cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)" : 8 Documents clear
KOMPOSISI UKURAN, NISBAH KELAMIN DAN DAERAH PENYEBARAN HIU BUAYA (Pseudocarcharias kamoharai) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA Dian Novianto; Budi Nugraha; Andi Bahtiar
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1295.484 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.255-261

Abstract

Ikan hiu buaya (Pseudocarcharias kamoharai) merupakan salah satu jenis hiu yang tertangkap secara tidak sengaja pada perikanan rawai tuna (tuna longline). Ikan hiu buaya dalam penanganannya selalu dibuang di laut karena ukuran tubuhnya yang kecil dan tidak memiliki pasar diantara ikan non target (by-catch) lainnya. Penelitian tentang komposisi ukuran, nisbah kelamin dan daerah penyebaran hiu buaya dilakukan pada tahun 2010 – 2011 di perairan WPP 573 – 572 Samudera Hindia dengan mengikuti kapal longline yang berbasis di Benoa dan Bungus. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data dan informasi dalam rangka pengelolaan dan konservasi hiu buaya. Hiu buaya memiliki kisaran panjang tubuh 37 – 96 cm FL dengan panjang maksimal 96 cm FL untuk jenis betina dan 94 cm FL untuk jenis jantan dan modus pada kisaran 85 – 89 cm FL untuk jenis betina dan 75 – 79 cm FL untuk jenis jantan. Perbandingan jenis kelamin ikan jantan dan betina adalah 1 : 1,33, menunjukkan bahwa rasio ikan jantan dan betina tidak seimbang. Ikan hiu buaya terdistribusi tidak merata, hanya terdapat di 77 posisi setting pada 1120 – 1220 Bujur Timur dan 090 – 150 Lintang Selatan dari 256 jumlah setting selama periode penelitian ini. Crocodile shark (Pseudocarcharias kamoharai) is one of sharks species caught accidentally in tuna longline fisheries. Crocodile shark handling is always discarded at sea because of it is small size and is not economics value among others non-target fish (by-catch). Research on the biology of crocodile shark was conducted in 2010 – 2011 at Fisheries management Areas (FMA) 572 (Indian Ocean – west Sumatera) and 573 (South of Java – East Nusa Tenggara) following longline vessels based in Benoa and Bungus. The purpose of research was to investigate data and information on the crocodile shark for management and conservation purposes. Crocodile shark has a range of body length of 37-96 cm FL with a maximum length of 96 cm FL for females and 94 cm FL for male and modes in the range of 85 -89 cm FL for females and 75 -79 cm FL for male. Sex ratio of male and female of crocodile shark was 1: 1.33, which indicates that the ratio of male and female was un-balanced. The crocodile shark distributed unevenly, they catch only in 77 positions at lattitude  090 – 150  and longitude 1120 – 1220 among of 256 setting number during the study period.
MODEL PRODUKSI JARING ARAD DI PANTAI UTARA JAWA YANG BERBASIS DI PEKALONGAN Setya Triharyuni; Ignatius Tri Hargiyatno
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.361 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.213-219

Abstract

Arad merupakan alat tangkap aktif yang pengoperasiannya ditarik untuk menyapu dasar perairan.  Hasil tangkapan arad akan berbeda-beda karena dipengaruhi  oleh variabel  produksi  yang  berbeda  dan  dalam  jumlah  yang  berbeda pula. Variabel produksi yang dianggap mempengaruhi hasil tangkapan arad antara lain kekuatan mesin (PK), ukuran kapal (GT), panjang tali ris atas (head rope), panjang warp dan lama penarikan jaring (lama operasi penangkapan). Tulisan ini  bertujuan  untuk  mengetahui  variabel yang  berpengaruh dominan  terhadap  hasil  tangkapan  arad. Analisis yang digunakan adalah model produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan mesin penggerak kapal (x2), panjang headrope (x3) dan lamanya penarikan jaring (x5) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan jaring arad mengikuti model (r2=0,71). Variabel yang paling berpengaruh dari ketiga variabel tersebut adalah kekuatan mesin (PK). Mini trawl is an active fishing gear. This gear was operated to sweep the bottom waters. The different of production factors will lead to a different number of catch. The production factors that my influence the mini trawl catch are the power of the engine (PK), size of the vessel (GT), length of head rope, length of warp and towing time.  This paper is aimed to determine the dominant variabels are influence on the mini trawl catch. The Cobb-Douglas production model was used in this paper. Results of analysis showed that the power of engine (x2), length of headrope (x3) and towing time (x5) were significantly affected on the catch, with formula (r2 = 0.71). The power of the engine (PK) was the dominant variabel.
PARAMETER OSEANOGRAFI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KELIMPAHAN IKAN BANGGAI KARDINAL (Pterapogon kaudernii) DI PERAIRAN KEPULAUAN BANGGAI Kamaluddin Kasim; Lilis Sadiyah; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.001 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.263-271

Abstract

Ikan Banggai kardinal merupakan ikan yang tergolong endemik dan terancam punah menurut Daftar Merah IUCN 2007. Status di habitat aslinya, yaitu perairan karang Banggai Kepulauan, telah diperdebatkan oleh dua kepentingan, yaitu kepentingan komunitas internasional dalam aspek konservasi dan kepentingan masyarakat lokal dalam aspek ekonomi, karena ikan ini tergolong berharga tinggi di dunia perdagangan ikan hias. Penelitian mengenai parameter oseanografi sebagai faktor pembatas kelimpahan ikan banggai kardinal di habitat alaminya telah dilakukan pada bulan Juni dan Agustus tahun 2010 dan dilanjutkan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan mengamati habitat ikan banggai kardinal di 19 stasiun pengamatan di Pulau Banggai dan Pulau Peleng serta mengukur beberapa parameter oseanografi di setiap stasiun pengamatan. Pendugaan kelimpahan ikan banggai kardinal dilakukan dengan menggunakan sensus visual bawah air (underwater visual census). General Linear Models (GLM) digunakan untuk mengetahui parameter oseanografi yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan banggai kardinal.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas merupakan faktor pembatas yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan ikan banggai kardinal (ekor/m2) di area sampling. Rata-rata salinitas di perairan Pulau Banggai 32,8‰ sedangkan rata-rata salinitas di perairan Pulau Peleng 29,6‰. Kepadatan ikan banggai kardinal di Pulau Peleng berkisar 7- 249 ekor/500 m2 sedangkan kepadatan ikan banggai kardinal di perairan Pulau Banggai berkisar antara 147- 1500 ekor/500 m2. Banggai cardinal fish is classified as endemic and endangered species under the IUCN Red List 2007. Its status in their natural habitat, the reef waters of Banggai Islands, has been disputed by two interests, i.e. interests of the international community in conservation aspects and interests of local communities on economical aspects, because the fish is classified as a high value on the trade of ornamental fish. A study on oceanographic parameters as limiting factors of the abundance of Banggai cardinal fish in their natural habitat was carried out in June and August 2010 and then continued in April, August and October 2011. The study was conducted by observing the Banggai cardinal fish habitat, measuring some oceanographic parameters and their abundance on the 19  stations in the two main islands, namely Peleng Island and Banggai Island, Oceanographic parameters and habitat observed include dept, substrate, temperature, pH, dissolved oxygen and salinity. Abundance and density estimations of Banggai cardinal fish was done by using underwater visual census method, while General Linear Model was also used to determine the most influencing factor affecting the abundance of banggai cardinal on its natural habitat. The results showed that salinity is the most influencing factor on the Banggai cardinal fish density (ind/m2) in the sampling area. The average of salinity was 32,8‰ in Banggai Island waters and 29,6‰ in Peleng Island waters. The fish density was significantly different between Peleng and Banggai water, i.e., 7 -249 ind/500 m2 and 147 -1500 ind/500 m2, respectively.   
SINTESA KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT JAWA Bambang Sadhotomo; Suherman Banon Atmadja
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.502 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.221-232

Abstract

Sintesa status dan tren perikanan pukat cincin pelagis kecil di perairan Jawa Laut dan sekitarnya yang dilakukan berdasarkan kumpulan sejumlah hasil penelitian yang tersedia. Beberapa kajian dinamika populasi pada ikan pelagis kecil menunjukkan bahwa spesies ikan mempunyai laju pertumbuhan cepat dan mortalitas alami tinggi.  Dari analisis kohor diperoleh estimasi total biomassa yang cenderung lebih rendah dari hasil tangkapan yang dihasilkan oleh aktivitas perikanan pukat cincin, dan memberikan indikasi tidak adanya hubungan langsung antara struktur biomassa dan kelimpahan hasil tangkapan pada perikanan pelagis kecil. Perkiraan besarnya biomassa yang lebih rendah dari hasil tangkapan menunjukkan hasil yang tidak realistis, terutama pada kelompok ukuran ikan yang telah memasuki perikanan (recruitment).  Sementara, perhitungan surplus produksi dapat dilakukan setelah produksi mencapai kestabilan jangka panjang, dimana tren penurunan CPUE dibarengi oleh penurunan produksi secara bertahap dan terjadinya lebih tangkap atau telah melebihi tingkat MSY serta telah berlangsung selama beberapa tahun. Pendekatan interaksi upaya penangkapan dengan biomassa menunjukkan selama periode pemulihan stok ikan, banyak nelayan telah keluar dari perikanan tersebut. A synthesis on small pelagic purse seine fisheries in the Java Sea and its adjacent waters based on several previous research results has been conducted.  Study on population dynamics of small pelagic fish species indicated that the small pelagic species has a rapid growth and high natural mortality rates.  Cohort analysis indicated that  estimation on total biomass tend to indicate a lower value than the landing data of small pelagic fishery, with no indication on clear  relationship between the structure of biomass and abundance in catches.  The abundance estimation based on surplus production applied when production has reached a long-term stability, and downward trend in CPUE followed by a gradual decline in production and MSY level have taken place since years. The interaction of fishing effort and fish biomass approach showed that during periods of fish biomass recovery, numbers of fishers have left out from the fisheries.
DISTRIBUSI SPASIAL UPAYA PENANGKAPAN KAPAL CANTRANG DAN PERMASALAHANNYA DI LAUT JAWA Surehman Banon Atmaja; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.24 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.233-241

Abstract

Permasalahan alat tangkap cantrang muncul setelah kapal pukat cincin banyak yang beralih menggunakan cantrang dan bobot kapal dimanipulasi.  Distribusi spasial upaya penangkapan perikanan cantrang telah menyebar di hampir seluruh Laut Jawa, terkonsentrasi di Selatan Belitung dan Selatan Kalimantan sampai Selat Makassar.  Perluasan daerah penangkapan di luar 12 mil berdasarkan atas izin propinsi menunjukkan pengalokasian armada perikanan cantrang merupakan pembiaran terjadinya kompetisi dan mengabaikan perlindungan terhadap hak-hak nelayan lokal. Sementara upaya pembatasan baik jumlah maupun bobot kapal cantrang telah menjadi konflik mekanisme managemen yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan dan pengendalian perikanan yang berkaitan dengan pembatasan tersebut. Distribusi spasial upaya penangkapan pada perikanan cantrang dipengaruhi selain oleh pengalaman nakhoda pada distribusi spasial sumber daya ikan target, dan juga adanya operasi razia yang dilakukan oleh TNI AL dan Pol Airud.   The danish seine problems appear after the number of purse seiners switch to use danish seine and gross tonnage manipulation of the vessels.  Spatial distribution of fishing effort for danish seine fisheries has spread throughout most of the Java Sea, concentrated in South Kalimatan to the Makassar Strait. Expansion of fishing areas beyond 12 miles by province act shows the allocation of vessels danish seine fishing is letting the competition and ignore the protection of the local fishermen rights.  Meanwhile efforts to both the number and Gross Tonnes restrictions of danish seine have became conflict management mechanism to be related to fisheries resource management policies and the fishery control to be related to the restrictions. Spatial distribution of fishing effort in fisheries other than danish seine influenced by the spatial experience of the skipper of the targeted resources, and also the raid operation conducted by the Navy and Police Airud.
PERUBAHAN DAERAH PENANGKAPAN, TARGET TANGKAPAN DAN TEKNOLOGI ARMADA PUKAT CINCIN LAUT JAWA YANG DIOPERASIKAN DI SAMUDERA PASIFIK Agustinus Anung Widodo; Budi Iskandar Prisantoso; Ralp Thomas Mahulette
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.498 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.243-253

Abstract

Hasil tangkapan armada pukat cincin pelagis kecil yang menurun di perairan Laut Jawa telah mendorong perpindahan daerah penangkapan 61 armada ke perairan Samudera Pasifik. Perpindahan daerah penangkapan telah mengakibatkan berbagai perubahan yang meliputi perubahan target ikan tangkapan dari ikan pelagis kecil ke ikan tuna. Perubahan lain yang juga terjadi adalah perubahan aspek teknis alat tangkap, kapal dan pesawat bantu penangkapan. Guna mendeskripsikan perubahan-perubahan tersebut, maka telah dilakukan penelitian pada bulan Juni 2009 hingga 2010 di Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tekhnis yang diubah meliputi: (1) pesawat bantu penangkapan dari gardan (horizontal capstan) menjadi alat power block, (2) disain dan konstruksi jaring yaitu dari ukuran mata jaring 1 inci menjari 4 inci, (3) tata letak (layout) bangunan di atas dek terutama anjungan (bridge) dan kamar ABK dari posisi semula yaitu di belakang menjadi di bagian depan. Perubahan tersebut telah meningkatkan laju tangkap hingga 5,5 kali lipat yaitu dari 0,547 kg/tawur menjadi 3.032,6 kg/tawur jaring. The countinously decreasing catch of small pelagic purse seine fleet in Java Sea waters has pushed 61 boats move to the Pacific Ocean as their new fishing ground. The moving resulted from some changes of the target species from small pelagic to large pelagic fishes in particular tuna and the technical aspects, i.e. the layout of super structure of boat, design and construction of net as well as the deck machinery.  To investigate the changes, a research was carried out on June 2009 to December 2010. The results showed that: (1) deck machinery in particular net hauler equipment namely ‘gardan’ or horizontal capstan is changed to the specific equipment namely power block, (2) the net mesh size changed from 1 inch to 4 inch, (3) some boats were also changed the layout of its the super structure from the aft position to the bow position. The changings were increased the catch rate reach up 5.5 times, i.e. from 0.547 kg/setting to 3,032.6 kg/setting.
TREN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KURAU (POLINEMIDAE) DI PERAIRAN BENGKALIS, SELAT MALAKA Wijopriono Wijopriono; Duto Nugroho; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.223 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.205-212

Abstract

Sumberdaya Ikan kurau (Polinemidae) di perairan bengkalis, Selat Malaka, telah dieksploitasi dengan menggunakan berbagai alat tangkap. Dalam periode 2005-2009,  produksi ikan ini menunjukkan penurunan yang tajam, sebesar 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya ikan kurau mengindikasikan tekanan penangkapan yang tinggi karena dieksploitasi pada berbagai ukuran dari siklus hidupnya oleh alat tangkap gombang (stownet), rawai dasar (bottom longline) dan jaring batu (bottom gillnet). Kerentanan spesies ikan kurau terhadap tekanan penangkapan khususnya terkait dengan konsekuensi dari sifat biologisnya yang protandous hermaphrodite, yaitu kemampuan mengubah organ kelamin seiring dengan perkembangan ukuran dan umur. Threadfin (Polinemidae) resources in Bengkalis waters, Malacca Strait, have been exploited by variety of fishing gears. In the period of 2005-2009, the production have sharply decreased at about 70%. Results of the research showed that there was indication the resources suffered from fishing pressure as they exploited at variety stages of their life cycles by tidal traps (gombang), bottom longline and bottom gillnet. Vurnerability of threadfin on fishing pressure is specifically related to their nature, a protandous hermaphrodite, which is the ability of change genital organ as the fish growing older.
BIOLOGI DAN PARAMETER POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN BONE DAN SEKITARNYA Duranta Diandria Kembaren; Tri Ernawati; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.804 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.273-281

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas perikanan dengan nilai jual cukup tinggi, baik sebagai komoditas lokal maupun komoditas ekspor. Sampai saat ini, pengkajian parameter populasi sumber daya rajungan belum banyak dilakukan. Biologi dan parameter populasi rajungan perlu diketahui agar pengelolaannya dapat dilakukan secara rasional sehingga potensi lestarinya dapat tetap terjaga. Penelitian biologi dan parameter populasi rajungan dilakukan di perairan Bone dan sekitarnya berdasarkan data frekuensi lebar karapas yang dikumpulkan sejak Februari sampai Desember 2011. Pendugaan parameter populasi rajungan dianalisis menggunakan alat bantu program FISAT (FAO-Iclarm Stock Assessment Tool) II. Hasil kajian menunjukkan bahwa lebar karapas pertama kali matang gonad rajungan adalah 71,63 mm dengan kisaran lebar karapas antara 69,36 – 73,97 mm. Nisbah kelamin jantan dan betina berada pada keadaan tidak seimbang. Musim pemijahan terjadi sepanjang tahun dan puncaknya terjadi pada bulan Mei dan Desember. Lebar karapas infinitif (CW∞) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 159 mm dan 154 mm, laju pertumbuhan (K) 1,27/tahun dan 1,08/tahun, laju kematian total (Z) 9,21/tahun dan 6,90/tahun, laju kematian alami (M) 1,33/tahun dan 1,21/tahun, dan laju kematian penangkapan 7,88/tahun dan 5,69/tahun. Laju ekploitasi (E) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 0,82 dan 0,78, yang menunjukkan tingkat eksploitasi di atas optimum sehingga pengelolaannya perlu dilakukan agar potensi lestarinya tetap terjaga.Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a local as well as export commodity which has high price. Study on biology and population parameters of blue swimming crab is rare. Therefore, a study in order to maintenance the potential yield of blue swimming crab resource is needed. Study on biology and population parameters of blue swimming crab has been conducted in the Bone and adjacent waters, based on carapace width frequencies data which was collected since February to December 2011. Population paremeters of the blue swimming crab were analysed by using FISAT (FAO-Iclarm Stock Assessment Tool) II. The result showed that carapace width at first maturity (CWm) of the crab was 71,63 mm at the range between 69,36–73,97 mm. The sex ratio of male and female showed an unequal. Spawning season of the crab occurred all year round with a spawning peak in May and December. The male and female carapace width asymtotic (CW∞) was 159 mm and 154 mm, total mortality (Z) 1,27/year and 1,08/year, natural mortality (M) 1,33/year and 1,21/year, fishing mortality (F) 7,88/year and 5,69/year, respectively. Exploitation rate (E) for male and female was 0,82 and 0,78, respectively which indicated the over-exploitation, so that a management of the crabs to maintenance its potential yield shoud be applied.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue