cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 388 Documents
ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DI PAPARAN BANJIRAN LUBUK LAMPAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Eko Prianto; Mohammad Mukhlis Kamal; Ismudi Muchsin; Endi Setiadi Kartamihardja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.594 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.137-146

Abstract

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting di perairan umum daratan Indonesia khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Ikan ini memiliki nilai ekonomis penting untuk ikan konsumsi. Pada tahun 2004 hasil tangkapan ikan baung di Sumatera Selatan berjumlah 1.684,6 ton sedangkan pada tahun 2005 berjumlah 899,5 ton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan baung di paparan banjiran. Lokasi penelitian di Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dimulai bulan Nopember 2012-Nopember 2013. Ikan sampel dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayandan hasil tangkapan percobaan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang (gill net), pancing (pole and line), bubu dan bengkirai (traps). Analisis datameliputi: nibah kelamin, tingkat kematangan gonad, indek kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, potensi reproduksi dan pola reproduksi. Sampel ikan baung berjumlah 384 ekor terdiri dari jantan dan betina masing-masing sebanyak 118 dan 266 ekor. Hasil penelitian menunjukkan nisbah kelamin ikan baung yang ditemukan dalam penelitian baung 0,44:1, yang menunjukkan nibah kelamin tidak seimbang. Nilai IKG ikan baung betina berkisar 1,8-14.3% sedangkan ikan baung 1,3-3,9%. Ukuran pertama kali (Lm) ikan yang matang gonad untuk baung jantan (232 mm) dan betina (332 mm). Rata-rata fekunditas ikan baung berjumlah 47.882+13.624 dengan pola pemijahannya adalah serempak.Baung (Hemibagrus nemurus) is one of the economically important fish species in Indonesiainland water, especially Ogan Ilir district. These fish have an important economic value as fish consumption. In 2004,production of baung in South Sumatra amount 1684.6 tons decreased to 899.5 tons in 2005. The aim of this research was to determine some aspects of reproductiveof green catfish in floodplain. The research location in a Lubuk Lampam floodplain Ogan Ogan Ilir South Sumatra began in November 2012-November 2013. Fish samples were collected by experimental fishing such gill nets, pole and line, traps. Data analysis includes sex ratio, level maturity, gonado somatic index, first maturity, reproductive potential and reproductive patterns. Green catfish samples have totally 384 specimen consist ofmales and females, 118 and 266 specimen, respectively. The results showed sex ratio of the male and female of green catfish was 0.44: 1, which shows the sex ratio isunbalanced. Gonado somatic index value of green catfish female ranged 1.8-14.3%while male was 1.3-3.9%. The size at the first maturity of the male and female of green catfish was 232 and 332 mm, repectively. Thefecundity average of green catfish range 47.882 + 13.624 and the spawning pattern of green catfish was classified into total spawner.
INFORMASI BIOLOGI PERIKANAN IKAN KURISI, Nemipterus japonicus, DI BLANAKAN DAN TEGAL Indar Sri Wahyuni; Sri Turni Hartati; Ina Juanita Indarsyah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 4 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.555 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.4.2009.171-176

Abstract

Berbagai jenis ikan kurisi (Nemipteridae) termasuk Nemipterus japonicus, merupakan jenis ikan demersal yang banyak tertangkap dengan cantrang (jaring dogol), bertubuh relatif kecil dan berenang secara bergerombol (schooling) serta banyak ditemukan pada kedalaman 25-40 m. Pengamatan ikan kurisi difokuskan pada N. japonicus dan dilakukan di daerah Blanakan (Subang, Jawa Barat) dan daerah Tegal (Jawa Tengah) mulai Maret-April 2006. Di Blanakan, hasil tangkapan ikan kurisiberkisar 2-10,7% dari total hasil tangkapan cantrang besar maupun kecil dan di Tegal 15-35%. Struktur ukuran (sebaran panjang) ikan kurisi di Blanakan pada bulan Januari 2006 didominansi oleh ukuran 10 cm pada bulan Pebruari dan Maret 2006 didominansi oleh ukuran 12 dan 16 cm, sedangkan bulan April 2006 didominansi oleh ukuran 10,5 cm. Struktur ukuran ikan kurisi di Tegal didominansi ukuran 11,45 cm yaitu 21,2%. Tingkat kematangan gonad ikan kurisi di Blanakan didominansi III yaitu 19,3%; sedangkan di Tegal didominansi oleh tingkat V (spent) yaitu 34,8%. Isi perut ikan kurisi di Blanakan dan Tegal relatif sama, yaitu di dominansi oleh Polychaeta, Bacillariophyceae, dan Crustaceae. Pertumbuhan ikan kurisi bersifat allometrik (b<3,0).
KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN PANTAI PANGANDARAN, JAWA BARAT Sri Turni Hartati; Arip Rahman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.959 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.37-48

Abstract

Keanekaragaman jenis ikan karang merupakan suatu indikator penting yang dapat menggambarkan perubahan lingkungan perairan karang. Perubahan habitat karang adalah resiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat pembangunan.  Penelitian dilakukan di perairan pantai Pangandaran dengan tujuan mengkaji kesehatan terumbu karang dan indeks ekologis komunitas ikan karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah line intercept transect untuk menentukan persen tutupan karang dan metode sensus visual untuk menentukan keanekaragaman ikan karang pada area seluas 250m2. Hasil penelitian menunjukkan kesehatan terumbu karang pada kondisi buruk, tutupan karang hidup 11,4 -20,74%. Teridentifikasi 66 jenis ikan karang dengan kriteria kepadatan sangat jarang (0,59 – 0,91) ind/m2. Indeks kekayaan ikan karang pada kategori baik (4,60-8,68), keanekaragaman jenis ikan karang termasuk dalam kategori sedang (2,57-3,36). Tidak terjadi dominasi jenis ikan karang tertentu (0,05-0,120) dan kemerataan populasi di lokasi penelitian termasuk tinggi (0,81-0,87). Reef fish diversity is a major indicator to expose a current environmental state of coral reefs. Economic developments probably lead to habitat alteration risks. The research was conducted in Pangandaran Beach Waters, Batu Karas, Pananjung Barat, Pananjung Timur. The research objective was,  to assess the reef health, and to fine out several diversity indices of reef fish communities. Methods used for those are a line intercept transect and census visual technique within area of 250 m2. The results showed that all of the area had a poor reef health category(11,4-20,74%), reef fish densities were grouped in very rare areas, especially < 1-5 ind/m2. Richnes indices had a good category(4,60-8,68), shannon diversity indices of reef fish felt in the fair category(2,57-3,36), dominance indices of reef fish felt in the low category(0,05-0,120) and evenness indices were felt in a high category(0,81-0,87).
KEBIASAAN MAKAN DAN LUAS RELUNG BEBERAPA JENIS IKAN DI WADUK DJUANDA, JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas; Didik Wahju Hendro Tjahjo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.905 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.3.2013.151-157

Abstract

Ikan seperti hewan lainnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Makanan merupakan kunci pokok bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kebiasaan makan, dan luas relung beberapa jenis ikan di perairan Waduk Djuanda. Penelitian ini dilakukan selama Januari hingga Desember 2010, dengan menggunakan alat tangkap gill-net percobaan yang dipasang di 6 (enam) stasiun. Analisis kebiasaan makan menggunakan  Indeks of Preponderance. Tingkat trofik dan luas relung jenis ikan dievaluasi berdasarkan makanan atau ruang yang dimanfaatkan oleh ikan. Berdasarkan kebiasaan makannya, ikan di Waduk Djuanda dibagi dalam 4 kelompok yaitu: (1) Ikan herbivora terdiri dari ikan kepiet (Thynnichtys thynnoides) dengan tingkat tropik 2,34 dan luas relung 4,04, nila (Oreochromis niloticus) dengan tingkat tropik 2,12 dan luas relung 2,82, patin (Pangasiondon hypopthalmus) dengan tingkat tropik 2,26 dengan luas relung 2,06, beunteur (Puntius binotatus) dengan tingkat tropik 2,05 dan luas relung 2,54; (2) Ikan omnivora terdiri dari: bandeng Channos channos) dengan tingkat tropik 2,49 dan luas relung 2,89, lalawak (Barbonymus ballaroides) dengan tingkat tropik 2,32 dengan luas relung 3,17 (3) ikan karnivora terdiri dari: oskar (Amphilophus citrinellus) dengan tingkat tropik 3,05 dan luas relung 2,59, kebogerang (Mystus nigriceps) dengan tingkat tropik 3,01 dan luas relung 2,57 (4) ikan predator terdiri dari: golsom  (Amphilophus alfari) dengan tingkat tropik 3,69 dan luas relung 1,47, betutu (Oxyeleotris marmorata) dengan tingkat tropik  3,92 dan luas relung 3,08, hampal (Hampala macralepidota) dengan tingkat tropik 4 dan luas relung 1.Fish is similar with other animals, it is need a feeding for their of life and growth. The purpose of this study was to assess feeding habits and broad niches several species of fish in the waters Juanda Reservoir. This study was conducted during January to December 2010, using the trial as a gill-net fishing gear mounted on the 6 (six) stations.  Feeding habits analysis used of the index of preponderance. Trophic levels and broad niches are evaluated based on the type of fish meal or space utilized by fish. Based on fish eating habits, Juanda Reservoir fish were divided into 4 groups: (1). Herbivorous fish, which consists of  kepiet (Thynnichtys thynnoides) with trophic level 2,34 and niche breadth 4,04, nila (Oreochromis niloticus) with trophic level of 2,12 and niche breadth of 2,82, patin (Pangasiondon hypopthalmus) with trophic level 2,26 and niche breadth 2,06, beunteur (Puntius binotatus) with trophic level 2,05 and niche breadth 2,54 group (2). Omnivorous fish consisting  of bandeng Channos channos) with trophic level 2,49 and niche breadth 2,89, lalawak (Barbonymus ballaroides) with trophic level 2,32 and niche breadth 3,17 group (3). Carnivorous fish consisting oskar (Amphilophus citrinellus) with trophic level 3,05 and niche breadth 2,59, kebogerang (Mystus nigriceps) with trophic level 3,01 and niche breadth 2,57  and group (4). Predatory fish consists of golsom  (Amphilophus alfari) with trophic level 3,69 dan luas relung 1,47, betutu (Oxyeleotris marmorata) with trophic level  3,92 dan luas relung 3,08, hampal (Hampala macralepidota) with trophic level 4 and niche breadth 1.
PARAMETER POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BENTONG (Selar crumenophthalmus) DI PERAIRAN KWANDANG,GORONTALO UTARA Ria Faizah; Lilis Sadiyah; Tuti Hariati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.475 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.111-117

Abstract

Perairan Kwandang merupakan salah satu basis utama perikanan pelagis kecil di perairan laut Sulawesi. Salah satu jenis yang banyak dimanfaatkan adalah ikan bentong (Selar crumenophthalmus). Penelitian ini bertujuan untukmenduga parameter populasi, tingkat pemanfaatan (E), dan biologi reproduksi dari ikan bentong. Data panjang cagak dikumpulkan dari PP Kwandang dari bulan Januari hingga November 2012. Pendugaan parameter populasi dilakukan dengan menggunakan metode Bhattacharya dengan bantuan software FISAT II Hasil analisis menunjukkan bahwa laju pertumbuhan (K) sebesar 0,76 per tahun dengan L”=24,7 cm. Laju kematian total (Z) sebesar 2,63 per tahun, dengan laju kematian alamiah (M) sebesar 1,28 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 1,3 per tahun dan laju pemanfaatan 0,51. Tingkat pemanfaatan ikan bentong sudah relatif optimum. Rasio jenis kelamin ikan bentong jantan dan betina adalah 1: 1,02. TKGI paling banyak ditemukan. Musim pemijahan ikan bentong diduga terjadi pada bulan November dan Desember.The Kwandang waters is one of the main base for small pelagic fisheries in Sulawesi sea. Bigeye scad (Selar crumenophthalmus) is one of species from small pelagic is exploited. The objectives of the research was to estimate the population parameters, exploitation rate and reproductive biology of bigeye scad. Length frequency data were collected from PP Kwandang, from January November 2012. Estimation of population parameters of bigeye scad used FISAT II method. The results showed that growth rate as follows (K) = 0,76 year-1 , L”=24,7 cm. Total mortality rate (Z) = 2,63 year-1, with natural mortality (M) = 1, year-1 and fishing mortality (F) = 1,3 year-1 and exploitation rate (E)=0,51. The exploitation rate are already optimum. Sex ratio of male and female are 1:1,02. The most commonly founded is Gonado Maturity Stage of I. The spawning season of bigeye scad estimated was November and December
SEBARAN DAN KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAPUAS, KALIMANTAN BARAT Susilo Adjie; Emmy Dharyati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1265.531 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.6.2009.283-290

Abstract

Sungai Kapuas merupakan sungai terbesar di Kalimantan Barat, memiliki tipe ekologi yang kompleks mulai dari hulu sampai ke muara dan memiliki keanekaragaman hayati tinggi terutamakeanekaragaman ikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sebaran jenis ikan, pakan alami, dan habitat dari beberapa jenis ikan. Metode penelitiannya adalah dengan survei dan observasi selama tiga kali pada bulan April, Juli, dan Desember 2007 di daerah aliranSungai Kapuas bagian tengah, hulu, sampai stasiun sekitar Danau Sentarum, Leboyan, Danau Empangau, Jongkong, dan, Sungai Sibau Hulu. Pengambilan data dilakukan pada 12 stasiunpengamatan. Parameter yang diambil adalah diversitas dan sebaran ikan, pakan alami (food habits), habitat, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran ikan semah (Tor spp.) di hulu sungai yang berarus deras, sedangkan ikan ringo (Datnoides microlepis) tersebar dari kawasan Semitau, Danau Sentarum, sampai Danau Empangau. Ikan tabirin (Belodonthicthys dinema), hampir tersebar di semua stasiun pengamatan, dan ikan entukan (Thinnichthys thynoides) paling dominan di danau. Berdasarkan pada pengamatan pakan alami, ikan semah merupakan ikan omnivora, sedangkan tabirin, dan ringo merupakan ikan karnivora. Ikan entukan sebagai ikan pemakan plankton (plankton feeder).
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG BANANA (Metapenaeus dobsoni) DAN UDANG KAYU (M. affinis) DI PERAIRAN TELUK CEMPI, NUSA TENGGARA BARAT Masayu Rahmia anwar Putri; Adriani Sri Nastiti
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (939.089 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.1.2017.1-10

Abstract

Perairan Teluk Cempi merupakan salah satu daerah penangkapan udang potensial di Nusa Tenggara Barat khususnya udang benana (Metapenaeus dobsoni) dan udang kayu (M. affinis). Pemanfaatan sumberdaya udang yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian sumberdaya udang. Sebagai dasar untuk pengelolaan yang berkelanjutan perlu dilakukan kajian beberapa parameter biologi meliputi nisbah kelamin, sebaran ukuran panjang, hubungan panjang dan berat, tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad dan ukuran pertama kali tertangkap. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Cempi, Nusa Tenggara Barat pada bulan April-Desember 2013. Sampel udang didapatkan dari percobaan penangkapan dan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Desa Jala, Kabupaten Dompu, kemudian dicatat data biologinya oleh enumerator. Hasil penelitian menunjukkan nisbah kelamin udang kayu dan banana betina lebih banyak dibandingkan udang jantan (lebih dari 60%). Panjang karapas udang benana dan udang kayu betina lebih besar dibandingkan udang jantan. Pola pertumbuhan udang benana dan udang kayu alometrik negatif. Udang benana dan udang kayu di Teluk Cempi dapat memijah sepanjang tahun. Hasil tangkapan udang didominasi udang yang belum matang gonad (TKG I-II). Udang benana pertama kali matang gonad (Lm) pada ukuran 24 mm dan Lm udang kayu pada ukuran 26,2 mm. Ukuran udang benana pertama kali tertangkap (Lc) adalah 16,25 mm (jantan) dan 19,69 mm (betina), sedangkan Lc udang kayu diperoleh 19 mm (jantan) dan 24,57 mm (betina). Tekanan penangkapan udang di Teluk Cempi sudah sangat intesif yang terindikasi dari tingginya hasil tangkapan udang yang belum matang gonad dan nilai Lc yang lebih kecil dari Lm.The Cempi Bay is one of the potential fishing ground of shrimp in West Nusa Tenggara, especially for Metapenaeus dobsoni and M.affinis. The unmanaged exploitation leads to unsustainability of shrimp resources. As a basis for sustainable management it is necessary to study several biological parameters as sex ratio, length distribution, length and weight relationship, maturity stages, the length at first maturity and length at first capture. This research was conducted in Cempi Bay Waters on April to December 2013. Samples were obtained from experimental fishing and fisherman’s catch that landed in Jala Village, Dompu Regency, then its biology data recorded by enumerators. The results showed that sex ratio of females Metapenaeus affinis and M. dobsoni was higher than males (more than 60%). The carapace length of M.dobsoni and M. affinis was larger than males. The growth pattern of both M.dobsoni and M.affinis were allometric negative. Both shrimp species may spawn throughout the year. The shrimp catch dominated immature stage (I-II maturity stages). The carapace length at first maturity (Lm) of M.dobsoni was 24 mm and Lm of M.affinis was 26.2 mm. The carapace length at first capture (Lc) of M.dobsoni was 16.25 mm (male) and 19.69 mm (female), while the Lc of M.affinis was 19 mm (male) and 24.57 mm (female). The pressure of shrimp fishing in Cempi Bay has been very intensive, indicated by the high catches of immature shrimp and the value of Lc was smaller than Lm.
PENDUGAAN PARAMETER POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) DI SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA Fathur Rochman; Budi Nugraha; Arief Wujdi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.216 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.2.2015.77-85

Abstract

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong jenis ikan tuna yang merupakan tangkapan utama di Samudera Hindia. Kajian dinamika populasi menjadi penting sebagai dasar pengelolaan perikanan, agar stok ikan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang parameter populasi ikan cakalang di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Pengambilan data dengan bantuan enumerator di pusat pendaratan ikan (Cilacap, Palabuhanratu, Tamperan-Pacitan, dan Sendang biru-Malang) selama periode Januari-Desember 2012 dengan jumlah sample total sebanyak 3.118 ekor. Data frekuensi panjang (cmFL) selanjutnya dianalisis menggunakan program FiSAT II untuk menduga parameter pertumbuhan, mortalitas, dan rekrutmen. Hasil penelitian parameter populasi adalah sebagai berikut: panjang asimptotik (L”) sebesar 80,85 cmFL dengan nilai K sebesar 1,1/tahun dan nilai t0 sebesar -0,110 tahun. Mortalitas alami (M) sebesar 1,44/ tahun, mortalitas total (Z) sebesar 2,99/tahun dan mortalitas karena penangkapan (F) sebesar 1,55/tahun. Pola rekrutmen ikan cakalang terjadi setiap tahun dengan puncaknya diduga pada bulanApril sampai dengan Agustus. Tingkat eksploitasi sebesar 0,52/tahun, menyebar pada level yang optimum.
HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA Ria Faizah; Budi Iskandar Prisantoso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.516 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.3.2010.183-189

Abstract

Penelitian ini tentang hubungan panjang dan bobot, distribusi frekuensi panjang dan faktor kondisi ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia dilakukan pada bulan Maret sampai Oktober 2008. Hasil penelitian ini menunjukan tangkapan rawai tuna di perairan sebelah selatan Jawa Timur sampai Nusa Tenggara diperoleh ukuran tuna mata besar berkisar antara 98-153 cm (rata-rata 127,07 kg) dan bobot antara 20-73 kg (rata-rata 41,44 kg). Hubungan panjang dan bobot mengikuti persamaan W=0,023 FL2,9652 . Nilai faktor kondisi tuna mata besar berkisar antara 1,85- 2,12 dan menunjukan nilai faktor kondisi ini berfluktuasi setiap bulan. Study on length and weight relationship, length frequency distribution and condition factors of big eye tuna (Thunnus obesus) in the Indian Ocean was conducted in March to October 2008. The results showed that size of big eye tuna that caught by tuna long line from the southest of Java Sea and NusaTenggara were ranging from 98-153 cm in fork length (average of 127.07 kg); and weight range of 20- 73 kg (average of 41,44 kg). Length and weight relationship of big eye tuna can be described as W=0,023 FL2,9652. Condition factor of big eye tuna were ranging from 1.85-2.12 and that fluctuated monthly.
BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) DI PERAIRAN SELAT BALI Arief Wujdi; Suwarso Suwarso; Wudianto Wudianto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.262 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.3.2012.177-184

Abstract

Sumberdaya ikan lemuru paling banyak dimanfaatkan oleh nelayan di perairan Selat Bali sejak diperkenalkannya pukat cincin di perairan tersebut pada tahun 1972. Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter populasi ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang merupakan hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Muncar, Banyuwangi. Pendugaan parameter populasi dilakukan berdasarkan data panjang ikan lemuru yang dikumpulan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Desember 2011. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak FISAT II (versi 1.1.3). Hasil analisis diperoleh dugaan parameter pertumbuhan adalah L∞=20,75 cmFL, K=1,20 per tahun, dan t0=-0,1456 tahun. Laju kematian total (Z) adalah 6,39 per tahun, kematian alami (M) adalah 2,23 per tahun, dan kematian akibat penangkapan (F) adalah 4,16 per tahun. Tingkat laju eksploitasi (E) sebesar 0,65. Laju eksploitasi (E) lebih besar dibandingkan dengan laju eksploitasi optimal (Eopt) maka diduga perikanan lemuru telah mengalami lebih tangkap (overfishing). Ikan lemuru memiliki 2 puncak pola rekruitmen dalam setahun, diperkirakan terjadi pada bulan Februari dan Juli, dimana rekruitmen bulan Juli lebih besar dibanding bulan Februari. Bali sardinella (Sardinella lemuru) was mostly exploited by fisher in Bali Strait waters since the purse seine introduced in this area in 1972. The purpose of this study to estimate population parameters of Bali sardinella that caught by purse seine in Bali strait. Estimation of population parameters of Bali Sardinella based on length frequency data were collected from Muncar fishing port from August 2010 until December 2011, Banyuwangi. Data were analyzed using software FISAT II (version 1.1.3). The results showed that growth parameters as followed L∞ = 20,75 cmFL; K=1,20 year -1 and t0=0,1456 year. Estimation of total mortality (Z)=6,39 year -1; natural mortality (M)=2,23 year -1; fishing mortality (F)=4,16 year -1 and exploitation rate (E)=0,65. The exploitation rate was greater than optimum exploitation (Eopt), it can be presumed that the Bali Sardinella fishery has been overfishing. The recruitment pattern of Bali sardinella have two peaks a year, predicted on February and July, where the recruitment on July was greater than February. 

Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025 Vol 17, No 1 (2025): April 2025 Vol 16, No 3 (2024): Desember 2024 Vol 16, No 2 (2024): AGUSTUS 2024 Vol 16, No 1 (2024): (APRIL) 2024 Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023 Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue