cover
Contact Name
Teguh Ariyanto
Contact Email
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Rekayasa Proses
ISSN : 1978287X     EISSN : 25491490     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Rekayasa Proses (J. Rek. Pros) is an open-access journal published by Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada as scientific journal to accommodate current topics related to chemical and biochemical process exploration and optimization which covers multi scale analysis from micro to macro and full plant size.
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
Pembuatan dan Karakterisasi Sabun Susu dengan Proses Dingin Diah S. Retnowati; Andri C. Kumoro; Ratnawati; Catarina S. Budiyati
Jurnal Rekayasa Proses Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4951

Abstract

Pada penelitian ini, sabun susu dibuat dari larutan susu-NaOH dengan campuran minyak yang terdiri dari minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak dan minyak canola. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh perbandingan massa minyak kelapa terhadap minyak canola dan konsentrasi asam sitrat terhadap pH sabun, kekerasan sabun, kemampuan pembentukan busa dan derajat kebersihan. Percobaan dilakukan dengan menuangkan larutan susu-NaOH dan asam sitrat ke dalam campuran minyak dengan perbandingan berat tertentu dan diaduk dengan kecepatan 400 rpm. Setelah terjadi trace (jejak putaran pada larutan) larutan tersebut dicetak dan didiamkan selama 24 jam. Produk sabun dianalisis kekerasan, pH, kemampuan pembentukan busa dan derajat pembersihan setelah dilakukan proses pemeraman selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2% massa asam sitrat dapat menurunkan pH sabun dari 10,2 menjadi 9,8, tetapi juga menurunkan tingkat kekerasan, kemampuan pembentukan busa dan kemampuan membersihkan. Perubahan rasio massa minyak kelapa terhadap minyak canola dari 0,5-2, hanya berpengaruh terhadap kekerasan sabun. Kata Kunci: sabun susu, proses dingin, pH, kekerasan, tingkat kebersihan, pembentukan busa In this research, cold process was chosen to make soap from lye (NaOH solution) and mixture of palm, coconut, castor, and canola oils with certain ratio. This conducted research is to study the effect of palm to canola oil mass ratio and citric acid concentration on pH, hardness, foaming capacity and the cleansing power of the soap. The soap formation was first conducted by dissolving NaOH in the milk with certain concentration sufficient for the oil mixture saponification. The solution and citric acid solution were then added to the oil mixture and was stirred at 400 rpm. After trace occurred, the mixture was transferred to a mold and then was put in an open space for 24 hours. The soap was taken out from the mold and was cured for 4 weeks. The hardness, pH, the foaming capacity, and the cleansing power of the resulted soap were analyzed. The result show that the addition of 2% of citric acid reduces the pH of the soap from 10.2 to 9.8, the hardness, the foaming capacity, and the cleansing ability of the soap. The variation of the ratio of the mass of coconut to canola oil from 0.5 to 2 affects only the hardness of the soap. Keywords: milk-soap, cold process, pH, hardness, cleansing power, lathering
Pemanfaatan Cangkang Biji Pala sebagai Briket dengan Proses Pirolisis Rukmana; Suryo Purwono; Ahmad Tawfiequrrahman Yuliansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.31033

Abstract

The abundance of nutmeg seed shells in Tidore is the reason to study the possibility to produce charcoal briquettes. The use of charcoal briquettes was expected to reduce waste of nutmeg seed shell and can be an alternative energy source with a high economic value. This study aims to investigate the effect of pyrolysis temperature and composition of tapioca adhesive to resulting quality of briquettes. The first step of the research was the preparation of nutmeg seed shells consisted of drying and size reduction into less than 20 mesh size. Afterward, the powder was put into furnace and heated to 350°C, 400°C, and 450°C for 90 minutes. During the process, volume of gas and liquids were measured every 15 minutes, while gas was sampled at 60-minute reaction. When pyrolysis was finished, about 20 g of charcoal was mixed with tapioca adhesive. The compositions of adhesive were 10%, 15%, 20%, 25%, and 30%. Finally, composite was formed in a cylindrical shape and compressed with hydraulic press at f 3 tons weight for a minute. The briquettes were then dried and analyzed with proximate analysis test. The results show that the highest calorific value was 6717.74 cal/g for material pyrolyzed at 450oC and 20% adhesive. The effect of adhesive on shatter index test showed that increasing composition of adhesive makes a better briquette quality as shown by a lower shatter index. In this study, the minimum weight loss was obtained by the addition of 30% adhesive. Keywords: briquettes, nutmeg seed shells, pyrolysis Ketersediaan cangkang biji pala yang melimpah di kota Tidore menjadi dasar dilakukannya penelitian mengenai pemanfaatan cangkang biji pala menjadi briket arang. Penggunaan briket arang diharapkan dapat mengurangi limbah cangkang biji pala dan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu pirolisis dan komposisi campuran perekat dengan arang cangkang biji pala terhadap kualitas briket. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah penyiapan bahan baku berupa pengeringan dan penyesuaian ukuran cangkang biji pala sebesar 20 mesh. Tahap kedua yaitu proses pirolisis dengan cara memasukkan bubuk cangkang biji pala ke dalam tungku pirolisis (pirolisis selama 90 menit dengan variasi suhu 350oC, 400oC dan 450oC). Selama proses pirolisis berlangsung, volume gas dan cairan diukur setiap 15 menit, sedangkan pengambilan sampel gas dilakukan setelah pirolisis mencapai waktu 60 menit. Setelah dipirolisis, arang cangkang biji pala ditimbang seberat 20 gram kemudian bahan ini dicampurkan dengan perekat tapioka dengan variasi komposisi sebesar 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Setelah itu, arang cangkang biji pala dicetak dalam bentuk silinder dan dikempa dengan alat kempa hidrolik dengan berat 3 ton selama 1 menit. Briket kemudian dikeringkan dan dianalisis uji proksimat. Hasil uji proksimat menunjukkan bahwa nilai kalor yang tertinggi sebesar 6717,74 kal/g dimiliki oleh bahan hasil pirolisis suhu 450oC dengan campuran perekat 20%. Pengaruh perekat terhadap uji shatter index menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan perekat dalam briket maka semakin baik shatter index dari briket. Pada penelitian ini diketahui bahwa briket dengan penambahan perekat sebesar 30% mengalami kehilangan berat yang paling sedikit. Kata kunci: briket, cangkang biji pala, pirolisis
Pemodelan dan Simulasi Kinetika Reaksi Alkoholisis Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) dengan Katalisator Zirkonia Tersulfatasi Heri Rustamaji; Hary Sulistyo; Arief Budiman
Jurnal Rekayasa Proses Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.571

Abstract

Biodiesel berhasil diproduksi dengan alkoholisis minyak jarak menggunakan katalisator zirkonia tersulfatasi. Proses alkoholisis dilakukan dalam suatu reaktor batch yang dilengkapi dengan pemanas, termokopel, pengaduk, termostat, dan pengambil sampel. Reaktor batch diisi dengan minyak jarak pagar, metanol dan katalisator. Reaksi selanjutnya dilakukan selama 120 menit dan sampel diambil setiap 15 menit. Model kinetika reaksi kimia disusun dan diselesaikan dengan MATLAB. Nilai faktor frekuensi tumbukan untuk reaksi tiga tahap adalah 5,13 x 103; 5,682 x 103, dan 2,534 x 103 (cm3/mgek) (cm3/g.kat/min). Sementara itu, nilai energi aktivasi reaksi berturut-turut adalah 4.176; 4.309,809 dan 6.018,623 kal/mol. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tahap pengurangan trigliserida menjadi digliserida adalah tahap paling cepat dan tahap pengurangan monogliserida menjadi gliserol adalah tahap paling lambat.Kata kunci: minyak jarak pagar, alkoholisis, model kinetika reaksi, katalisator asam padatJatropha oil is a very potential source of biodiesel fuel that can be processed through alcoholysis. In the present work, a study on alcoholysis of Jatropha oil with the use of solid acid catalyst was conducted in a wellmixed batch reactor. The study involved varying reaction temperatures of 100°C to 140°C, ethanol-oil molar ratio of 9, agitation speed of 1000 rpm and catalyst loading of 3% with respect to the oil. The reaction was carried out for 120 minutes; meanwhile samples were taken from the reactor every 15 minutes for glycerol analysis. In order to predict kinetics parameter of the alcoholysis reaction, a mathematical model of consecutive reactions was developed. The Matlab software was used to solve the simultaneous differential equations. Over the range of variables used in the experiment, the mathematical model was able to fit the experimental data quite well. The calculation results showed that the values of collision frequency factor for the consecutive reactions are 5.13 x 103; 5.682 x 103, and 2.534 x 103 (cm3/mgek) (cm3/g.cat/min). Meanwhile, the activation energies for the consecutive reaction are 4,176; 4,310 and 6,019 cal/mol. Keywords: jatropha curcas, methanolysis, kinetics modeling, solid acid catalyst
Life Cycle Assessment Pabrik Semen PT Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap: Komparasi antara Bahan Bakar Batubara dengan Biomassa Taufan Ratri Harjanto; Moh Fahrurrozi; I Made Bendiyasa
Jurnal Rekayasa Proses Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4696

Abstract

PT. Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap dengan kapasitas produksi 2,6 juta ton/tahun telah menggunakan sekam padi sebagai energi alternatif biomassa. Penggantian batubara dengan biomassa akan menimbulkan emisi dan dampak ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak lingkungan penggunaan batubara dan biomassa dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). Pendekatan cradle to gate digunakan untuk mengevaluasi 4 skenario penggunaan bahan bakar: (1) 100% batubara, (2) campuran 90% batubara dan 10% biomassa, (3) campuran 50% batubara dan 50% biomassa, (4) 100% biomassa, dengan basis 1000 kg produk semen. Langkah-langkah evaluasi mengacu pada ISO 14040 tahun 2006 yang terdiri dari: (1) pendefinisian tujuan dan ruang lingkup, (2) analisis inventori, (3) analisis/penakaran dampak, (4) interpretasi. Hasil analisis kontribusi dampak terhadap lingkungan dengan skenario 1, 2, 3, dan 4 diperoleh nilai kontribusi total berturut-turut 2,78 x10-1 Pt, 2,24 x10-1Pt, 1,57 x10-1Pt, dan 8,50 x10-2 Pt. Kategori dampak global warming, respiratory inorganic dan resources merupakan kontributor terbesar dari total dampak terhadap lingkungan. Analisis perbaikan dan rekomendasi mengurangi dampak yang terjadi yaitu mengganti angkutan truck pasir silika dengan kereta api, bahan bakar biomassa menggunakan miscanthus giganteus dan melakukan penghijauan. Kata kunci : PT Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap, Life Cycle Assessment, Komparasi batubara dengan biomassa PT. Holcim Indonesia Tbk. Cilacap having capacity of 2.6 million ton/year uses rice husk as alternative fuels. The utilization of the rice husk will effect the environment. The aim of the study is to evaluate the effects of biomass utilization to environment using life cycle assessment (LCA) method. The “cradle to gate” approach was used to evaluate four scenarios of different fuel combinations: (1) 100% coal, (2) mixed fuel of 90% coal and 10% biomass, (3) mixed fuel of 50% coal and 50% biomass, (4) 100% biomass as primary fuels in the kiln for 1000 kg cement. Evaluation of environment impact related to each scenario was using ISO 14040 (2006) that consists of: (1) goal definition and scoping, (2) inventory analysis, (3) impact assessment, and (4) interpretation. Results showed by contribution analysis, the scenario 1, 2, 3, and 4, give 2.78 x10-1 Pt, 2.24 x10-1Pt, 1.57 x10-1Pt, and 8.50 x10-2 Pt respectively. It was also found that the global warming, respiratory inorganic and resources give significant impacts to the environment. It is suggested to replace silica tranportation using train, to utilize miscanthus giganteus and to grow plants or reforestry. Keywords: PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant, Life Cycle Assessment, Comparative Coal with Biomass.
Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa Ardelita Adiningtyas; Panut Mulyono
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.33335

Abstract

The adsorption kinetics of nickel (II) in aqueous solution with activated carbon from coconut shell was studied by measuring the nickel concentration in the solution (C) as a function of time (t). The parameters studied in this study were adsorption temperature (T), particle diameter of activated carbon (d), and mass ratio of activated carbon to aqueous solution (r). It was found that the adsorption rate increased with the increase of the adsorption temperature and the mass ratio of activated carbon to aqueous solution. On the contrary, it was found that the rate of adsorption decreased with increasing the particle diameter of the activated carbon. ABSTRAKKinetika adsorpsi larutan nikel (II) dalam air dengan karbon aktif tempurung kelapa dianalisis dengan mengukur konsentrasi nikel pada larutan sebagai fungsi waktu. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu adsorpsi (T), diameter partikel karbon aktif tempurung kelapa (d), dan rasio massa karbon aktif tempurung kelapa dengan larutan nikel (II) dalam air (r). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju adsorpsi meningkat dengan bertambahnya suhu adsorpsi dan rasio massa karbon aktif tempurung kelapa dengan larutan. Sedangkan, laju adsorpsi menurun dengan bertambahnya ukuran diameter partikel karbon aktif tempurung kelapa.
Kinetika Reaksi pada Pembuatan Glifosat dari N-PMIDA (Neophosphonomethyl Iminodiacetic Acid) dan H2O2 dengan Katalisator Pd/Al2O3 Irmawaty Sinaga; Edia Rahayuningsih; I Made Bendiyasa
Jurnal Rekayasa Proses Vol 3, No 2 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.566

Abstract

Kebutuhan glyphosate di Indonesia meningkat sebanyak 0,75% per tahun. Saat ini, Indonesia mengimpor bahan ini dari Cina. Untuk mengurangi jumlah glyphosate impor, dibutuhkan glyphosate hasil produksi lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mencapai kecepatan reaksi primer dalam memproduksi glyphosate dari neophosphonomethyl iminodiacetic acid (NPMIDA) dan hidrogen peroksida (H2O2), dan kecepatan reaksi sekunder AMPA pada variasi rasio reaktan dan suhu. Katalisator yang digunakan adalah palladium pada alumina (Pd/Al2O3). Lima gram NPMIDA dimasukkan ke dalam sebuah labu leher tiga 500 mL, dan 85 mL akuades ditambahkan ke dalamnya. Kemudian, 1 mL H2O2 ditambahkan ke dalam labu tersebut setiap 20 menit. Produk dari reaksi di saring dengan penyaringan vakum dan direaksikan dengan 130 mL etanol. Pemisahan glyphosate dilakukan dengan menyaring dan mencucinya dengan etanol dan dietil eter. Kemurnian produk glyphosate dianalisa menggunakan spektrometer UV/Vis. Kata kunci: glisin, oksidasi, katalisator logam mulia The need of glyphosate in Indonesia is increasing by about 0.75% annually. Nowadays, Indonesia imports the compound from China. In order to decrease the amount of imported glyphosate, it is necessary to produce it locally. This research aims at achieving primary reaction rate of producing glyphosate from neophosphonomethyl iminodiacetic Acid (NPMIDA) and hydrogen peroxide (H2O2), and secondary reaction rate of aminomethylphosphonic acid (AMPA) at various reactant ratios and temperatures. Palladium supported alumina (Pd/Al2O3) was used as catalyst. Five grams of NPMIDA was added into a-500 mL three neck flask, and 85 mL aquadest was poured into it. Then, 1 mL H2O2 was added into the three neck flask every 20 minutes.. The product was vacuum-filtered and reacted with 130 mL ethanol. Separation of glyphosate was performed by filtering and washing it with ethanol and diethyl ether. The purity of glyphosate product was analyzed using UV/Vis spectrometer. Keywords: glycine, oxidation, noble metal catalyst
Bottom ash Limbah Batubara sebagai Media Filter yang Efektif pada Pengolahan Limbah Cair Tekstil Ainur Rosyida
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.1901

Abstract

Limbah cair tekstil mempunyai beban pencemaran yang tinggi sehingga dalam penanganannya perlu dipilih cara pengolahan dan media yang tepat agar hasil olahan memenuhi baku-mutu limbah. Salah satu tahap yang menentukan lamanya waktu pengolahan limbah adalah proses filtrasi. Kandungan zat organik, partikel padatan, dan logam berat dalam limbah dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar dengan cara filtrasi, yang dapat mengurangi waktu dan beban pada proses selanjutnya (pengolahan biologi dengan lumpur aktif). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu bahan yang paling efektif untuk media filter pada pengolahan limbah cair industri tekstil. Pada penelitian ini dilakukan pembandingan kemampuan tiga jenis media filter yaitu karbon aktif, zeolit aktif dan limbah batubara (bottom ash). Sebelum dilakukan filtrasi, mula-mula limbah cair dilakukan stabilisasi, flotasi, koagulasi-sedimentasi agar partikel berukuran besar yang terkandung didalamnya terpisahkan. Limbah cair tersebut kemudian dialirkan dengan laju alir tertentu melalui kolom filtrasi yang terisi oleh media filter. Untuk mengetahui efektivitas media filter, diuji kandungan TSS, BOD, COD dan Cr limbah sebelum dan sesudah proses filtrasi. Hasil percobaan filtrasi dengan ketiga media filter menunjukkan bahwa filtrasi dengan menggunakan media bottom ash limbah batubara lebih baik dibanding dengan filtrasi dengan zeolit aktif dan karbon aktif. Filtrasi dengan bottom ash dapat menurunkan beban pencemaran dalam jumlah yang lebih besar, khususnya pada nilai TSS sebesar 32,5%, COD 54,1%, BOD 58,9% serta kandungan logam berat Cr 80,8%. Oleh sebab itu, bottom ash limbah batubara dapat digunakan sebagai media filter yang efektif dalam proses filtrasi limbah cair tekstil. Kata kunci: limbah cair, industri tekstil, filtrasi, bottom ash, karbon aktif, zeolit aktif Wastewater from textile industry contains very high contaminants. Therefore, a suitable treatment method is highly required to fulfill wastewater quality standard. Filtration is a step in wastewater treatment which affects duration of the whole process. By filtration, organic materials, solid particles and heavy metals can be significantly reduced. As a result, the load for biological process (activated sludge) decreases very much. The objective of this research is to obtain the most effective filtration medium for wastewater treatment from textile industry. Performance of three filter media (activated carbon, activated zeolite and coal bottom ash) were compared. The experiment was started by doing a preliminary process (stabilization, flotation, coagulation- sedimentation) to separate big size particles from wastewater before filtration. Then, the filtration medium was placed in a filtration column and a stream of wastewater was flown through the column at a certain flow rate. In order to better understand the effectiveness of medium, a sample of wastewater before and after filtration was measured for TSS, BOD, COD values and heavy metal (Cr) content. The experimental result showed that filtration using coal bottom ash was more effective than that using activated zeolite and activated carbon. The filtration was able to reduce TSS by 32,5%, COD by 54,1%, BOD by 58,9% and heavy metal (Cr) content 80,8%. Thus, coal bottom ash could be utilized as an effective filtration medium in the treatment of textile industry wastewater. Keywords: wastewater, textile industry, filtration, bottom ash, activated carbon, activated zeolite
Kombinasi Adsorben Biji Kelor - Zeolit Alam Lampung untuk Meningkatkan Efektivitas Penjerapan Logam Pb dalam Air secara Kontinu pada Kolom Fixed Bed Adsorber Simparmin Br Ginting; Sebastian Djoni Syukur; Yeni Yulia
Jurnal Rekayasa Proses Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.23154

Abstract

The mixture of adsorbents of moringa seed (BK) and natural zeolite of Lampung (ZAL) is placed in a fixed bed adsorber column arranged at a certain height according to the designed height ratio. BK is processed by extraction to remove its oil content while ZAL is activated by chemical and physical treatments. Composition ratio of BK-ZAL (cm/cm) was varied i.e.1:1, 1:2 and 1:3 and concentrations of Pb entering adsorber were 1 ppm and 2 ppm. The adsorption conditions were 20-35 mesh adsorbent size, 4 cm diameter column of adsorber, 5 cm bed height, and 8 liters/3 hours flowrate. Upflow adsorption was performed in a fixed bed adsorption column for 3 hours and Pb solution of output adsorber was taken at every 30 minutes. Analysis of Pb content was performed by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Adsorbent BK before and after extracted, and after adsorption were characterized using Fourier Transmission Infra Red (FTIR). ZAL before and after activation were characterized using X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), and Fourier Transmission Infra Red (FTIR). The characterization results of XRD, XRF and FTIR showed that the crystalline phases of ZAL increased, the activation process of ZAL only caused a shift in the peak, no significant change in the structure of solids, and the content of impurities in ZAL reduced after activation, thereby enhancing its ability to adsorb Pb. AAS analysis results showed that the best combination adsorbent BK-ZAL (cm/cm) was 1: 2 with the highest effectiveness of the entrapment of Pb metal reached 99.90%. The adsorption capacity of adsorbent was 2.25 mg Pb/ gram adsorbent calculated using Freundlich equilibrium model. ABSTRAKKombinasi adsorben yang terdiri dari biji kelor (BK) dan zeolit alam Lampung (ZAL) ditempatkan di dalam kolom adsorber unggun tetap yang disusun pada ketinggian tertentu sesuai rasio tinggi yang dirancang. Adsorben BK diekstraksi untuk mengeluarkan kandungan minyaknya dan ZAL diaktivasi secara kimia dan fisika. Variasi rasio tinggi komposisi BK-ZAL (cm/cm) di dalam kolom dilakukan pada kisaran 1:1, 1:2, dan 1:3. Variasi konsentrasi larutan Pb masuk adsorber adalah 1 ppm dan 2 ppm. Ukuran partikel adsorben yang digunakan sebesar 20-35 mesh, diameter kolom adsorpsi 4 cm, tinggi unggun 5 cm, dan laju alir larutan Pb 8 liter per 3 jam. Proses adsorpsi dilakukan secara upflow pada kolom adsorpsi dengan unggun tetap selama 3 jam dan larutan Pb keluaran adsorber diambil setiap 30 menit untuk dianalisis dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Adsorben BK sebelum dan setelah diekstrak, serta setelah proses adsorpsi dikarakterisasi menggunakan Fourier Transmission Infra Red (FTIR). Adsorben ZAL sebelum dan setelah diaktivasi dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), dan Fourier Transmission Infra Red (FTIR). Hasil karakterisasi XRD, XRF, dan FTIR menunjukkan bahwa fase kristalin ZAL bertambah, proses aktivasi ZAL hanya menyebabkan pergeseran puncak yang muncul, tidak terjadi perubahan struktur padatan secara signifikan, dan kandungan zat pengotor pada ZAL turun setelah diaktivasi sehingga meningkatkan kemampuan untuk menjerap logam Pb. Hasil analisis AAS menunjukkan kombinasi adsorben BK-ZAL (cm/cm) terbaik yaitu 1:2 dengan efektivitas penjerapan logam Pb tertinggi mencapai 99.90%. Hasil perhitungan kapasitas adsorpsi adsorben adalah 2.25 mg Pb/ gram adsorben yang dihitung dengan menggunakan persamaan adsorpsi Freunlich.
Evaluasi Pengaruh Konsentrasi Umpan pada Produksi Biogas dari Limbah Cair Industri Alkohol secara Fed Batch Dewi Astuti Herawati; Argoto Mahayana
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.34422

Abstract

Biogas is an alternative energy source that can be renewed as one of the solutions for the scarcity of fossil energy. Liquid waste from industrial bioalcohol production (technically termed as “vinasse”) is potentially one of very promising raw material of biogas. Vinasse has low pH value (4-5), which is not preferable for metanogen. Therefore this study aimed to define the optimum condition for the production of biogas. The variable to be studied in this research was the influence of vinasse to water ratios on the production of biogas in a fed batch reactor. Three ratios of vinasse and water with the ratios of vinasse to water as 1:2 (R1); 1:2.5 (R2); and 1:3 (R3) were studied. As much as 500 mL of raw material was fed to bioreactor with 6 L of cow manure as starter inoculums. The reactor was fed once every three days, with the feed input as much as 500 mL. At the beginning of the process, total solid suspended (TSS), volatile suspended solid (VSS) and chemical oxygen demand (COD) were analyzed. The volume of biogas was measured every day while the TSS and VSS values were measured once a week. The results showed that the production of biogas at R1 reached 1640.95 ml on day 9 with pH 7, CH4 concentration of 9.89% and CO2 level of 36.93%. The biogas production at R2 on day 20 reached 119.67 mL with a methane content of 15.85%, 43.282% of CO2 level, and pH 5. In R3 the volume biogas generated on day 10 reached 158.24 mL with CH4 content of 35.36%; 35.27% of CO2 level and pH 7. Fed batch system was shown to reduce the effects of inhibitor. Keywords: biogas, vinasse, levels of CH4, fed batch.ABSTRAKBiogas merupakan alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui dapat mengurangi kelangkaan kebutuhan energi. Limbah cair industri alkohol (vinasse) berpotensi sebagai salah satu bahan baku biogas. Vinasse mempunyai pH ( 4-5 ) bukan merupakan kondisi yang mendukung metanogen, sehingga diperlukan penelitian untuk mengatur kondisi yang terbaik pada produksi biogas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbandingan vinasse dan air terhadap produksi biogas secara fed batch.  Berbagai perbandingan vinasse dan air = 1:2 ( R.1 ) ; 1:2,5 ( R.2 ) ; dan 1:3 ( R.3 ) sebanyak 500 mL diumpankan ke bioreaktor. setiap 3 hari sekali dengan jumlah stater kotoran sapi 6L.. Dilakukan analisis Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) awal. Volume biogas diukur setiap hari. Sedangkan kandungan Total Suspended Solid, Volatile Suspended Solid dan Chemical Oxygen Demand dianalisis setiap 1 minggu sekali. Analisis TSS dan VSS dengan metode APHA 2005 dan COD dengan metode SNI (2009) serta volume biogas dengan manometer air. Hasil penelitian menunjukkan produksi biogas pada R.1 diperoleh akumulasi volume biogas sebesar 1640,949 mL, pada hari ke-9 dengan pH 7 kadar CH4 sebesar 9,895% dan kadar CO2 sebesar 36,930%.  Rancangan 2 ( R.2) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-20 sebesar 119,669 mL dengan kadar metana sebesar 15,849%, kadar CO2 sebesar 43,282% dan pH 5.Pada rancangan 3 ( R3) volume biogas terbesar dihasilkan pada hari ke-10 sebesar 158,24 mL dengan kadar metana sebesar 35,355%, kadar CO2 sebesar 35,271% dan pH 7. Pengumpanan secara fed batch campuran Vinasse dan air pada produksi biogas setiap 3 hari sekali akan menekan efek inhibitor. Bahan organik yang telah terdegradasi menjadi gas akan selalu ditambahkan sehingga bahan organik yang terdapat di dalam substrat selalu ada. Kondisi ketersediaan substrat yang cukup akan  menghasilkan biogas maksimal.
Kinetika Reaksi Alkyd Resin Termodifikasi Minyak Jagung dengan Asam Phtalat Anhidrat Heri Heriyanto; Rochmadi Rochmadi; Arief Budiman
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.1892

Abstract

Reaksi esterifikasi anhidrida phtalat dengan monogliserida merupakan reaksi kondensasi membentuk polimer dengan rantai linier. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi alkid resin termodifikasi minyak jagung tanpa menggunakan katalis. Proses penelitian ada dua tahap yaitu tahap pertama reaksi alkoholisis dan tahap kedua reaksi esterifikasi. Tahap alkoholisis diawali dengan mereaksikan minyak jagung dan gliserol dengan perbandingan molar 1:2 pada suhu 250°C. Sampel diambil pada selang waktu 30 menit selama 3 jam untuk dianalisis kadar gliserol bebasnya dengan metode iodometri (FBI-AO2-03). Tahap esterifikasi adalah mencampurkan anhidrida phtalat ke dalam reaktor batch dengan perbandingan molar gliserol : anhidrida phtalat 3:2. Sampel dianalisis kadar gugus OH- dengan metode asetat anhidrida. Peubah-ubah yang dipelajari meliputi variasi suhu dari 230°C – 260°C dan variasi perbandingan ekivalen OH/COOH dari 1 – 1,25. Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa minyak jagung dan gliserol dapat dialkoholisis tanpa menggunakan katalis pada kisaran suhu 230°C – 260°C. Pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi dinyatakan dengan persamaan Arrhenius adalah sebagai berikut : k1=1,4647×104 exp (-8237,7/T) (g/mgek.men) k4=2,1398×109 exp (-14142/T) (g/mgek.men) Kata kunci: alkoholisis, esterifikasi, minyak jagung, gliserol, anhidrida phtalat Esterification of phthalic anhydrate with monoglyceride is a condensation reaction to form a linear chain polymer. The present work aimed at investigating reaction kinetics of alkyd resin modified with corn oil in the absence of catalyst. The work consisted of two steps i.e. alcoholysis and esterification. In the alcoholysis step, corn oil and glycerol were brought into reaction with a molar ratio of 1:2 at 250°C. Every 30 minutes during 3 hour reaction, reaction products were sampled to analyse the remaining free glycerol by iodometry method (FBI-AO2-03). In the esterification step, phthalic anhydrate was put in the batch reactor with a glycerol-phthalic anhydrate molar of 3:2. Samples were taken and the hydroxyl ions were analysed by acetate anhydrate method. The variables investigated in the present work were reaction temperatures varied from 230°C to 260°C and equivalent OH/COOH ratio from 1 to 1.25. Experimental results showed that alcoholysis of corn oil and glycerol could be carried out in a temperature range of 230°C to 260°C without the presence of catalyst. The effect of temperature on the reaction rate constant of monoglyceride and phthalic ester formation could be respectively written in the Arrhenius correlations as follows: k1 = 1.4647.104 exp (-8237.7/T) g/mgeq.min k4 = 2.1398.109 exp (-14142/T) g/mgeq.min Keywords: alcoholysis, esterification, corn oil, glycerol, phthalic anhydrate

Page 9 of 24 | Total Record : 234