

Rawai tuna merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna dan ikan pelagis besar lainnya di perairan laut dalam. Pengoperasian rawai tuna bersifat pasif, sehingga tertangkapnya tuna ditentukan oleh tertariknya ikan untuk memakan umpan. Jenis umpan yang sering digunakan adalah lemuru, layang, bandeng dan cumi. Adanya perbedaan waktu setting pada rawai tuna mempengaruhi jenis umpan yang akan digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis umpan yang digunakan pada rawai tuna terhadap hasil tangkapan tuna, pada saat setting pagi dan sore hari. Metode penelitian dengan ujicoba penangkapan selama 2 trip menggunakan KM Putra Jaya 05 di Samudera Hindia. Trip 1 pada tanggal 18 Maret sampai 29 April 2007, sedangkan trip 2 pada tanggal 15 Juli sampai 23 September 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis umpan layang, lemuru dan cumi pada setting sore hari berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan tuna, sedangkan penggunaan jenis umpan bandeng, lemuru dan cumi pada setting pagi hari tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan tuna. Umpan cumi adalah jenis umpan terbaik yang digunakan untuk setting sore hari pada rawai tuna di Samudera Hindia.Tuna longline is an effective fishing gear to catch tuna and other large pelagic fish in the ocean. As a passive gear, the capture of  tuna is depended on the attraction of fish to bait. The type of baits commonly used are sardine, milkfish, scad and squid. The different in setting time on tuna longline also influences the type of bait to be used. This research aims to determine the influence of bait used in the tuna longline on tuna catch, during setting in the morning and afternoon. Research methods to test the capture for 2 trips using the KM Putra Jaya 05 in Indian Ocean. First trip was on 18 March to 29 April 2007,and second trip was on 15 July to 23 September 2008. The results showed the use of bait type, i.e., scad, sardine and squid on the afternoon setting significantly affect the catch of tuna, while the use type of bait, i.e., milkfish, sardine and squid in the morning setting did not significantly affect the catch of tuna. Squid bait is the best type of bait used for the afternoon setting on tuna longline in the Indian Ocean.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue